Ekonomi

Alasan Untuk Optimis Dengan Pemulihan Ekonomi Indonesia

Soko Guru

Ajaib.co.id – “This too shall pass” atau “Ini juga akan berlalu” ialah kalimat yang menjadi populer dikarenakan efek pandemi yang begitu berat untuk belakangan ini. Akan tetapi, ada beberapa alasan untuk optimis untuk ekonomi Indonesia bisa kembali pulih. 

Beberapa pengamat menyamakan efek ekonomi dari pembatasan sosial selama karantina di berbagai negara disamakan dengan Great Depression atau masa ekonomi terburuk selama seratus tahun terakhir. Sebagian dari kita mesti meregang nyawa dan sebagian lainnya kehilangan pekerjaan dan penghidupan selama pandemi.

Setiap harinya korban virus Corona (SARS-CoV-2) masih terus berjatuhan. Wabah ini sempat memaksa pemerintah memberlakukan peraturan pembatasan sosial yang membatasi mobilitas publik. Indonesia pun dibayangi kemungkinan resesi setelah ekonomi kita berkontraksi/bertumbuh negatif di Kuartal II sebesar -5,3 persen.

Sampai artikel ini ditulis 49 negara telah jatuh ke jurang resesi. Jika di tanggal 5 November ini BPS mengumumkan bahwa pertumbuhan Kuartal III tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan Kuartal III tahun 2019 maka Indonesia juga akan resmi menyandang status resesi.

Tak mau berlama-lama dalam kondisi terpuruk, Bank Indonesia gerak cepat dengan memangkas suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate sebesar 100 basis poin. Penurunan suku bunga diharapkan dapat merangsang kredit yang akan meningkatkan aktivitas ekonomi.

Turunnya bunga kredit, meski belum menyamai bunga acuan, tidak disia-siakan para pelaku usaha. Sampai saat ini bunga kredit sudah berhasil merangsang lebih banyak kredit.

Untuk mendukung perbankan, pemerintah telah menempatkan dana beberapa kali agar likuiditas menjadi longgar. Dengan begitu lembaga keuangan seperti perbankan juga cukup agresif dalam menyalurkan kredit. Akibatnya dana segar dapat mengalir ke masyarakat dan memompa perekonomian.

Penempatan dana ke perbankan adalah satu dari beberapa langkah dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Misalnya saja di bulan Juni bank-bank BUMN seperti BRI, Mandiri, dan BNI mendapat suntikan dana sebesar Rp 30 triliun dari Kementrian Keuangan.
Kamu bisa lihat di bawah ini:

Survei perbankan BI yang dirilis 18 Oktober 2020 divisualisasikan dalam grafik saldo bersih tertimbang di atas. Grafik di atas berisikan informasi yang dikalkulasi oleh BI berisikan berbagai macam kredit seperti KPR, kredit kendaraan, kartu kredit, dll.

Kamu bisa lihat di kuartal II kredit turun hingga lebih rendah 60 persen dari kuartal sebelumnya. Di Kuartal II lembaga-lembaga keuangan menjadi sangat berhati-hati dalam menyalurkan kredit, begitu pun dengan masyarakat yang mengerem belanjanya.

Namun penyaluran kredit kembali bergirah sejak penempatan dana dilakukan pemerintah melalui Kementrian keuangan. Dengan diimbangi turunnya suku bunga acuan dan penempatan dana pada perbankan maka ekosistem kredit menjadi lebih baik di kuartal III.

Penyaluran kredit adalah tanda positif karena berarti ada lebih banyak orang dan perusahaan yang layak kredit dibanding sebelumnya.
Perusahaan yang mengajukan kredit bisa menggunakan dana yang diperolehnya untuk meningkatkan produksi kembali. Jika produksi mulai digenjot, maka artinya akan ada lebih sedikit pekerja yang di-PHK, atau bahkan rekrutmen pekerja baru. Dengan demikian akan ada lebih banyak orang yang memiliki penghasilan. Maka secara umum daya beli akan meningkat dan kemudian konsumsi rumah tangga meningkat.

Kredit dan Pertumbuhan Ekonomi

Kredit itu penting karena dapat meningkatkan daya beli seseorang atau sebuah perusahaan. Daya beli yang meningkat artinya konsumsi rumah tangga yang juga membesar. Pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh tiga hal utama yaitu konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor.
Perbankan meyakini bahwa pertumbuhan kredit baru di Kuartal IV akan lebih tinggi. Dengan aktivitas kredit yang meningkat BI memprediksi pertumbuhan ekonomi akan tumbuh secara positif di kuartal IV tahun ini.
Meski belum sepenuhnya normal namun kegiatan masyarakat berangsur-angsur pulih. Kamu bisa yakin bahwa Indonesia akan pulih dan akan semakin mendekati normal ketika distribusi vaksin sudah dilakukan.

Usaha Pemerintah di Kuartal III

Sejauh ini kita bisa lega bahwa pemerintah kita terus bergerak aktif untuk mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang positif. Tidak mau berlama-lama, pemerintah gerak cepat dengan progam Pemulihan Ekonomi Nasional.

Usaha yang sejauh ini sudah dilakukan diantaranya:
• Anggaran dialokasikan sebesar Rp172,1 triliun melalui Bantuan Langsung Tunai, Kartu Pra Kerja, pembebasan listrik dan lain-lain. Semua itu digunakan untuk menstimulus ekonomi dengan meningkatkan daya beli masyarakat.
• Insentif diberikan kepada UMKM dan korporasi dalam bentuk relaksasi kredit, subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat dan Ultra Mikro, penjaminan modal kerja sampai Rp10 miliar untuk perusahaan padat karya. Insentif pajak ditanggung pemerintah, pengurangan angsuran PPh Pasal 25 dan pengembalian pendahuluan PPN.
• Menurunkan suku bunga, membeli Surat Berharga Negara, meningkatkan likuiditas bank dengan penempatan dana.

Hasilnya di bulan Agustus saja berbagai industri sudah mulai menunjukkan data Purchasing Manager Index (PMI) yang positif yaitu 50,3. Artinya sudah mulai memasuki ekspansi, lebih baik daripada sebelumnya.

Di bulan Oktober ini Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengungkap bahwa beberapa sektor usaha sudah mulai pulih dan menggerakkan perekonomian. Sektor-sektor usaha tersebut adalah sektor industri makanan dan minuman, industri logam dasar, telekomunikasi, industri barang dari kulit dan alas kaki.

Selain itu kabar baik juga muncul dari sektor pertanian hortikultura, industri sembako, barang galian. Mobilitas juga sudah meningkat meski saat ini pergerakan masih dibatasi seperti larangan untuk memadati tempat-tempat umum seperti restoran dan mall-mall.

Ini adalah saat yang tepat bagi kamu untuk mulai meracik portofolio investasimu. Kamu bisa lakukan dengan mudah melalui Ajaib. Satu platform untuk berinvestasi saham dan reksa dana!

Artikel Terkait