Ajaib.co.id – PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) merupakan satu-satunya emiten bioskop yang tercatat dalam di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bidang usahanya sendiri sangat dekat dengan perusahaan rumah produksi film dan hiburan yakni PT MD Pictures Tbk (FILM). Emiten ini dianggap menjadi salah satu emiten yang paling terdampak COVID-19. Lho, mengapa begitu, ya? Yuk, simak penjelasan mengenai sejarah, kinerja dan laju saham Blitz Cinema berikut ini.
Sejarah Blitz Cinema
PT Graha Layar Prima Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam aktivitas pemutaran, produksi, pasca produksi dan distribusi film, video, dan program televisi swasta yang juga menyediakan makanan, minuman, jasa rekreasi dan hiburan lainnya. Bisnis utama perusahaan yang awalnya bernama Blitz Megaplex ini melingkupi aktivitas bioskop mayoritas 62%, makanan dan minuman sebesar 25,34%, event dan iklan sebesar 11,89%, dan lain sebagainya.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2004 oleh sekelompok investor lokal yang memiliki pengalaman di bidang pengembangan hiburan dan kewirausahaan. Adapun, pada tahun 2006, perusahaan membuka bioskop pertamanya di Paris Van Java Bandung. Sepuluh tahun setelah perusahaan didirikan, tepatnya pada tahun 2014, perusahaan akhirnya resmi menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham BLTZ.
Pada tahun 2015, Blitz Megaplex mengubah nama merek menjadi CGV Blitz setelah perusahaan hiburan asal Korea Selatan Cheil Jedang Cheil Golden Village atau CJ CGV menjadi pemegang saham utama perseroan.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada 2017, CGV Blitz berubah nama kembali menjadi CGV Cinemas dengan tujuan rebranding demi memperkuat identitas perusahaan dan aktualisasi konsolidasi dengan pemegang saham utama CJ CGV. Merk CGV sendiri dinilai sudah memiliki brand yang melekat karena beroperasi di berbagai negara seperti Korea Selatan, Cina, Vietnam, Myanmar, Turki dan Amerika Serikat.
Adapun, entitas induk langsung perusahaan adalah CGI Holdings Limited yang didirikan dan berdomisili di Republik Rakyat Tiongkok, sementara entitas induk utama perusahaan adalah CJ Corporation, yang didirikan dan berdomisili di Korea Selatan. Di sisi lain, masyarakat hanya menggenggam 9% atau 78 ribu saham perusahaan yang beredar. Untuk diketahui, pada tanggal 30 September 2020, perusahaan dan entitas anak mengoperasikan 66 bioskop CGV dan 2 bioskop blitz theater.
Kinerja Keuangan Blitz Cinema
Sebelum dicaplok oleh CJ CGV, pada 2014, Blitz Cinemas masih mencatatkan kerugian sebesar Rp31,75 miliar dengan pendapatan sebesar Rp332,58 miliar. Perlahan-lahan, perusahaan bangkit dari keterpurukan dengan membukukan laba untuk pertama kalinya pada tahun 2017 sebesar Rp12,44 miliar setelah sempat merugi pada tahun 2016 sebesar Rp15,5 miliar. Setelah saat itu, perusahaan terus menerus mencatatkan peningkatan pendapatan dan laba.
Kinerja keuangan BLTZ mencapai puncaknya pada tahun 2019 dengan kenaikan pendapatan menjadi Rp1,41 triliun dan laba bersih sebesar Rp83,34 miliar. Sayangnya, masa kejayaan BLTZ tidak berjalan lama karena pandemi COVID-19 memaksa perseroan untuk menutup beberapa kegiatan operasionalnya dalam rangka mematuhi kebijakan pemerintah untuk memberantas virus COVID-19 di Indonesia.
Dikutip dari laporan keuangan perseroan per September 2020, BLTZ mencatatkan penurunan signifikan dari pos pendapatan bersih sebesar 77,18% menjadi hanya Rp234,48 miliar. Pada periode yang sama, CGV Cinemas mencatatkan kerugian lagi sebesar Rp303,04 miliar setelah sempat meraup untung sebesar Rp54,61 miliar pada September 2019.
Prospek Bisnis CGV Cinemas
Berdasarkan pemberitaan Bisnis.com, perseroan menyatakan tahun 2020 menjadi tahun yang sulit. Salah satu strategi yang dilakukan perseran untuk mengurangi biaya adalah melakukan negosiasi dengan pemilik gedung untuk mengurang biaya sewa.
Selain itu, BLTZ juga berusaha menstabilkan kinerja dengan menurunkan sebisa mungkin beban biaya usaha yang terdiri dari biaya karyawan, beban pajak dengan segala variasinya, beban biaya pemeliharaan, dan lain-lain.
Di sisi lain, perusahaan yang dahulunya akrab disebut Blitz Cinema ini masih terus melakukan kegiatan digital marketing, berinovasi dengan beralih ke virtual dan memaksimalkan konten kreatif, dan menawarkan jasa pembuatan video konten/iklan untuk pihak ketiga atau eksternal.
Perseroan juga berharap otoritas membantu beban pengusaha hiburan melalui berbagai kebijakan fiskal seperti membebaskan biaya ataupun menangguhkan pajak bioskop. BLTZ juga berharap industri bioskop dimasukkan dalam klasifikasi lapangan usaha yang mendapatkan fasilitas pembebasan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang ditanggung pemerintah.
Kabar baiknya, CGV Cinemas masih berkomitmen untuk melanjutkan ekspansi ke berbagai kota di seluruh Indonesia pada tahun 2021 ini yang diharapkan mampu menjadi sumber pendapatan baru. Pihak pengelola juga mengatakan tidak ada persaingan antara pengelola bioskop saat pandemi karena Gabungan Pengusaha Bioskop Indonesia (GPBSI) berusaha mencari jalan terbaik untuk bisa bangkit kembali di tengah kesusahan seperti ini.
BLTZ juga mengklaim tidak hanya fokus pada model bisnis usaha bioskop saja, tercermin dari penambahan fasilitas usaha seperti Sports Hall dan gerai makanan Warung Mie yang mendukung konsep ‘Cultureplex’ yang diemban perseroan.
Kinerja Saham Blitz Cinema
Saham BLTZ memang terkenal sebagai saham tidur karena lajunya yang stagnan dan sepi dari transaksi. Selama satu bulan perdagangan, saham BLTZ hanya bertahan pada harga Rp2.990. Hingga penutupan perdagangan pada akhir Januari, saham BLTZ melemah 45,64 persen selama satu tahun terakhir. Jadi, bisa ditarik kesimpulan bahwa saham BLTZ sebenarnya tidak likuid dan investor diharapkan untuk berhati-hati jika melakukan transaksi untuk saham ini.
Nah, kamu bisa melakukan aktivitas investasi saham dengan platform yang aman dan praktis seperti aplikasi investasi Ajaib. Ajaib merupakan platform investasi yang mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan dan merupakan anggota dari Bursa Efek Indonesia. Jadi, tak perlu lagi ragu berinvestasi dengan aplikasi investasi Ajaib, ya karena aman, nyaman dan praktis.
Sumber: Sudah Buka 6 Bioskop, CGV Cinemas (BLTZ) Klaim Kinerja Keuangan Masih Sulit, dengan perubahan seperlunya.