Saham

Kenali 3 Kondisi Pasar Saham Sebelum Berinvestasi

Kenali 3 Kondisi Pasar Saham Sebelum Berinvestasi

Ajaib.co.id – Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak pandemi COVID-19. Tidak hanya mempengaruhi kesehatan masyarakat, tapi juga berdampak pada perekonomian negara, khususnya kondisi pasar modal di Indonesia.

Mengenal Jenis-Jenis Kondisi Pasar Saham

Sebelum memulai investasi di masa pandemi, kamu harus mengetahui beberapa istilah dalam dunia trading seperti Bearish, Bullish, dan Sideways.

1. Bearish

Bearish merupakan kondisi pasar ketika harga saham, obligasi, dan komoditas yang diperdagangkan turun dalam jangka waktu yang cukup lama.

Kondisi ini akan membuat harga menjadi menurun atau downtrend karena volume penjual lebih banyak dibanding pembeli. Pada kondisi ini, akan terjadi panic sell atau aksi jual bersamaan. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan warna merah yang berarti harga mengalami penurunan.

2. Bullish

Bullish sendiri diambil dari kata “bull” yang artinya banteng atau pembeli. Istilah ini merupakan kondisi bursa harga saham, obligasi, dan komoditas yang diperdagangkan naik dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini terjadi karena pembeli lebih banyak dari pada penjual, sehingga harga terus mengalami kenaikan. Jika dilihat dari grafik, kondisi ini biasanya ditandai dengan warna hijau yang artinya harga mengalami kenaikan.

3. Sideways

Sideways adalah kondisi di mana market sedang datar dan terjadi keraguan dalam market. Bull dan Bearish sama-sama kuat sehingga menyebabkan Sideways.

Ciri-ciri kondisi ini adalah terbentuknya gunung kecil dan lembah yang dangkal dengan candle hijau dan merahnya berbentuk pendek-pendek , pergerakan market stabil tidak naik tidak juga turun.

Meski Menurun, Indonesia Masih Mencatatkan Pencapain di Pasar Modal

Meski Indonesia didera volatilitas yang sangat tinggi selama pandemi, pasar modal tetap mampu mencatat sejumlah pencapaian, khususnya pada akhir 2020 dan awal tahun 2021.

Hal ini telah disampaikan langsung oleh Inarno Djajadi, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia mengatakan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang setahun belakangan sangat dipengaruhi oleh perkembangan pandemi. Inarno mengatakan ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pertama diberlakukan pada Maret 2020 hingga Mei 2020, indeks komposit terguncang dan anjlok hingga 11,3%.

Meski begitu, pelonggaran PSBB berlaku mulai Juni hingga pertengahan September 2020, IHSG langsung bereaksi positif seiring ekspektasi pasar bahwa pelonggaran PSBB dapat kembali mendorong roda ekonomi. Namun, waktu PSBB fase 2, September—Oktober IHSG kembali turun, tapi kembali naik di akhir tahun, khususnya setelah vaksin di-approve dan mulai bersiap program vaksinasi.

Selain begitu, pandemi juga membawa pencapaian baru di pasar modal, termasuk dari sisi jumlah investor, kapitalisasi pasar, hingga volume, frekuensi, dan nilai transaksi bursa. Tercatat, sejumlah rekor berhasil dipecahkan seperti rekor volume perdagangan saham harian yang menyentuh 40,60 miliar juta saham dalam sehari pada 17 Desember 2020.

Kemudian rekor frekuensi perdagangan hingga 2.00.823 juta kali dalam satu hari pada 14 Januari 2021. Kapitalisasi pasar bursa juga sempat menyentuh titik tertingginya sepanjang sejarah pada 13 Januari 2021 yaitu mencapai Rp7.505 triliun. Hal ini dipengaruhi karena ada kenaikan jumlah investor, khususnya ritel.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa setahun pandemi ini, kondisi pasar masih terbilang bagus dan Inarno pun mengaku puas dan optimistis dengan perkembangan pasar modal saat ini. Ia pun meyakini tren pertumbuhan pasar saham Indonesia akan terus berlanjut dan masih banyak ruang untuk berkembang.

Menurut Inarno yang dikutip dari Bisnis.com mengatakan bahwa kondisi pandemi bukan menjadi tantangan melainkan kesempatan. Apalagi di tengah pertumbuhan investor ritel yang sangat besar. Bahkan, Inarno menyebut investor ritel adalah masa depan pasar modal Indonesia.

Kondisi Pasar Indonesia Lebih Baik Dibanding Singapura, Filipina, dan Thailand

Di awal 2021, Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso pamer bahwa pasar modal Indonesia saat ini lebih baik dibanding negara tetangga seperti Singapura, Filipina dan Thailand. 

Hal ini terlihat pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menunjukkan penguatan hingga menyentuh level tertinggi di 6.165,6 pada 21 Desember 2020 dan ditutup di level 5.979,07 atau terkontraksi 5,09 persen year to date (ytd).

Ia juga memaparkan bahwa transaksi investor meningkat sebesar 73 persen dari tahun sebelumnya, dengan transaksi investor ritel yang meningkat 4 kali lipat dan merupakan tertinggi di ASEAN. Sehingga jumlah investor pasar modal naik 56 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 3,88 juta investor dan didominasi oleh investor domestik yang berumur di bawah 30 tahun, yaitu mencapai 54,79 persen dari total investor.

Bukan hanya itu, Staf Ahli OJK Ryan Kiryanto juga menilai pertumbuhan pasar modal saat ini masih terbilang stabil, apalagi dia melihat ada kencenderungan minat ke pasar modal tengah membaik.

Sebagai indikantornya, Ryan mengatakan jumlah emiten baru yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini terus bertambah bahkan telah mencapai 32 emiten.

Tetap Berinvestasi Meski di Masa Pandemi

Nah setelah memahami kondisi pasar di Indonesia, apa kamu tertarik untuk mulai berinvestasi di tengah pandemi? Meski perekonomian tidak menentu, pandemi ini justru dianggap kesempatan baik untuk mulai berinvestasi bagi pakar pasar saham.

Jika kamu tidak berani berinvestasi dengan modal besar, kamu bisa mulai berinvestasi dengan modal kecil melalui Ajaib. Di sini, kamu bisa memilih instrumen investasi reksa dana atau saham. Di mana untuk berinvestasi di reksa dana, kamu hanya membutuhkan modal mulai dari Rp10 ribu. Sedangkan untuk memulai berinvestasi saham, kamu bisa memulainya dengan modal mulai dari Rp100 ribu.

Artikel Terkait