

Ajaib.co.id – Menara telekomunikasi sudah menjadi salah satu infrastruktur vital dalam keseharian kita. Perusahaan-perusahaan dalam bidang ini pun terus bertumbuh dari tahun ke tahun, menghasilkan kinerja keuangan yang ciamik. Khususnya empat grup terbesar di bidang ini, yaitu Mitratel (anak usaha Telkom), Tower Bersama (TBIG), Protelindo Group (TOWR), dan Centratama Group (CENT).
Tiga dari empat perusahaan tersebut sudah lama terdaftar di bursa. Bulan November 2021 ini, giliran Mitratel yang akan go public. Bagaimana prospeknya ke depan? Mari kita bedah IPO Mitratel.
Profil Singkat Emiten Saham MTEL
PT Dayamitra Telekomunikasi, atau yang lebih akrab disebut Mitratel, merupakan perusahaan penyedia jasa menara telekomunikasi yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Perusahaan telah menggarap sayap bisnis Menara Telekomunikasi Telkom sejak tahun 2008, tetapi seluruh operasional berjalan secara independen. Perusahaan juga memiliki hubungan baik dengan operator jaringan seluler terkemuka Indonesia lainnya.
Mitratel telah menduduki posisi Top 3 dalam jajaran penyedia menara telekomunikasi sejak 2012. Per September 2021, Mitratel menjadi perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan kepemilikan 28.030 menara dan 42.016 tenant. Hampir 60% menara Mitratel berlokasi di luar pulau Jawa.
Bisnis Mitratel dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu penyewaan site, reseller, dan layanan lain-lain. Rinciannya sebagai berikut:
- Penyewaan site mencakup sewa dan jasa pemeliharaan. Perseroan menyewakan ruang di menara telekomunikasi Perseroan kepada operator telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Sedangkan jasa pemeliharaan Perseroan meliputi pengawasan operasi peralatan telekomunikasi penyewa, inspeksi rutin, perawatan properti, penanganan kerusakan dan masalah lainnya yang terkait dengan pengoperasian peralatan.
- Reseller merupakan layanan penyewaan menara telekomunikasi yang menawarkan menara telekomunikasi milik pihak ketiga untuk disewakan kepada pelanggan operator seluler untuk digunakan mereka sendiri.
- Layanan lain-lain termasuk project solutions managed services, layanan fiber optic, dan layanan infrastruktur terkait digital.
Mitratel juga memiliki entitas anak yang kepemilikan sahamnya sebesar 99,99%, yaitu PT Persada Sokka Tama. PST bergerak dalam bidang menara telekomunikasi beserta ekosistemnya, termasuk jasa penunjang digital untuk mobile infrastructure.
Detail Rencana IPO Mitratel
Mitratel telah memilih kode saham MTEL dan akan melaksanakan penawaran saham perdana melalui mekanisme e-IPO. Perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 25,54 miliar saham, atau setara dengan 28,85% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Harga nominal Rp228, sedangkan harga penawaran dipatok dalam rentang Rp775-Rp975 per lembar.
Di saat yang sama, Mitratel akan meluncurkan program pemberian saham penghagaan (ESA) serta program hak opsi pembelian saham bagi manajemen dan karyawan (MESOP). Para karyawan Mitratel memperoleh jatah alokasi ESA sebanyak-banyaknya 0,10% dan MESOP sebanyak-banyaknya 0,13%.
Jadwal penawaran saham perdana berdasarkan prospektus MTEL adalah sebagai berikut:
Masa Penawaran Awal: 22 Oktober-2 November 2021
Prakiraan Tanggal Efektif Pernyataan Pendaftaran dari OJK: 10 November 2021
Prakiraan Masa Penawaran Umum: 12-16 November 2021
Prakiraan Tanggal Penjatahan: 16 November 2021
Prakiraan Tanggal Distribusi Saham secara Elektronik: 17 November 2021
Prakiraan Tanggal Pencatatan Saham di BEI: 18 November 2021
Kepemilikan saham MTEL saat ini (sebelum IPO) berada di tangan PT Telkom Indonesia (99,99%) dan PT Metra Digital Investama (0.01%). Prakiraan struktur pemegang saham MTEL pasca-IPO (sebelum ESA/MESOP) akan menjadi Telkom (70,15%), PT Metra Digital Investama (0,00%) dan masyarakat (29,85%).
Penjamin pelaksana emisi efek MTEL adalah PT BRI Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas. Sedangkan penjamin emisi efek belum ditentukan.
Sekitar 90% dana hasil IPO Mitratel akan dipergunakan untuk modal kerja. Berikut ini rincian selengkapnya:
- Sekitar 44% untuk belanja modal organik, meliputi (i) Mengembangkan dan memperluas hubungan dengan pelanggan melalui penambahan penyewa kolokasi, yang mencakup berbagai pengeluaran terkait dengan penguatan (strengthening) dan penambahan menara yang dimiliki Perseroan saat ini; (ii) Pembangunan menara baru dan penambahan site baru (termasuk biaya sewa lahan baru) untuk dibangun untuk pesanan build-to-suit untuk berbagai operator telekomunikasi besar di Indonesia; dan (iii) Ekspansi ke teknologi dan layanan yang dapat bersinergi dengan bisnis penyewaan menara Perseroan (seperti layanan digital dan fiber).
- Sekitar 56% untuk belanja modal anorganik, meliputi (i) Akuisisi strategis portofolio menara berkualitas di Indonesia, terutama menara yang dimiliki oleh operator telekomunikasi terkemuka di Indonesia; dan (ii) Akuisisi strategis produk, teknologi, dan layanan baru yang dapat bersinergi dengan bisnis penyewaan menara Perseroan di Indonesia.
Sisa dana hasil IPO Mitratel akan dipergunakan untuk kebutuhan modal kerja dan kebutuhan Perseroan lainnya, seperti peningkatan sistem teknologi informasi dan penerapan program pengembangan yang berkualitas untuk menara telekomunikasi.
Kinerja Laporan Keuangan Mitratel
Prospektus MTEL menunjukkan kinerja keuangan yang sangat atraktif. Perusahaan meraup laba tahun berjalan sebesar Rp700,7 miliar per 30 Juni 2021. Angka tersebut sudah lebih tinggi ketimbang perolehan laba Rp602 miliar per 31 Desember 2020, dan hampir lima kali lipat dibandingkan perolehan laba Rp153,7 miliar per 30 Juni 2020.
Total aset dan ekuitas MTEL terus bertumbuh, sedangkan liabilitasnya relatif terkendali. Berikut ini rangkumannya (dalam miliar rupiah).
|
II/2021 | IV/2020 | IV/2019 | IV/2018 |
Total Aset | 32.255,4 | 25.285,2 | 20.091,2 | 13.053,2 |
Total Liabilitas | 18.571,5 | 17.122,1 | 12.359,9 | 10.167,3 |
Total Ekuitas | 13.683,9 | 8.163,1 | 7.731,3 | 2.885,9 |
Pendapatan | 3.226,8 | 6.186,7 | 5.326,3 | 4.522,3 |
Laba Tahun Berjalan | 700,7 | 602,0 | 493,4 | 449,6 |
Perlu diperhatikan pula, proporsi liabilitas MTEL lebih besar dalam jangka panjang daripada jangka pendek. Liabilitas jangka panjang per Juni 2021 sebesar Rp 11.453,1 miliar, sedangkan liabilitas jangka pendek sebesar Rp 7.118,4 miliar. Hal ini menandakan bahwa Mitratel punya kans dan waktu yang memadai untuk merealisasikan rencana ekspansinya pasca-IPO hingga beberapa tahun mendatang.
Rasio-rasio Keuangan Mitratel
Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang apakah suatu saham layak dibeli, lazimnya kita perlu meninjau rasio-rasio keuangan. Berikut ini rangkuman rasio keuangan Cemindo Gemilang selama tiga tahun terakhir dan kuartal I/2021:


Rasio-rasio di atas menunjukkan profitabilitas perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun. ROE (Return on Equity) dan NPM (Net Profit Margin) masing-masing mencapai 10,2% dan 21,7% per 30 Juni 2021. Di sisi lain, rasio utang relatif terkendali di sekitar 1x.
Kebijakan Dividen Mitratel
Prospektus MTEL menuturkan bahwa perusahaan berencana untuk membagikan dividen tunai sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Usulan pembagian berdasarkan rasio pembayaran dividen maksimal 70% dari laba bersih setelah menyisihkan cukup cadangan. Jumlah dividen yang dibagikan akan bergantung pada laba tahun berjalan dan dengan menimbang indikator-indikator finansial dan keputusan RUPS sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan yang berlaku.
Prospek Bisnis Mitratel
Keunggulan utama Mitratel terletak pada kepemilikan menara yang tersebar se-nusantara. Dengan ekspansi jaringan dan konsumsi data di luar Jawa yang jauh dari saturasi, prospek pertumbuhan penyewaan menara masih sangat tinggi. Para operator jaringan seluler juga tentu berkeinginan untuk terus memperluas jangkauan layanannya.
Jaringan luar Jawa saat ini masih didominasi oleh Telkomsel. Namun, Mitratel menjalankan operasional independen dan dapat menjalin kerjasama dengan operator lain. Apalagi Mitratel memiliki rekam jejak yang sudah terbukti selama bertahun-tahun, dengan tarif sewa-menyewa yang kompetitif.
Kesimpulan
Mitratel memiliki kinerja keuangan yang cemerlang, utang yang rendah, prospek yang cerah, serta penguasaan pasar yang menonjol. IPO Mitratel kemungkinan menjadi salah satu penawaran perdana terbesar di bursa saham Indonesia, dan saham MTEL berpeluang menjadi salah satu blue chip anyar. Semua ini jelas membuat MTEL layak dipilih untuk berinvestasi.
Bagaimana dengan valuasi Mitratel? Valuasi saham MTEL berdasarkan proyeksi harga IPO sementara tergolong sama mahalnya dibandingkan saham menara telko lainnya. Dengan harga antara Rp775-Rp975, PBV MTEL berkisar antara 4.8x sampai 6.1x. Sedangkan valuasi saham menara lain berdasarkan harga saat ini masing-masing BALI (1,28x), CENT (4,32x), SUPR (4,23x), TBIG (7,27x), dan TOWR (5,57x).