Ajaib.co.id – Industri makanan selalu menjadi sektor bisnis yang menjanjikan. Kinerja emitennya di pasar saham juga kerap jadi perhatian. Salah satu yang kerap diminati ialah saham JPFA dari PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) merupakan salah perusahaan makanan agri yang juga ikut melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bisnis perusahaan ini meliputi pembuatan pakan ternak, peternakan ayam, budidaya perikanan, dan pengolahan unggas. Salah stau produknya yang paling dikenal publik ialah ayam segara kemasan dengan merk Best Chicken.
Perusahaan sudah berdiri cukup lama di Indonesia. Pengoperasiannya secara komersial dimulai pada Januari 1971 silam. Perusahaan ini pertama kali melakukan Initial Public Offering (IPO) pada 23 Oktober 1989. Harga saham yang ditawarkan senilai Rp7.200 per lembar saham. Saat itu ada sekitar 4 juta lembar saham yang ditawarkan kepada publik.
Dari pertama kali perilisannya di bursa saham, saham JPFA selalu menjadi yang diunggulkan dalam perdagangan saham sektor ini.
Naik Turun Harga Saham JPFA, Bagaimana Peluangnya?
Saham JPFA milik PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk sejauh ini memang menunjukkan kinerja yang stagnan, namun tidak berarti nilai saham JPFA tak bisa dipertimbangkan. Terlebih lagi, emiten ini memiliki catatan pembagian saham yang cukup signifikan bagi pemegang sahamnya. Pembagian deviden pada tahun 2018 dan 2017 tercatata sebesar Rp50 per lembar saham.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 8 Mei 2020 di Bursa Efek Indonesia, harga saham JPFA ada di angka Rp 920 per lembar. Catatan ini memastikan tren negatif penurupan harga saham ini selama tahun 2020. Secara tahun berjalan atau year to date, saham JPFA minus hingga lebih dari 38,76%.
Dilansir dari CNBC Indonesia, dilihat sejak Januari, saham Japfa Comfeed sudah melemah 46,58% ke posisi Rp 820 per saham. Pada periode yang sama, Investor asing tercatat melakukan aksi jual Rp 72,27 miliar di seluruh pasar. Penurupan harga saham ini tentu amat mengkahwatirkan bagi para investor.
Bandingkan dengan harga saham JPFA pada medio 2019 lalu yang masih ada di angka Rp1.500 per lembar saham. Dilansir dari berbagai sumber, saham JPFA diakumulasi turun 3,1% atau 50 poin dari pembukaan perdagangan pada September lalu ada di angka Rp1.585 per saham. Namun jika diakumulasikan dalam satu bulan, saham JPFA naik 35 poin atau 2,3% dari Rp1.500 per saham saat awal perdagangan pada Agustus sebelumnya.
Selanjutnya, jika diakumulasikan selama enam bulan sebelumnya, saham JPFA mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni 29,2% atau 635 poin dari awal perdagangan Rp2.170 per saham. Meskipun cenderung stagnan di penutupan saham, pada Agustus 2019 lalu, emiten ini resmi masuk dalam deretan saham unggulan atau LQ45 hingga Januari 2020.
Ini sekaligus menjadi nilai tambah bagi investor dalam menentukan pilihannya. Saham ini juga menjadi pemain utama dalam saham unggas alias poultry di BEI. Bahkan pada Maret 2020, harga saham ini pernah kembali menguat hingga angka Rp1.520 per saham. Meski demikian, dibandingkan sejak setahun lalu (05 Maret 2019) harga saham JPFA masih minus 30.59% dari harga saat itu (Rp 2.190).
KInerja saham JPFA yang melemah ini tak lain juga akibat dampak dari pandemi Corona yang berdampak pada pasar saham secara keseluruhan. Meskipun industri konsumsi relatif masih bisa bernafas dibandingkan sektor lainnya namun kinerja emiten ini juga dipengaruhi dengan turunnya harga ayam mulai April lalu.
Meskipun sekarang harga ayam kembali naik dengan meningkatnya konsumsi menjelang Ramadhan dan Lebaran namun hal ini tidak cukup mengerek kembali harga saham unggas. Meskipun sudah melebihi biaya produksi namun harga ayam belum cukup ideal untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Dilansir dari pemberitaan Kontan, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham JPFA mencapai Rp 9,50 miliar, sedangkan volume saham yang ditransaksikan mencapai 62.493 lot. Dengan earning per share (EPS) alias laba bersih per saham Rp 151, maka price to earning ratio (PER) saham ini 10,07 kali. Adapun price to book value-nya (PBV) 1,65 kali.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) mencatatkan kenaikan pendapatan 8% year on year (yoy), dari Rp 34,01 triliun di 2018 menjadi Rp 36,74 triliun di tahun 2019. Meski demikian, pendapatan bersih yang tumbuh belum mampu menaikkan laba bersihnya.
Mengacu pada laporan keuangan 2019 dari PT Japfa Comfeed yang dirilis ke publik, sumber pendapatan terbesar ialah peternakan komersial dan pengolahan hasil peternakan sebesar Rp 14,96 triliun. Kemudian disusul segmen pakan ternak sebesar Rp 13,53 triliun.
Sayangnya, perusahaan ini masih mendapatkan beban pokok penjualan yang malah tumbuh 10,4% yoy menjadi Rp 29,61 triliun. Beban bahan baku meningkat 10% yoy atau sebesar Rp 26,04 triliun. Ada pula beban tenaga kerja langsung dan biaya pabrikasi masing-masing tumbuh 15% menjadi Rp 1,58 triliun dan 7,7% menjadi Rp 2,03 triliun.
Alhasil, laba yang dapat diatribusikan ke entitas induk menyusut 18,5% yoy menjadi Rp 1,76 triliun dari sebelumnya Rp 2,16 triliun di 2018. Sepanjang tahun lalu, JPFA membukukan total aset sebesar Rp 25,18 triliun. Di sisi lain jumlah liabilitasnya sebesar Rp 13,76 triliun dan ekuitasnya Rp 11,44 triliun.
Merespon pelemahan harga saham ini, pihak perusahaan akan melakukan penerbitan saham baru lewat right issue dan buyback saham. Adapun, rights issue akan dilakukan dengan mengeluarkan saham baru Seri A dalam jumlah sebanyak-banyaknya 30% dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh saat ini.
Jumlah tersebut sebanyak-banyaknya 3.517.972.560 saham (5,51 miliar saham) Seri A. Sementara untuk buyback saham telah dimintakan persetujuan dari pemegang saham dengan dana maksimal 350 miliar dalam mata uang rupiah dan maksimum 2,5% dari seluruh saham yang telah ditempatkan.
Saham JPFA memang tidak dalam performa terbaiknya. Namun data menunjukkan jika emiten ini tetap mengalami penguatan meskipun sedikit. Selain itu, jajaran perusahaan juga cepat dalam merespon fluktuasi pasar.
Meskipun perekonomian belum ideal, namun sektor konsumsi agaknya tetap menjanjikan. Dan mungkin ini adalah momen tepat bagimu membeli saham ini namun dengan harga lebih terjangkau.
Profil Japfa Comfeed, Emiten Ternak Unggulan
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk merupakan perusahaan agrifood yang cukup dikenal masyarakat sebagai perusahaan pengolahan unggas terbesar di tanah air. Mulai berdiri sejak tahun 1975, JPFA terus mengembangkan usahanya di bidang peternakan ayam, mulai dari pembibitan hingga produksi daging ayam.
Perusahaan ini juga memiliki lini usaha lain seperti produksi dan penjualan pakan ternak, DOC (Day Old Chicken), perlengkapan peternakan, vaksinasi, ayam broiler dan karkas ayam. Selain ayam, JPFA juga mengelola peternakan sapi, penangkaran udang dan ikan. Japfa juga menjual daging sapi, udang dan ikan juga dalam bentuk beku.
Output JPFA adalah produk-produk makanan olahan. Merek olahan yang paling dikenal adalah merek So Good dan So Nice. Di tengah pesatnya persaingan, JPFA tak mau kalah untuk penerapan standar bio security yang tinggi. JPFA juga mengadopsi ilmu peternakan dan teknologi mutakhir yang terbaru, serta pengawasan mutu yang ketat dan menyeluruh di setiap lini usaha. Saat ini perusahaan sedang membidik peluang ekspor.
Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.