Saham

Performa Saham TLKM dan ISAT, Mana yang Lebih Baik?

Ajaib.co.id – Sebagai dua emiten top sektor telekomunikasi performa saham TLKM dan ISAT sering menjadi sorotan.

Tahukah kamu, data World Atlas per Maret 2019 menunjukkan bahwa Indonesia baru menduduki peringkat keenam dalam jajaran negara dengan pengguna ponsel terbesar. Posisi Indonesia masih jauh di bawah Brazil (peringkat 4) dan Rusia (peringkat 5). Padahal Indonesia memiliki populasi total lebih besar dibanding kedua negara tersebut.

Penetrasi ponsel di Indonesia belum optimal. Walaupun pengguna ponsel sekarang sudah banyak, tetapi potensi pertumbuhan di masa depan tetap tinggi. Ini merupakan peluang emas bagi investor untuk berinvestasi dalam saham TLKM atau saham ISAT sebagai dua emiten top sektor infrastruktur, subsektor telekomunikasi.

Performa Saham Telekomunikasi Indonesia

Saham-saham subsektor telekomunikasi jelas menjadi pilihan menggiurkan bagi investor yang berminat untuk memetik keuntungan dari perkembangan era industri digital 4.0.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, tiga emiten operator telekomunikasi terbesar yang melantai di bursa saham yakni PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Indosat Tbk. Ketiganya membukukan kinerja beragam dari sisi top line maupun bottom line untuk periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2020.

Dari sisi top line, saham EXCL dan ISAT kompak mencatatkan pertumbuhan pendapatan. Kinerja topline EXCL naik 5 persen menjadi Rp19,65 triliun dari sebelumnya Rp18,72 triliun, sedangkan ISAT naik 12,90 persen dari Rp15,08 triliun menjadi Rp17,03 triliun.

Sementara, pendapatan emiten telekomunikasi pelat merah, TLKM, tercatat menyusut 2,62 persen menjadi Rp99,94 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp102,63 triliun.

Kinerja topline TLKM terseret penurunan pendapatan dari dua segmen yakni pendapatan telepon yang anjlok 28,76 persen dan permintaan data jaringan turun 20 persen.

Meski begitu, dari sisi bottomline, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas pemilik TLKM masih tumbuh tipis 1,34 persen, dari Rp16,45 triliun menjadi Rp16,67 triliun.

Lalu, bagaimana dengan ISAT dan TLKM? Pada tahun 2019, hanya emiten TLKM saja yang mampu membagi dividen. Ketiga emiten telekomunikasi lain memilih untuk absen, termasuk ISAT. Mengapa ISAT tidak membagikan dividen? RUPS ISAT pada bulan Mei 2019 sepakat untuk tidak membagi dividen, karena perseroan menderita rugi bersih sebesar Rp 2.4 Triliun pada tahun buku 2018.

Jelas sekali, performa saham TLKM merupakan yang terbaik dibanding emiten telko lain. Tak heran, kinerjanya moncer. Namun, apakah kinerja yang prima ini akan terus berlanjut di masa depan? Apabila kamu mencermati tabel di atas lebih jeli lagi, maka akan menemukan bahwa data PE Ratio, PBV, dan EPS untuk saham ISAT tergolong lebih prospektif dibandingkan TLKM. Sebaliknya, harga saham TLKM sudah “terlalu mahal”.

Untuk menelisik saham mana yang punya prospek lebih unggul, mari kita ulas bersama aspek fundamental dan teknikal masing-masing.

Prospek Saham TLKM

ISAT dan TLKM sama-sama termasuk internet service provider (ISP) ternama. Namun, TLKM mewakili perusahaan BUMN, sedangkan ISAT termasuk perusahaan swasta unggulan milik asing (mantan BUMN). Ditilik dari perbedaan ini, TLKM memegang status nyaris monopoli untuk proyek-proyek pemerintah. Bisnis ISP juga hanya salah satu dari beragam lini usaha TLKM. Hal ini membuat profitabilitasnya tangguh, meski emiten telko lain bertumbangan pada tahun 2018.

Meski demikian, pergerakan harga saham PT Telekomunikasi Indonesia mengalami penurunan tajam sejak pertengahan tahun 2019. Ada apa gerangan?

Ditinjau dari segi teknikal, saham TLKM telah bertabrakan dengan level resistance yang sangat kuat pada pertengahan tahun 2019. Alhasil, pergerakan harga gagal menembusnya, hingga terpaksa berbalik turun. Sampai kapan penurunan akan berlangsung? Dilihat dari grafik di atas, harga saham TLKM belum mencapai bottom, tetapi sudah memasukiarea support.

Ditinjau dari aspek fundamental, saham TLKM mau tak mau harus menurun karena harganya sudah terlalu mahal dibanding emiten lain dalam subsektor yang sama. Mekanisme pasar bekerja dalam situasi ini, karena tak ada investor yang mau memegang saham overpriced. Aksi jual asing massal terhadap saham-saham blue chip Indonesia tahun lalu juga mengakibatkan harga saham TLKM melemah.

Ke depan, performa saham TLKM kemungkinan masih akan terus lemah dalam jangka pendek. Penurunan bisa mencapai kisaran Rp3400-2500 per lembar. Akan tetapi, tak dapat dipungkiri kalau TLKM merupakan emiten telko terbaik yang rajin bagi-bagi dividen. Investor dapat memanfaatkan peluang ini untuk buy-on-weakness, mulai mengoleksi saham TLKM secara bertahap. Ekspektasinya, harga saham akan kembali meningkat setelah valuasinya membaik dan teknikal beranjak dari area support.

Untuk memahami lebih lanjut mengenai performa saham TLKM dan ISAT, mari kita perhatikan bersama pembahasan mengenai saham ISAT di bawah ini.

Prospek Saham ISAT

Posisi harga saham ISAT saat ini juga sedang terpuruk. Hal ini tak mengejutkan, mengingat catatan kerugian fantastis-nya di tahun 2018. Sebelum rilis laporan keuangan untuk tahun buku 2019, investor juga takkan tahu apakah ISAT berhasil mengatasi masalah keuangannya atau belum. Akibatnya, minat beli saham ISAT juga relatif rendah.

Meski demikian, tinjauan teknikal saham ISAT mengungkap prospek yang sama cerahnya dengan saham TLKM. Perhatikan grafik di atas. ISAT telah mengalami penurunan terus menerus sejak kuartal II/2017 dan sempat menyentuh bottom pada Desember 2018/Januari 2019. Setelah itu, harga sahamnya merangkak naik.

Selanjutnya, ISAT ikut terimbas oleh sentimen negatif di bursa efek Indonesia tahun lalu, sehingga melemah kembali. Penurunan harga sekarang belum mencapai bottom, tetapi sudah menyentuh area support. Ke depan, harga saham bisa menurun lagi ke kisaran Rp1600-1700 per lembar tetapi juga punya kans untuk naik pesat. Jadi, investor sudah bisa mulai mengoleksi saham ini secara bertahap mulai dari sekarang. Apalagi rasio PBV di bawah 1 menandakan harga saham tergolong murah.

Pada dasarnya, salah satu penyebab buruknya harga saham ISAT sekarang adalah kerugian pada tahun 2018. Jadi, asalkan Indosat Tbk terbukti mampu mengatasi masalah keuangan sebelumnya, maka investor bisa mengharapkan harga saham untuk naik lebih tinggi lagi.

Nah, kebetulan laporan keuangan Indosat yang baru diumumkan kemarin (24 Februari 2020), menunjukkan laba bersih 1,57 Triliun berkat perbaikan EBITDA dan penjualan menara. Pemulihan ini merupakan sinyal beli yang bagus untuk ISAT.

Performa saham TLKM dan ISAT akan berubah sewaktu-waktu, dan mungkin kamu tidak selalu siap untuk menganalisisnya. Tahukah kamu, ada alternatif investasi saham unggulan yang lebih mudah?

Tak perlu menganalisis teknikal maupun fundamental sendiri, dan investasi bisa dimulai dari Rp10.000 saja. Alternatif investasi reksa dana tematik bertajuk “Infrastruktur dan Barang Konsumen Syariah” via aplikasi Ajaib dikelola oleh manajer investasi berpengalaman. Dengan ikut serta dalam reksa dana ini, secara tidak langsung kamu mengoleksi saham-saham yang memiliki prospek cemerlang di bidangnya, termasuk TLKM, UNVR, dan ASII.

Artikel Terkait