Milenial

Milenial Dalam Menghadapi Tantangan Dunia Hari Ini

Ajaib.co.id – Hampir semua orang terdampak pandemi COVID-19. Namun milenial adalah generasi yang mengalami hantaman paling kencang. Mau tau mau, mereka harus menghadapi tantangan dunia hari ini.

Berdasarkan analisis Federal Reserve, Amerika Serikat, milenial menghadapi kerusakan ekonomi yang sangat parah akibat pandemi. Hal itu disebabkan karena gabungan dari kehilangan pekerjaan besar-besaran atau PHK dan perilaku mengelola keuangan yang buruk, CNBC.com (26/05/2020). Milenial yang dimaksud adalah mereka lahir antara 1981 hingga 1996.

Namun tantangan milenial tak hanya masalah dunia hari ini alias pandemi COVID-19. Jauh sebelum pandemi, mereka juga menghadapi kritik dari generasi yang lebih tua. Baik di rumah maupun di tempat kerja.

Di tempat kerja atau bisnis, tak sedikit generasi lebih tua menyalahkan milenial atas disruptif yang terjadi di dunia hari ini. Seperti mengonsumsi informasi, cara berbelanja, memasarkan produk atau jasa, mengakses transportasi, dan masih banyak lagi.

Di rumah, sebagian milenial merangka menjadi sandwich generation. Di mana mereka harus bertanggung jawab kepada keluarga kecil (istri/suami dan anak), tetapi di sisi lain, mereka juga ikut berpartisipasi (dalam hal keuangan) terhadap kebutuhan orang tua.

Banyak tantangan dunia hari ini menghinggapi milenial. Banyak pula yang mengharapkan milenial membuat perubahan. Lalu bagaimana milenial menghadapi tantangan dunia hari ini?

Lingkungan Kerja

Sebagian milenial memiliki pekerjaan tetap dan penghasilan stabil di perusahaan pertama kali ia kerja. Mereka terbiasa bekerja sama dengan generasi lebih tua. Namun sebagian lagi tidak demikian.

Berdasarkan survei Gallup pada 2016 menemukan 21 persen milenial berganti pekerjaan dalam setahun terakhir. Mereka mengatakan bahwa berganti pekerjaan setiap beberapa tahun dapat memberikan peluang terbaik untuk memajukan karier. Separuhnya mengatakan sangat setuju bekerja di perusahaan yang sama dalam satu tahun.

Dalam hubungannya dengan lingkungan pekerjaan, banyak milenial yang menghadapi tantangan soal atasan atau kepala perusahaan. Milenial merasa bahwa atasan tak peduli mereka. 

Alhasil cara milenial menghadapi tantangan dengan tidak menunjukkan loyalitas mereka terhadap perusahaan. Ada pula yang loyal, tetapi jika memperoleh tawaran pekerjaan ideal, mereka tak ragu untuk pindah pekerjaan.

Beberapa milenial yang lebih muda terus mencari pekerjaan, tak peduli situasi pekerjaan mereka saat ini. Ketidakstabilan dan ketidakpastian tersebut menjadi tantangan dunia hari ini bagi.

Gaji Rendah

Gaji sekadar mengikuti upah minimum kota atau provinsi. Melainkan upah tidak mengikuti inflasi. Dibandingkan generasi sebelumnya, generasi milenial menghasilkan lebih sedikit gaji ketika disesuaikan dengan inflasi.

Kenaikan upah yang tidak setara dengan inflasi akan merugikan para pekerja. Banyak generasi milenial berjuang untuk mengalokasikan gaji mereka pada biaya hidup, membayar cicilan rumah atau sewa, dan melunasi tagihan utang. Bahkan ada yang kesulitan untuk memiliki dana darurat dan investasi. 

Merawat Orang Tua

Sebuah survei dari Caring Advisor menemukan, setengah dari 991 milenial telah merawat orang tua mereka. Dan banyak milenial lain yang sedang dalam tahap perencanaan, Forbes.com (07/04/2020).

Saat para milenial mencapai usia 30-an atau 40-an, orang tua mereka mulai membutuhkan lebih banyak perhatian. Terlebih jika orang tua memerlukan perawatan kesehatan khusus. Cara milenial menanggapi tantangan tersebut adalah memberikan caretaker dan layanan kesehatan di rumah, mengikutsertakan pada program pensiun, dan memperbolehkan tinggal di panti jompo.

Bagaimana jika mereka tak memiliki dana untuk hal tersebut? Mereka akan tinggal bersama orang tua atau meminta orang tua tinggal bersama mereka. Hal ini untuk mempermudah perawatan dan pemantauan. Namun apapun keputusannya, merawat orang tua adalah tanggung jawab yang sangat besar dan layak diapresiasi.

Melunasi Cicilan

Tantangan dunia hari ini yang tak kalah mengerikan adalah melunasi cicilan, utang, atau kredit. Memang, mereka memiliki gaji dan pekerjaan. Namun jika mereka membeli properti di tengah kota yang harganya cukup tinggi, mobil, ditambah dengan perilaku konsumtif, pengeluaran pun menjadi lebih besar.

Untuk hal ini, milenial membutuhkan keterampilan dalam pengelolaan keuangan. Setidaknya, generasi ini punya alokasi dana untuk kebutuhan harian, dana hiburan, serta tabungan dan/atau investasi. Masing-masing sebesar 60/20/20 atau 50/30/20.

Khusus investasi, milenial harus memulai berinvestasi sedini mungkin. Karena investasi dapat dijadikan modal masa depan dan keuntungannya berlipat ganda. Namun mereka harus berinvestasi berdasarkan kebutuhan. Kamu bisa cek Ajaib, aplikasi digital yang membantu milenial dalam memilih produk investasi.

Biaya Tempat Tinggal

Survei Rumah123.com menunjukkan generasi milenial (yang lahir 1981-1994) terancam tidak bisa memiliki rumah. Karena kenaikan gaji rata-rata per tahun hanya 10 persen sedangkan harga rumah naik minimal 20 persen per tahunnya, Kompas.com (14/12/2016).

Di Amerika Serikat pun demikian. Penelitian Student Loan Hero memperlihatkan para milenial yang membeli rumah saat ini harus membayar 39 persen lebih banyak daripada mereka yang membeli rumah pada 1980-an. Memiliki uang adalah tantangan cukup berat bagi milenial Paman Sam. Karena mereka harus menyisihkan gaji untuk uang muka rumah dan melunasi student loan.

PHK

Tantangan berikutnya adalah kehilangan pekerjaan. Banyak kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi selama pandemi COVID-19. Pandemi membuat ekonomi melambat, pemasukan perusahaan berkurang drastis, hingga akhirnya terpaksa melakukan PHK. Ada pula yang terpaksa memangkas gaji karyawan agar operasional perusahaan tetap berjalan.

Di AS, tingkat pengangguran terus menurun selama 10 tahun terakhir. Namun pandemi menyebabkan perusahaan mem-PHK karyawan dan tingkat pengangguran kembali naik. Kondisi ini membuat para milenial, di manapun mereka berada, mencari pekerjaan lain atau membangun bisnis. Memang tidak mudah, tetapi ada usaha tak menghianati hasil.

Kesehatan Mental

Kesehatan mental adalah masalah dunia hari ini yang harus dihadapi milenial. Pasalnya, kesehatan mental berkaitan erat dengan tekanan di kantor, kondisi keuangan, dan masalah pribadi.

Studi Bensinger, DuPont & Associates menyatakan sekitar 20 persen generasi milenial mengaku depresi terkait pekerjaan mereka. Meski demikian sulit mengetahui dengan pasti bagaimana perbandingan kesehatan mental generasi milenial dengan generasi yang lebih tua. Karena masyarakat masih memandang sebelah mata gangguan kesehatan mental.

Namun milenial cenderung lebih terbuka tentang perjuangan mereka mengendalikan kesehatan mental. Beberapa tahun belakang, banyak milenial yang terbuka bahwa dirinya mengalami gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, atau masalah kesehatan mental lainnya.

Tak hanya milenial, semua generasi pasti menghadapi tantangan hidup. Mulai dari pekerjaan, biaya hidup tinggi, dan hal lain yang menyebabkan stress. Wajar, jika hal-hal tersebut membuat cemas, kewalahan, dan stress.

Satu hal yang pasti, kamu harus bisa menjaga kesehatan mental agar mampu menghadapi tantangan hidup. Jangan ragu untuk minta pertolongan ahlinya, seperti psikolog atau konselor.

Artikel Terkait