Pensiun

Cara Mengatasi Stres di Usia yang Memasuki Masa Pensiun

Ajaib.co.id – Seorang wanita berusia 62 tahun terpaksa meninggalkan profesinya sebagai kepala sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Malang, Jawa Timur, demi mengikuti keinginan anak-anaknya untuk bisa tinggal bersama di salah satu kota di Kalimantan Barat.

Beberapa bulan setelah pindah, nenek pensiunan pendidik ini pun merasa jenuh dan kesepian. Dia mulai stres akibat belum terlalu siap menghadapi masa pensiun, hingga akhirnya mulai sakit-sakitan.

Kemudian anak-anaknya mulai mencarikan dia kesibukan, yang pada akhirnya berujung pada kesempatan menjadi kepala sekolah kembali di sebuah TK swasta yang ada di Pontianak, Kalimantan Barat.

Kisah lain datangnya dari film tingkat Internasional yang dirilis pada tahun 2015 berjudul INTERN. Di bagian awal, film ini juga memberikan sebuah gambaran tentang seorang kakek-kakek berusia 70 tahun yang merasa kesepian ketika mulai memasuki masa pensiun.

Memang di dalam film tersebut tidak dijelaskan secara terang-terangan bahwa si kakek tua bernama Ben ini stres menghadapi masa pensiun. 

Namun, dapat tergambar bahwa dia begitu bosan dengan aktifitas sehari-harinya di rumah tanpa isteri atau pun anak dan cucu. Perasaan bosan telah membuatnya benar-benar hampa dan susah tidur di malam hari. 

Hingga akhirnya dia menemukan sebuah lowongan pekerjaan bagi seorang dengan kategori usia pensiun. Dia memutuskan untuk mencoba mendaftar dan akhirnya diterima.

Dan dua contoh kisah diatas ini, mengingatkan kita bahwa orang berusia senior atau tua nyatanya tidak selalu hidup tenang dan bahagia tanpa ancaman stres.

Utamanya bagi mereka yang sudah terbiasa bekerja dengan posisi yang baik, memiliki tim kerja, dan rutinitas yang sudah terjadwal setiap harinya, potensi terserang stres di masa pensiun menjadi lebih tinggi.

Mengutip dari tirto.id, menurut psikolog klinis, Nirmala Ika, ”Hilangnya rutinitas dan lingkaran sosial itu akhirnya memunculkan sebuah perasaan sepi pada para pensiunan. Apalagi jika pasangannya sudah meninggal, dan anaknya memiliki kesibukan masing-masing.”

Lalu, apakah dengan mengizinkan orang dengan kategori usia pensiun bekerja kembali, maka itu lah yang menjadi solusi terbaik untuk menghindarkan mereka dari ancaman kejenuhan hingga berujung pada stres?

Meskipun kedua kisah diatas sepertinya menggambarkan sebuah cara mengatasi stres bagi orang tua di masa pensiun dengan mengizinkan mereka bekerja kembali, namun pada kenyataannya itu bukan solusi atau cara mengatasi stres yang tepat.

Mengapa? Karena di dalam film INTERN sendiri, ketika Ben mendapatkan pekerjaan baru itu bukan akhir dari film tersebut, melainkan itu adalah awalnya.

Di mana di kisah selanjutnya, ditemukan masalah-masalah baru yang berpotensi memunculkan bahkan meningkatkan stres di usia Ben yang seharusnya pensiun.

Dan untuk kasus nenek di Kalimantan Barat yang kembali bekerja menjadi kepala sekolah TK, pada praktiknya, nenek tersebut juga mengalami kewalahan dalam bekerja di usia yang tak lagi muda dan produktif.

Menurut informasi, tekanan darah nenek tersebut sering mengalami kenaikan ketika menghadapi anak-anak TK yang aktif serta guru dengan berbagai macam karakter.

Lalu, bagaimana sebenarnya cara mengatasi stres di usia yang memasuki masa pensiun? 

Sebelum kita mencari tahu caranya, terlebih dahulu mari kita cari tahu tentang apa sebenarnya stres itu? Bagaimana efeknya, jika tidak segera diatasi? 

Apa itu stres?

Menurut WHO, stres masuk dalam Health Epidemic on the 21st Century. Stres merupakan respons fisiologis tubuh terhadap situasi fisik dan emosional yang tidak diinginkan.

Fisiologis sendiri memiliki artian bersifat atau berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat hidup, seperti, organ, jaringan, atau sel. Kita akan berada dalam kondisi stres, ketika kita mengalami stresor.

Apa itu stresor? Stresor adalah keadaan-keadaan yang membuat kita baik secara fisik maupun emosional harus beradaptasi.

Contoh stresor misalnya, jalan yang macet, ujian mendadak, pekerjaan-pekerjaan yang punya batas waktu terbatas, bahkan masa-masa awal masuk usia pensiun bisa termasuk dalam kategori stresor.

Saat mengalami stres, tubuh kita merespons dengan dua jalur. Pertama dengan mengeluarkan kortisol atau hormon stres. Dan yang kedua, dengan mengaktivasi sistem saraf simpatetik, yang akan menghasilkan hormon adrenalin dan noradrenalin.

Efek Stres

Perut dan pencernaan

Mengutip dari EverydayHealth, menurut dr. Kenneth Koch, seorang ahli gastroenterologi dari Wake Forest University, AS, ”Stres dapat memengaruhi setiap bagian di sistem pencernaan”. Menurut dr. Koch, stres dapat meningkatkan asam lambung, mual, diare, sampai sembelit. 

Jika stres terus berlanjut dan semakin serius, maka akan terjadi penurunan aliran darah dan oksigen menuju perut yang menyebabkan terjadinya peradangan, kram, hingga ketidakseimbangan bakteri di usus.

Diabetes dan obesitas

Biasanya, kebanyakan orang yang mengalami stres akan lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan lebih banyak dan tidak terkendali.

Jenis makanan yang dikonsumsi berlebihan ini pun biasanya termasuk jenis makanan yang kalorinya tinggi. Sehingga, membuat berat badan semakin naik, bahkan bisa mencapai obesitas yang akhirnya berisiko terkena diabetes.

Hipertensi dan jantung

Stres juga berdampak pada naiknya tekanan darah alias hipertensi, bahkan berakibat fatal pada  kesehatan jantung. 

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Harvard University pada tahun 2017, menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki aktivitas tinggi di bagian otak dan pembentuk emosi (stres), berisiko terkena penyakit jantung.

Menurunkan imunitas tubuh

Ketika kita ada pada kondisi stres, maka tubuh akan merangsang sistem kekebalan (tubuh) untuk bekerja.

Dalam kondisi tersebut, tubuh akan mulai melepaskan hormon kortisol atau hormon stres, untuk menghambat pelepasan histamin dan respons peradangan guna melawan zat asing. Keadaan seperti ini lah yang membuat tubuh akan lebih mudah atau rentan terserang berbagai macam infeksi – penyakit.

Mengutip jurnal Leukocyte Biology, jenis stres tertentu dapat berinteraksi dengan sel kekebalan tubuh yang merespons sel alergen hingga menimbulkan gejala fisik. 

Depresi dan kecemasan

Stres punya dampak yang nyata dan langsung terhadap kesehatan mental. Mereka yang mengalami stres cenderung kurang mampu tenang, malahan memiliki kecemasan yang berlebihan. Dan orang yang berada pada kondisi stres kronis, akan mengalami yang namanya depresi.

Cara mengatasi stres di usia pensiun

Merencanakan kegiatan pensiun sejak masa muda 

Kebanyakan orang lupa akan hari tua dengan terlalu larut mengejar mimpi atau pun karir di masa mudanya. Sehingga, ketika masa muda itu pergi dan berganti menjadi masa pensiun, perasaan tidak siap akan mulai menyerang.

Dan ketidaksiapan ini akan membuat kita stres karena merasa khawatir akan menjadi orang yang tidak berguna dan akan ditinggalkan (dimasukkan panti jompo) karena tidak bisa lagi mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan finansial.

Dan cara mengatasi stres karena kekhawatiran adalah dengan mulai merencanakan kegiatan pensiun sedari dini. Kegiatan yang dimaksudkan ini bukan berarti mencari pekerjaan lainnya di usia tua. 

Karena, berangkat dari dua kisah di penjelasan awal, dengan bekerja di usia tua membuat tubuh kita yang tidak lagi muda menjadi mudah lemah dalam menghadapi banyak masalah atau rintangan di dunia pekerjaan.

Alih-alih bekerja, kita bisa merencanakan untuk mengerjakan banyak hobi yang tidak bisa dilakukan di masa muda karena bekerja. Misalnya, hobi memancing, fotografi, bersepeda, membaca, bermain alat musik, atau yang lainnya.

Kita juga bisa mulai merencanakan bahkan mengkomunikasikan dengan anak-anak kita nanti untuk secara bergantian menerima kunjungan kita. Bahkan, kita bisa meminta mereka untuk mengizinkan kita sesekali merawat serta menjaga anak mereka – cucu kita.

Selain itu, kita juga bisa membuka lahan bercocok tanam (tanaman hidroponik) atau pun membuat kolam ikan (ternak ikan) sejak kita muda, untuk nantinya menjadi kesibukan di usia pensiun.

Tidak menutup diri

Saat usia pensiun itu datang, sebaiknya kita tidak menutup diri. Sebaliknya, kita harus membuka diri untuk dunia luar. Sehingga, kita bisa lebih punya banyak kenalan orang baru dan komunitas baru untuk menemani masa pensiun kita.

Olahraga ringan 

Melakukan olahraga ringan seperti jalan santai akan membuat pikiran kita lebih segar, positif, dan akhirnya menjadi bahan bakar untuk membuat kita bersemangat menjalani hidup di usia pensiun.

Latihan pernapasan setiap hari

Latihan pernapasan atau nama lainnya diaphragmatic breathing exercise merupakan latihan yang ditandai dengan kontraksi diafragma yang lebih kuat. 

Di mana dengan melakukannya, kita akan mengambil dan membuang napas lebih dalam daripada biasanya. Dengan melakukannya secara rutin, maka akan membuat stres menurun. 

Alasannya, proses pengambilan napas dengan latihan ini cenderung lebih lambat, yang memungkinkan jumlah oksigen yang kita ambil dari udara lebih banyak atau maksimal. Sehingga, karenanya paru-paru kita akan lebih mengembang.

Dengan latihan ini juga, aktivitas sistem saraf simpatetik akan diturunkan, sedangkan saraf parasimpatetik akan ditingkatkan. Sehingga, menjadi lebih seimbang.

Dan keseimbangan ini yang berdampak baik bagi kesehatan mental dan emosional kita. Mood kita akan lebih baik, suasana hati akan lebih rileks dan gembira.

Latihan pernapasan ini dapat dilakukan secara rutin setiap pagi, ketika bangun tidur. Atau kapan pun ketika kita merasa stres. Posisi terbaik untuk melakukan latihan ini adalah dengan duduk tenang atau berbaring.

Cara melakukannya adalah dengan menarik napas sebanyak empat kali hitungan melalui hidung, dan membuangnya sebanyak 6 – 9 kali hitungan secara perlahan melalui mulut. Dan cara ini sebaiknya diulang sebanyak 10 kali.

Semakin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta 

Cara lain yang tidak kalah pentingnya adalah kita harus suka untuk datang kepada Sang Pencipta kita. Bahkan, sejak masih muda, kita sudah harus membangun hubungan dengan Sang Pencipta, lewat doa-doa kita.

Dengan begitu, kita akan selalu dilimpahkan rasa syukur, ketenangan, dan damai sejahtera. Sehingga rasa khawatir yang berlebihan di usia pensiun, bahkan sampai membuat stres akan dijauhkan dari dalam diri dan hidup kita.

Terlibat dalam kegiatan sosial atau keagamaan

Dilansir dari tirto.id, menurut psikiater di Brigham and Women’s Hospital, Randall Paulsen, ”Untuk menciptakan nilai tambah dalam diri di usia pensiun, sesekali kita harus terlibat dalam kegiatan sosial.”

Kegiatan sosial dalam hal ini bisa dengan menjadi relawan. Atau bahkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti terlibat dalam misi ke pelosok daerah untuk menyalurkan bantuan dan memberikan nilai-nilai kerohanian.

Dengan melakukannya, maka di usia pensiun kita tetap akan memperoleh keseimbangan dalam hidup.

Dukungan keluarga 

Memasuki masa perubahan ini, dari bekerja menjadi pensiun, keluarga dan orang-orang yang terdekat harus mau memberikan dukungan lebih.

Tujuannya, agar membantu proses penyesuaian keadaan. Mengingat, orang yang berada di usia pensiun mempunyai karakteristik yang lebih sensitif dan moody, maka keluarga sebaiknya lebih berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu.

Hindari untuk memberikan beban pikiran yang berat, agar perasaan orang pensiunan ini tetap terjaga. Sebaiknya, rencanakan untuk sering melakukan kegiatan bersama. Seperti, menonton bersama, ngobrol bersama, makan di luar rumah bersama, bahkan berinisiatif untuk mengajak liburan keluarga bersama.

Artikel Terkait