Investasi

Investor, Perlukah Cari Cara Ganti Investasi Saat New Normal?

Ajaib.co.id – Ketika new normal telah berlangsung, kegiatan ekonomi menggeliat termasuk soal investasi. Namun pertimbangkan dua kali, jika kamu sedang cari cara ganti investasi karena belum cuan.

Masa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah diterapkan di Jakarta pada awal Juni lalu. Masa ini diiringi pula dengan menerapkan protokol kesehatan new normal. Di mana perkantoran, pusat belanja, dan layanan publik telah beroperasi dengan mengurangi kapasitas pegawai atau pengunjung, menggunakan masker, serta menjaga jarak.

Tak hanya itu, kegiatan investasi keuangan pun sudah mulai beranjak naik. Meski demikian tak semua instrumen investasi menunjukkan garis hijaunya. Misal reksa dana saham, karena tak sedikit saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih terkoreksi. 

Buat investor reksa dana saham, ada yang santai dan ada juga yang cemas melihat situasi tersebut. Karena mereka belum memetik cuan. Namun perlukan cari cara ganti investasi lain?

Investasi Saat New Normal

Berdasarkan CNBCIndonesia.com (12/10/2020), data Infovesta menunjukkan kinerja reksa dana saham turun 7,03 persen pada September 2020 (month to month). Hal itu sama seperti acuannya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi dengan nilai yang sama akibat dari pemberlakukan PSBB kembali.

Di sisi lain, kinerja reksa dana saham setahun berjalan (year to date) masih mencatatkan rekor paling buruk. Kinerjanya -24,40 persen ytd. Sebaliknya, reksa dana pendapatan tetap justru memperlihatkan pergerakan positif, yaitu 0,04 persen mtm dan 5,23 persen ytd.

Jadi, bagaimana dengan cara ganti investasi?

Sebelum ganti instrumen investasi atau beralih ke portofolio reksa dana lain, ada baiknya kamu berpikir ulang. Terutama pikirkan tentang alasannya.

Skenario: Reno memiliki reksa dana saham. Sejak ia beli dua tahun lalu, portofolio tersebut belum menikmati imbal hasil. Bahkan portofolio -40 persen. Haruskah ia cari cara ganti investasi?

Solusi 1

Jika dijual atau switching (ke reksa dana yang kinerjanya positif), Reno akan rugi. Sebaiknya diamkan saja, apalagi ia tak ada kebutuhan mendesak. Karena jenis reksa dana saham untuk tujuan jangka panjang, minimal lima tahun.

Solusi 2

Buat kamu yang punya masalah seperti Reno, ada baiknya berinvestasi ke reksa dana lain. Misal reksa dana pasar uang untuk jangka pendek atau reksa dana pendapatan tetap untuk jangka menengah.

Kamu bisa membeli salah satu atau kedua jenis reksa dana tersebut. Mulai berinvestasi dengan Rp100.000 atau alokasikan 20 persen dari gaji. Lakukan setiap bulan dan lihat perkembangannya setelah enam bulan.

Buat kamu yang ingin membandingkan kinerja reksa dana sebelum membeli, kamu bisa menggunakan aplikasi Ajaib. Di Ajaib, investor dapat memilih reksa dana berdasarkan jenisnya, pilihan para ahli, dan memakai fitur perbandingan. Fitur tersebut dapat membandingkan kinerja tiga reksa dana sekaligus.

Solusi 3

Daripada cari cara ganti investasi, lebih baik biarkan reksa dana saham dan pikirkan untuk melakukan diversifikasi. Ini adalah upaya menyebarkan aset untuk menghasilkan pengembalian tertinggi dan memperkecil risiko. Misal kamu telah memiliki reksa dana saham, diversifikasi asetmu pada investasi obligasi, deposito, atau peer-to-peer (p2p) lending.

  • Obligasi: surat utang atau disebut juga obligasi adalah salah satu instrumen investasi yang bisa dipilih saat new normal. Karena investasi memberikan kupon atau bunga tetap setiap bulannya. Kupon obligasi negara ORI018 sebesar 5,7 persen. Jika nilai kupon terkumpul, hasilnya cukup menguntungkan, loh. Tertarik? Siapkan dana minimal Rp1 juta, berlaku kelipatannya, untuk berinvestasi pada obligasi.
  • Deposito: deposito juga bisa dijadikan alternatif berinvestasi. Saat ini, rata-rata bunga deposito 3,5 persen hingga 4,5 persen. Karena suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar empat persen, finance.detik.com (17/09/2020).
  • P2P lending: ada dua jenis p2p lending, yaitu produktif dan konsumtif. Sebaiknya kamu pilih p2p lending produktif, karena jenis p2p ini memberikan pinjaman bisnis pada suatu perusahaan.

Di sini, kamu bisa bertindak sebagai lender (pemberi pinjaman) dan akan menerima bunga sebagai imbalannya. Rata-rata bunga p2p lending 14 persen sampai 20 persen dengan waktu tiga bulan atau lebih.

Namun pilih pinjaman risikonya rendah. Biasanya risiko rendah memiliki label A. risiko tinggi berlabel C. Ketika pandemi covid-19, tak sedikit pinjaman yang mengalami kredit macet. Jadi pengembalian pokok dan bunga menjadi molor dari waktu yang telah ditentukan.

Profil Risiko

Apapun diversifikasi investasi yang diambil, kamu harus memahami profil risikomu. Karena setiap investor memiliki toleransi risiko yang berbeda. Untuk membantu dirimu memahami profil risiko, cek tipe di bawah ini.

Konservatif 

Profil risiko investor konservatif ingin keamanan dalam berinvestasi. Sehingga ia memilih instrumen investasi yang tak banyak gejolak, selalu memberikan keuntungan meski nilainya tidak tinggi, dan bersifat likuid. Investasi yang sesuai tipe konservatif adalah deposito, obligasi, dan reksa dana pasar uang.

Moderat 

Profil risiko moderat sedikit lebih berani dibanding konservatif. Ia ingin keuntungan agak besar meskipun sedikit berisiko, tetapi kinerja investasi cukup stabil. Pilih produk investasinya yaitu obligasi dan reksa dana pendapatan tetap. Produk tersebut cocok untuk investasi jangka menengah. 

Agresif 

Investor tipe agresif berani menanamkan modalnya pada instrumen berisiko tinggi. Karena ia menginginkan imbal hasil yang tinggi, meskipun kinerja produknya bergerak fluktuatif. Produk yang sesuai si agresif adalah saham dan reksa dana saham, yang bisa digunakan sebagai investasi jangka panjang.

Moderat Agresif

Selain itu, ada juga profil risiko moderat agresif. Investor berprofil ini ingin keuntungan tinggi, tetapi belum siap dengan risikonya. Maka pilihannya reksa dana campuran (berisi campuran saham atau obligasi sebesar 79 persen).

Jika kamu telah mengenali tipe profil risikomu, segera investasikan dana agar mendapatkan keuntungan optimal.

Artikel Terkait