Bisnis & Kerja Sampingan, Ekonomi

Perusahaan Kontraktor Juga Kena Dampak Pandemi COVID-19

Ajaib.co.id – Pandemi COVID-19 berdampak ke berbagai sektor. Tak terkecuali bidang konstruksi. Seberapa parahkah dampak pandemi COVID-19 terhadap keberlangsungan usaha perusahaan kontraktor? 

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor konstruksi menyumbang 11,26% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan IV-2019. Dari aspek penyerapan tenaga kerja, sektor konstruksi pun memberikan kontribusi yang cukup besar. Penyerapan tenaga kerja dari sektor konstruksi berkaitan erat dengan besaran nilai proyek, jenis teknologi yang digunakan, dan target waktu penyelesaian konstruksi. 

Memang, data tersebut diambil dari periode waktu sebelum pandemi COVID-19. Bagaimana kondisinya sekarang? Pertengahan tahun lalu, MarkPlus Inc menggelar diskusi bertajuk MarkPlus Industry Roundtable edisi ke-15. Diskusi yang berlangsung melalui aplikasi Zoom tersebut membahas sektor konstruksi di masa pandemi COVID-19.

Diskusi diawali dengan pemaparan hasil survei cepat. Survei tersebut diikuti oleh 36 responden di seluruh Indonesia. Sebagian besar responden berasal dari Jabodetabek dan bergerak dalam pembangunan residensial. 

Hasil survei tersebut memperlihatkan adanya perlambatan progres proyek pembangunan sejak munculnya kasus COVID-19 di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari sebanyak 80% responden setuju bahwa COVID-19 berdampak pada perlambatan proyek konstruksi.

Perlambatan ini salah satunya terkait dengan terbatasnya distribusi material akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Survei yang sama menyatakan, sebanyak 31% responden menunda aktivitas pembangunan. Tapi, 69% responden lainnya mengaku tetap terus melanjutkan proyek yang sedang dijalani. Perusahaan kontraktor tetap meneruskan proyek konstruksi dengan alasan menjaga cash flow dan komitmen kepada klien.

Masih dari survei yang sama, sebanyak 92% pemain di industri ini juga telah menerapkan protokol kesehatan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dengan penerapan protokol kesehatan itulah perusahaan kontraktor berani mengambil keputusan untuk tidak menunda penyelesaian pembangunan. Tak hanya protokol kesehatan, perusahaan kontraktor juga merasa perlu adanya peningkatan sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) selama menjalankan proyek konstruksi di masa pandemi COVID-19.

Pandemi COVID-19 menuntut manusia beradaptasi atau bahkan berinovasi untuk beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ternyata berlaku pula di sektor konstruksi. Kini, muncul sistem pembangunan kilat (fast construction) yang mampu selesai dalam waktu 14 hari. Munculnya sistem ini tak terlepas dari tuntutan klien yang tak mengendur meski pandemi COVID-19 masih belum menemui tanda-tanda berakhirnya. 

Sayangnya, belum banyak kontraktor yang mengimplementasikan sistem fast construction. Dari survei yang sama, hanya 22% responden yang sudah merasakan experience fast construction. Padahal, sebanyak 78% responden menyadari adanya metode fast construction dan 96% responden tertarik menerapkannya.

Tak dipungkiri, pandemi COVID-19 berdampak terhadap industri konstruksi di Indonesia. Meski ada proyek konstruksi yang tetap berjalan, namun tak sedikit yang menghentikan proyeknya. Di samping itu, sebagian pelaksanaan tender baru ditunda. 

Belum lagi sejumlah lembaga negara atau BUMN ada yang mengalihkan anggaran konstruksi untuk membantu penanggulangan pandemi COVID-19. Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), contohnya, anggaran tahun 2020 di kementerian tersebut telah direlokasi akibat pandemi COVID-19.

Sebelum pandemi COVID-19, Kementerian PUPR memiliki anggaran Rp120,2 triliun. Kini, setelah pandemi COVID-19, anggaran Kementerian PUPR menurun drastis menjadi Rp75,63 triliun atau berkurang Rp44,58 triliun.

Dampak pandemi COVID-19 pun dirasakan betul oleh para anggota Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3I). Umumnya, mereka juga mengalami kesulitan dalam pengadaan material bahan baku. Yang paling terasa, tentu saja, kesulitan arus kas pada beberapa proyek berjalan. 

Tapi, AP3I tak tinggal diam menyikapi kondisi actual ini. Guna mempercepat pulihnya bisnis, AP3I meminta kepada para anggotanya agar membentuk satgas pencegahan COVID-19, menyediakan fasilitas pencegahan, mengedukasi seluruh anggota untuk menjaga diri, mengukur suhu tubuh setiap pagi, siang, dan sore. 

Tak hanya itu, mereka juga diimbau untuk menjalin kerja sama penanganan suspect COVID-19 dengan rumah sakit dan puskesmas. Anggota AP3I juga akan menghentikan sementara pekerjaan bila ditemukan tenaga kerja yang terindikasi terpapar COVID-19.

Penyemprotan disinfektan pada sarana dan prasarana, baik di kantor maupun di lokasi proyek, pun tak luput dilaksanakan. Tak ketinggalan, mencuci tangan, penggunaan masker, pengaturan penerimaan tamu, penyediaan tempat karantina atau isolasi mandiri, dan penerapan higienis dan sanitasi di lingkungan kerja. 

Memang, utilitas produksi perusahaan anggota AP3I mengalami penurunan hingga 30% di masa pandemi COVID-19. Namun, AP3I optimistis bahwa proyek dapat berjalan normal dan serapan produk dari anggota asosiasi kembali optimal. 

Senada dengan AP3I, dampak pandemi COVID-19 terhadap perlambatan sebagian proyek konstruksi juga diamini oleh Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI). Sekretaris Jenderal AKI Joseph Pangalila mengakui, jumlah proyek yang bisa digarap saat ini sangat jauh berkurang dibandingkan kondisi normal.

“Jumlah pekerjaan atau proyek sangat berkurang karena pandemi ini,” ujarnya belum lama ini.

Meski begitu, lanjutnya, belum ada anggota AKI yang menutup usahanya. Yang jelas, ia menekankan, sektor konstruksi sangat terdampak pandemi COVID-19. Saat ini, ia menambahkan, AKI sedang mengajukan permintaan kepada Pemerintah untuk meringankan beban perusahaan konstruksi yang menjadi anggotanya. Keringanan itu, misalnya, mengurangi besaran pajak yang dikenakan kepada perusahaan, seperti sektor-sektor lain yang telah diberikan relaksasi pajak.

Begitu besarnya dampak pandemi COVID-19 telah dirasakan oleh orang banyak. Belum adanya indikasi konkret pandemi COVID-19 melandai atau ditemukannya vaksin COVID-19 membuat semangat sebagian orang mengendur. 

Patut diresapi, optimis bukanlah warisan. Optimis adalah sebuah pilihan. Pilihan inilah yang perlu kamu ubah menjadi tindakan nyata untuk tetap berusaha mencapai tujuan di tengah kondisi sesulit apapun.

Artikel Terkait