Ajaib.co.id – PT DMS Propertindo Tbk (KOTA) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangan properti, perhotelan, dan jasa manajemen hotel secara langsung maupun melalui anak usahanya. Perusahaan telah berdiri sejak tahun 2011.
Pengembangan properti KOTA mencakup Accola Park Serpong dan Accola Residence (Tangerang Selatan), Padjadjaran City (Bandung), serta Accola Garden Samarinda (Kalimantan Timur). Sedangkan portofolio manajemen hospitality mencakup Hotel Zest Yogyakarta, Hotel Fabu Bandung dan Hotel Indies Heritage Yogyakarta.
KOTA melakukan pencatatan perdana di Bursa Efek Indonesia pada 19 Juli 2019 dengan harga penawaran Rp200 per lembar. Saham KOTA saat ini memiliki market cap sebesar Rp2,13 triliun dengan harga penutupan pada Rp202 per lembar pada 11 Juni 2021.
Kepemilikan saham KOTA terbesar berada di tangan pemegang saham pengendalinya, yakni PT DMS Investama (53,00%). Sisanya dimiliki oleh PT Papan Daua Utama (5,00%) dan masyarakat sebanyak 42,00%.
Industri properti dan perhotelan termasuk sektor yang paling terdampak oleh pandemi COVID-19. Bagaimana dengan bisnis DMS Propertindo? Apakah KOTA layak dipilih untuk berinvestasi? Berikut ini ulasan laporan keuangan terakhir dan latar belakang fundamental saham KOTA.
Kinerja Laporan Keuangan Terakhir
PT DMS Propertindo Tbk membukukan kerugian cukup besar dalam laporan keuangan akhir tahun 2020. Berikut rangkuman kinerja laba berdasarkan laporan tersebut (dalam miliar rupiah kecuali jika dinyatakan secara khusus):
Total aset KOTA meningkat hingga 6,67% menjadi Rp1,57 triliun dalam laporan akhir tahun 2020 dibandingkan Rp1,48 triliun pada tahun sebelumnya. Tapi ekuitasnya menurun sampai Rp1,27 triliun dari sebelumnya Rp1,29 triliun. Sedangkan liabilitas perusahaan justru melonjak 60,63%.
Liabilitas perusahaan bertambah menjadi Rp301,16 miliar per 31 Desember 2020 dibandingkan Rp187,48 miliar per 31 Desember 2019. Kenaikan terjadi pada liabilitas jangka panjang lantaran akuisisi hotel dan pengembangan anak usaha PT Accola Hotel Indonesia, serta liabilitas jangka pendek untuk modal kerja anak usaha PT Padjadjaran Raya.
Data menunjukkan bahwa kinerja keuangan KOTA telah memburuk sejak sebelum pandemi Covid-19 memicu krisis global. Kerugian semakin membengkak di tengah krisis, hingga perusahaan terpaksa menanggung liabilitas lebih besar untuk mendanai anak-anak usahanya.
Riwayat Kinerja
Bagaimana dengan rasio-rasio keuangan KOTA? Berikut ini perbandingan kinerja keuangan KOTA selama tiga tahun terakhir:
Tabel di atas menunjukkan bahwa KOTA tak mampu menghasilkan laba secara konsisten. Kabar baiknya, perusahaan dapat menekan rasio utang bahkan meskipun tengah dilanda kerugian yang membengkak.
Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham
Saham KOTA belum pernah membagikan dividen sejak IPO. Hal ini wajar, karena perusahaan tergolong baru saja melantai di bursa dan belum mampu menghasilkan laba konsisten.
Dividen kemungkinan baru dapat diberikan setelah perusahaan mampu menghasilkan laba selama beberapa periode beruntun di masa depan.
Prospek Bisnis KOTA
Kinerja keuangan KOTA memburuk terutama karena pembatasan sosial dalam rangka membendung pandemi Covid-19 telah mengguncang semua bisnis di sektorleisure & hospitality di Indonesia. Minat masyarakat untuk membeli properti juga menurun akibat krisis, sehingga lini properti tidak menyumbang pemasukan selama semester II/2021.
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sempat menghambat proses administrasi dan pengembangan proyek-proyek DMS Propertindo. Pengembangan baru dilanjutkan lagi pada awal tahun 2021. Tapi manajemen PT DMS Propertindo Tbk tetap optimistis terhadap prospek bisnis KOTA ke depan dan terus-menerus berekspansi.
Pada tahun 2020, DMS Propertindo mengakuisisi Indies Heritage Hotel yang berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta melalui salah satu anak usahanya. Untuk segmen perhotelan, perusahaan berfokus pada pasar domestik dan melakukan perusahaan SOP di tengah New Normal.
Memasuki tahun 2021, DMS Propertindo menyiapkan proyek hunian anyar di Kabupaten Bandung. Kawasan yang terdiri atas dua klaster perumahan plus fasilitas umum lengkap ini diharapkan akan mencetak omset Rp1,4 triliun dalam tujuh tahun.
Pada Maret 2021, perusahaan juga menandatangani nota kesepahaman kerja sama operasi (KSO) dengan PT Patrialand Utama Development untuk menggarap sebuah proyek seluas 10 hektare di kawasan Sawangan, Depok. Kawasan ini akan dikembangkan dengan konsep modern dan ramah lingkungan.
Kesimpulan
Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa saham KOTA belum layak dipilih untuk berinvestasi. Perusahaan belum mampu menghasilkan laba secara konsisten, sedangkan bisnis hospitality belum menemukan titik terang di tengah pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.
Kalau kamu berminat untuk membeli saham emiten properti, ada banyak saham lain yang berkinerja lebih baik dan masih mampu menghasilkan laba di tengah pandemi. Antara lain PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), dan masih banyak lagi.