Ekonomi

Bagaimana Nasib Perekonomian Indonesia 9 Tahun Lagi?

Ajaib.co.id – Satu tahun terakhir ini, perekonomian Indonesia harus babak belur dihantam oleh pandemi. Walaupun begitu, harapan bahwa pandemi segera bisa teratasi seperti hanya tinggal menunggu waktu saja.

Lantaran, pemerintah Indonesia telah memesan jutaan dosis vaksin dari berbagai perusahaan farmasi di dunia untuk menyuplai vaksin virus corona ke Indonesia. Nantinya proses vaksinasi ini akan dilakukan secara bertahap. 

Tahun 2020 memang benar-benar merupakan tantangan berat bagi perekonomian global, termasuk Indonesia. Selama pandemi kegiatan ekonomi nasional Indonesia menjadi terganggu, hal ini berdampak langsung terhadap dunia kerja. Di mana, banyak pabrik yang harus berhenti beroperasi dan mengurangi kapasitas produksinya.

Dengan begitu, badai PHK tidak bisa dibendung lagi bagi para buruh di Indonesia yang menjadi bidang pekerjaan yang paling terdampak saat ini. Sedangkan, untuk para pekerja kantoran badai PHK tidak semenakutkan seperti yang dialami para buruh. Bahkan di 2021, badai PHK akan tetap terjadi karena realisasi investasi asing ke Indonesia tentunya butuh waktu untuk membuka lapangan kerja yang baru bagi para pekerja yang terkena PHK.

Lantas, bila melihat kondisi seperti ini apakah perekonomian Indonesia di tahun-tahun berikutnya menjadi kian sulit dan tidak pasti? Walaupun begitu, dunia usaha tetap memiliki keyakinan bahwa Indonesia bisa bangkit dari pandemi.

Sandiaga Uno Optimis Perekonomian Indonesia Bangkit Pasca Pandemi

Hal ini diungkapkan oleh Sandiaga Uno pada November 2020, saat ia belum menjabat sebagai Menteri di kabinet Indonesia Maju. Kala itu, ia masih menjabat sebagai Ketua Relawan Indonesia. 

Sandiaga Uno mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia pada 2018 sudah menempati peringkat ke-16 di dunia dan akan naik peringkat lagi setelah pandemi. Bahkan, ia tak sungkan untuk memproyeksi ekonomi Indonesia 9 tahun dari sekarang tepatnya pada 2030 akan menduduki peringkat ke-7 di dunia atau naik sebanyak 9 tingkat.

Hal yang mendasari optimisme dari Sandiaga Uno ini adalah pandemi telah memberikan banyak peluang usaha baru yang bisa menopang ekonomi di antaranya penjualan masker dan hand sanitizer selama pandemi yang sangat tinggi.

Digitalisasi Menjadi Kampanye yang Digalakkan oleh Pemerintah Agar Menjadi Salah Satu Ekonomi Dunia di 2030

Pada 2018 lalu, pemerintah Indonesia menggalakkan kampanye Making Indonesia 4.0 untuk mendukung dan membantu dunia usaha agar tidak kalah bersaing dan tetap kompetitif dengan memanfaatkan perkembangan teknologi di tanah air. 

Walaupun terdampak pandemi COVID-19, tetapi masih ada peluang usaha dari bisnis online yang bisa menopang perekonomian di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan dengan semakin banyaknya inovasi teknologi di Indonesia melalui berdirinya berbagai startup di Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia memiliki 5 startup unicorn dan 1 startup decacorn. Di mana, keenam startup ini semua operasional bisnisnya ditopang dengan teknologi. 

Selain itu, ada pula beberapa fintech lainnya yang juga ikut turut dalam membantu meningkatkan inklusi keuangan dan mengedukasi masyarakat betapa pentingnya literasi keuangan saat ini. Salah satu startup fintech yang concern dengan hal tersebut adalah Ajaib, sebuah platform investasi online yang memudahkan masyarakat saat ini untuk berinvestasi saham dan reksa dana dalam satu aplikasi saja.

Di tengah pandemi, Ajaib sangat peduli dengan kebutuhan dari setiap investor. Di mana, investor dapat membuka rekening saham di Ajaib tanpa perlu datang ke perusahaan sekuritas. Ini adalah suatu bentuk inovasi yang diberikan oleh startup Ajaib untuk memudahkan investor untuk tetap berinvestasi selama pandemi. Bahkan, fitur buka rekening saham secara online yang ditawarkan oleh Ajaib dapat membantu para investor disabilitas untuk tetap bisa berinvestasi dengan segala keterbatasannya.

Bisnis-bisnis digital inilah yang menjadi penopang bagi perekonomian di Indonesia di tahun-tahun mendatang yang membuat UMKM dan dunia usaha dapat bersaing. Karena bila kita mengaca dengan kondisi perekonomian di negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat. 

Di negara-negara tersebut, pemanfaatan teknologi untuk membantu suatu bisnis dianggap sangat penting. Sehingga, pengetahuan IPTEK di sana sangat baik dibanding negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Ketertinggalan inilah yang saat ini ingin dikejar oleh negara Indonesia dengan berbagai perjanjian kerja sama dalam berbagai bidang misalnya investasi, teknologi, dan sebagainya. Salah satunya didukung dengan UU Cipta Kerja yang baru saja disahkan oleh Presiden Jokowi. 

Di mana, UU Cipta Kerja ini langsung menarik negara lain untuk berinvestasi di Indonesia. Salah satu negara yang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia adalah Jepang, yang dikabarkan akan menanamkan modalnya sebesar Rp57 triliun di Indonesia.

Walaupun ekonomi digital digadang-gadang akan menjadi pusat ekonomi di masa depan. Namun, penerapan ekonomi digital di Indonesia masih mengalami hambatan yakni dari sisi regulasi, di mana hal ini menyangkut risiko serangan cyber, pembobolan data pribadi, dan sebagainya.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga harus memikirkan bagaimana nasib UMKM dalam menghadapi transformasi digital sehingga bukan hanya menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan besar saja yang memiliki modal yang besar.

Kebijakan-kebijakan terkait regulasi ekonomi digital yang diterbitkan nantinya diharapkan dapat membantu masyarakat dan pelaku bisnis untuk ekonomi inklusif.

Kunci dari keberhasilan bagi perekonomian Indonesia menembus 10 besar dunia di 2030 adalah dari sisi regulasi yang dapat mendukung terciptanya kegiatan ekonomi digital dan bagaimana mulusnya transformasi UMKM ke go digital. Karena UMKM adalah tulang punggung dari perekonomian nasional yang dapat menggerakan ekonomi.

Bahkan, untuk mempercepat transformasi UMKM ke go digital. Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan meminta Kementerian dan lembaga terkait UMKM untuk terus meningkatkan pelaku usaha mikro untuk masuk ke ranah digital. Pemerintah Indonesia memasang target hingga akhir tahun 2022, setidaknya ada 18,6 juta UMKM yang sudah masuk ke ranah digital.

Walaupun begitu, Luhut Binsar Pandjaitan juga menyoroti pentingnya peningkatan kualitas produk dari UMKM agar memperkuat posisi UMKM untuk produk-produk yang bersifat kompetitif.

Artikel Terkait