
Ajaib.co.id – PT Indika Energy Tbk (INDY) merupakan perusahaan energi terpadu yang bergerak dalam penyediaan layanan dukungan energi. Perusahaan dengan kode saham INDY ini mengklasifikasikan bisnisnya menjadi tiga kategori: sumber energi, layanan energi, dan infrastruktur energi. Adapun kategori sumber energi berfokus pada eksplorasi, produksi dan pengolahan batu bara.
Selain itu, kategori layanan energi Indika Energy menyediakan layanan jasa, operasi dan pemeliharaan (O&M) teknik, pengadaan dan konstruksi (EPC), dan layanan logistik untuk industri pertambangan batu bara, minyak dan gas bumi. Sementara, infrastruktur energinya menawarkan layanan kapasitas transportasi, logistik dan pembangkit tenaga listrik,
Mari kita analisis lebih dalam tentang INDY untuk dapat menilai seberapa menarik saham perusahaan tambang ini.
Kinerja Keuangan
Dilansir dari Bisnis.com, PT Indika Energy Tbk. (INDY) membukukan penurunan pendapatan sepanjang Januari-September 2024 sejalan dengan mendinginnya harga batu bara. Dalam 9 bulan 2024, Indika Energy membukukan pendapatan sebesar US$1,78 miliar. Realisasi itu turun 22,4% year-on-year (YoY) dari US$2,29 miliar sepanjang Januari-September 2023.
Berdasarkan data Indika Energy, penurunan pendapatan terutama berasal dari Kideco Jaya Agung (Kideco) yang mencatat penurunan Pendapatan sebesar 17,7% YoY menjadi US$1,4 miliar karena harga jual rata-rata yang menurun.
Selain itu, penurunan pendapatan Indika Energy juga dikontribusikan oleh Indika Indonesia Resources yaitu sebesar 60,4% menjadi US$138,9 juta pada 9 bulan 2024 dari US$351,1 juta pada periode yang sama 2023. Hal ini disebabkan karena divestasi perusahaan tambang batu bara Multi Tambangjaya Utama (MUTU) dan kontribusi dari bisnis perdagangan batubara yang menurun.
Indika Energy juga mencatat pendapatan Tripatra menurun 15,1% YoY menjadi US$157,3 juta per kuartal III/2024 yang terutama disebabkan oleh penurunan kontribusi proyek BP Tangguh.
Di sisi lain, Interport Mandiri Utama (IMU) mencatat kenaikan pendapatan sebesar 2,1% YoY menjadi US$85,2 juta pada 9 bulan 2024. Pendapatan Interport dikontribusikan oleh Cotrans sebesar US$56,1 juta, KGTE (penyimpanan bahan bakar) sebesar US$17,9 juta, Interport Business Park (IBP) sebesar US$6,8 juta dan ILSS sebesar US$4,0 juta.
Di sisi profitabilitas, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk INDY turun menjadi US$34,4 juta per kuartal III/2024 dibandingkan dengan US$93,8 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Berikut ini laporan kinerja laba INDY (dalam $ juta):
Komponen Laba | 2019 | 2020 | 2021 | 2022 | 2023 | Q3 2024 |
Pendapatan | 2782,68 | 1813,83 | 3069,16 | 4334,91 | 3026,84 | 1784,16 |
Laba Kotor | 426,7 | 173,31 | 918,12 | 1450,81 | 552,39 | 269,39 |
Laba Bersih | -18,16 | -117,54 | 57,72 | 452,68 | 119,68 | 34,41 |
Total Aset | 3616,16 | 3493,7 | 3691,48 | 3593,87 | 3113,1 | 9498,24 |
Total Liabilitas | 2765,49 | 2808,12 | 2807,76 | 2253,7 | 1735,96 | 5375,37 |
Total Ekuitas | 850,67 | 685,58 | 883,71 | 1340,17 | 1377,14 | 4122,87 |
Selanjutnya mari kita bahas dulu rasio-rasio keuangan umum INDY. Berikut ini datanya:
Rasio | Q3 2021 | Q3 2022 | Q3 2023 | Q3 2024 |
Return on Equity (RoE) | -2,59% | 10,48% | 0,31% | 1,07% |
Return on Assets (RoA) | -0,5% | 4,13% | 0,07% | 0,40% |
Gross Profit Margin (GPM) | 26,08% | 34,67% | 19,13% | 15,1% |
Operating Profit Margin (OPM) | 16,05% | 25,97% | 10,37% | 7,64% |
Net Profit Margin (NPM) | -0,28% | 10,8% | 4,08% | 1,93% |
Current Ratio (CR) | 178,04% | 189,14% | 217,72% | 190,68% |
Debt to Equity Ratio (DER) | 416% | 225% | 146% | 151% |
Dari rasio-rasio tersebut menunjukkan bahwa kondisi bisnis INDY dalam kondisi yang bagus jika dibandingkan tahun terakhir. ROA dan ROE naik jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 lalu.
Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham
Sejak melantai pertama kali di bursa, INDY baru memberikan dividen ke investor di tahun 2008 dan terus berlanjut hingga 2024. Pembayaran dividen rutin bisa menjadi nilai tambah bagi suatu emiten, tetapi investor perlu mempertimbangkan aspek fundamental INDY lainnya di luar dari konsistensi memberikan dividen.
Di bawah ini adalah besaran pembayaran dividen INDY beberapa tahun terakhir.
Tahun | Dividen | Jenis | Imbal Hasil |
---|---|---|---|
2024 | 92,13 | Tahunan | 6,53% |
2023 | 208,00 | Final | 13,96% |
2022 | 114,46 | Interim | 4,03% |
2020 | 89,63 | Tahunan | 11,27% |
2019 | 108,66 | Final | 9,71% |
2018 | 54,43 | Interim | 8,35% |
2018 | 108,05 | Tahunan | 2,98% |
2013 | 36,61 | Tahunan | 5,02% |
2012 | 60,00 | Tahunan | 3,09% |
2011 | 26,00 | Final | 2,01% |
2010 | 48,00 | Interim | 3,02% |
2010 | 69,68 | Tahunan | 2,40% |
2009 | 84,00 | Tahunan | 3,11% |
Dilansir dari Bisnis.com PT Indika Energy Tbk. (INDY) telah membagikan dividen tunai sebesar US$30 juta atau sekitar Rp480 miliar (estimasi kurs Rp16.000 per dolar AS). Jumlah itu setara dengan 25% dari laba bersih tahun buku 2023.
Pada 2023, INDY mengantongi laba bersih US$119,7 juta dan laba inti US$145,8 juta. Laba itu diperoleh dari pendapatan yang mencapai US$3,03 miliar atau turun 30,2% dari US$4,33 miliar pada 2022. Nilai dividen INDY pada tahun buku 2023 sebesar US$30 juta lebih rendah dibandingkan dengan dividen tahun buku 2022 yang mencapai US$113,2 juta.
Dividen itu mencakup dividen interim US$40 juta dan dividen final US$73,2 juta. Meski nilainya lebih rendah, INDY mempertahankan dividend payout ratio kurang lebih 25% dari laba bersih pada 2022 dan 2023.
Prospek Bisnis INDY
Dalam jangka panjang, energi akan menjadi kebutuhan dasar yang penting, melihat peningkatan permintaan batu bara secara global, sejalan dengan pertumbuhan populasi di Indonesia. Berdasarkan International Energy Agency (IEA), konsumsi energi dunia diperkirakan terus meningkat lebih dari 50% pada tahun 2030. IEA mengestimasi perlunya lebih dari US$26 triliun infrastruktur energi baru.
Permintaan impor global batu bara thermal diprediksi juga meningkat menjadi 1.002 juta ton di tahun 2027 dari 935,0 juta ton pada tahun 2016. Sementara pembangkit listrik bertenaga batu bara diproyeksikan Wood Mackenzie juga ikut tumbuh menjadi 2.244 GW di tahun 2027 dari 1.976 GW di tahun 2016 Permintaan akan sumber energi akan terus meningkat. Saat ini, kawasan Asia Utara mencakup Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan RRT adalah pasar batu bara thermal terbesar di dunia,
Pada 2025, portofolio hasil diversifikasi usaha INDY diharapkan berkontribusi hingga 50 persen terhadap pendapatan perusahaan. Pada tahun 2020, INDY memiliki initial budget untuk volume produksi batu bara pada 2021 sebesar 30 juta ton untuk PT Kideco Jaya Agung, dan sebesar 1,4 juta ton untuk PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU).
Perusahaan mengestimasi volume produksi batu bara untuk Kideco senilai 33 juta ton dengan initial budget 29 juta ton, sementara , volume produksi MUTU hingga akhir 2020 diperkirakan mencapai 1,2-1,3 juta ton.
Mulai Investasi di Ajaib Sekuritas Sekarang!
Sebagai aplikasi Pilihan #1 Investor Indonesia, Ajaib hadir untuk memberikan pengalaman trading yang lebih cepat dan aman. Yuk mulai berinvestasi di saham, reksa dana, hingga obligasi di platform Ajaib. Proses pendaftarannya mudah dan 100% online. Untuk investor crypto, Anda juga dapat mendownload aplikasi trading Ajaib Kripto di Play Store dan App Store.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.