Ajaib.co.id – Menjaga jarak aman fisik atau physical distancing adalah salah satu protokol kesehatan yang selalu digalakkan oleh pemerintah di masa pandemi. Pemerintah melalui Satgas Covid-19 tidak bosan-bosannya selalu mengimbau seluruh masyarakat untuk selalu menaati protokol kesehatan yang berlaku.
Jika di masa-masa awal pandemi, pemerintah hanya menggalakkan 3M yakni menjaga jarak, mencuci tangan, dan menggunakan masker. Kini, 3M tersebut ditambah dengan 2M lainnya yakni menjauhi kerumunan dan membatasi mobilisasi.
Berbicara mengenai pentingnya protokol kesehatan seperti menjaga jarak fisik, seluruh masyarakat diimbau untuk selalu menjaga jarak aman setidaknya kurang lebih 2 meter. Mengapa?
Karena potensi penyebaran Covid-19 bisa terjadi lewat air liur yang keluar dari mulut ketika seseorang sedang berbicara. Oleh sebab itu, ada 2 alasan mengapa kita perlu selalu menerapkan physical distancing.
· Masyarakat bisa terhindar dari potensi penyebaran Covid-19 melalui droplet. Droplet atau air liur bisa keluar dari mulut saat seseorang berbicara, batuk, hingga bersin.
· Melalui penerapan prokes satu ini, masyarakat setidaknya juga sudah turut serta berperang melawan Covid-19, dan membantu tenaga medis agar jumlah pasien Covid-19 yang sedang ditanggani tidak melonjak.
Yang terpenting dari penerapan prokes physical distancing adalah dapat melindungi orang lain dan anggota keluarga tercinta dari bahaya yang bisa ditimbulkan jika terpapar virus mematikan ini. Virus ini bukanlah berita hoax, melainkan memang benar adanya, di mana Covid-19 bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi turut pula terjadi di berbagai belahan dunia.
Salah satu buktinya adalah banyak negara di dunia yang saat ini berlomba-lomba untuk melakukan vaksinasi Covid-19 kepada seluruh masyarakat yang dianggap paling rentan. Di Indonesia, kelompok masyarakat yang dianggap paling rentan terpapar Covid-19 adalah masyarakat lansia. Kelompok masyarakat ini berusia di atas 60 tahun.
Kini, Indonesia sudah masuk ke fase vaksinasi untuk masyarakat yang berusia di atas 18 tahun, kelompok masyarakat ini mayoritas adalah generasi produktif yang memang punya mobilitas yang tinggi setiap harinya.
Ada 5 jenis vaksin yang akan digunakan di Indonesia yakni Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, Moderna, dan CanSino. Dari kelima jenis vaksin ini, Indonesia diketahui sudah menyuntikkan vaksin Covid-19 ke masyarakat dengan menggunakan vaksin Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, dan CanSino.
Untuk vaksin Sinovac dan AstraZeneca diperuntukkan untuk program vaksinasi pemerintah. Sedangkan, vaksin Sinopharm dan CanSino diperuntukkan program vaksinasi gotong royong yang dilakukan oleh berbagai perusahaan di Indonesia.
Bagaimana dengan vaksin Moderna? Hingga saat ini, pemerintah Indonesia dengan pihak perusahaan pembuat vaksin Covid-19 tersebut masih dalam tahap negosiasi. Lantaran, ada klausul dari Moderna yang belum bisa dipenuhi oleh Indonesia.
Di mana, klausul yang diajukan oleh perusahaan Moderna adalah meminta untuk dibebaskan dari tanggung jawab hukum. Selain itu, ada pula masalah lainnya yakni pengadaan vaksin itu sendiri.
Herd Immunity Baru Terbentuk, Jika Vaksinasi Sudah Mencapai 70% dari Populasi
Salah satu cara agar terbesas dari virus mematikan ini adalah dengan vaksinasi. Hal ini diungkapkan oleh Prof Amin Subandrio, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, mengatakan butuh setidaknya 70% – 80% dari populasi yang sudah divaksinasi agar terbentuk herd immunity.
Dengan begitu, pemerintah akan terus mendorong vaksinasi di seluruh Indonesia hingga menyentuh angka vaksinasi sebanyak 1 juta orang per hari. Hal ini perlu dilakukan agar terbentuknya herd immunity di Indonesia menjadi lebih cepat.
Jika dikalkulasikan dari jumlah populasi Indonesia saat ini, setidaknya perlu 180 juta orang yang divaksinasi agar terbentuk kekebalan kelompok terhadap Covid-19.
Salah satu daerah terdepan yang didorong oleh pemerintah untuk mencapai herd immunity adalah Jakarta. Presiden Jokowi menargetkan bahwa herd immunity masyarakat Jakarta bisa tercapai pada Agustus 2021.
Untuk merealisasikan rencana dan target tersebut, pemerintah terus mendorong adanya peningkatan jumlah vaksinasi yang bisa dilakukan per harinya hingga mencapai 1 juta orang per hari.
Physical Distancing Adalah Easy to Say, namun Hard to Do
Dari sejumlah protokol kesehatan yang selalu diimbau oleh pemerintah Indonesia lewat banner dan media lainnya. Ternyata, physical distancing merupakan protokol kesehatan yang paling sulit diterapkan di masyarakat. Apa alasannya?
Yang pertama, manusia adalah mahkluk sosial di mana pasti manusia perlu adanya orang lain yang berada di sekitar kita . Misalnya ketika kamu di rumah, pasti kamu akan sulit untuk menerapkan jaga jarak fisik karena kamu sudah merasa aman di dalam rumah bersama anggota keluargamu lainnya.
Belum lagi, ketika kamu sedang jalan-jalan di tempat wisata. Ketika kamu datang bersama orang-orang dekat, kamu pasti akan merasa aman saat beraktivitas bersama mereka sehingga jaga jarak fisik sudah tidak diperdulikan lagi.
Efek Vaksin Jangan Sampai Membuat Masyarakat Tidak Patuh dengan Prokes
Walaupun sulit untuk diterapkan, masyarakat harus tetap mengupayakan yang terbaik untuk selalu mengikuti imbauan pemerintah terkait penerapan protokol kesehatan 5M yang sudah redaksi Ajaib jelaskan sebelumnya.
Efek vaksin diketahui membuat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan 5M menurun. Untuk meningkatkan kembali kepatuhan tersebut, Satgas Covid-19 akan melakukan Operasi Yustisi.
Operasi ini dilakukan untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat terkait penerapan prokes 5M. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa Covid-19 itu masih ada, dan sangat berbahaya bagi siapa pun yang terpapar virus mematikan ini.
Operasi Yustisi yang dilakukan oleh Satgas Covid-19 akan berfokus kepada daerah-daerah yang termasuk ke dalam zona merah, dan daerah-daerah dengan tingkat kepatuhan prokes yang menurun.