Saham

Bisakah Saya Kaya Dari Saham? Simak Jawabannya!

Saham BGTG Milik Bank Ganesha Nyaris Mencapai Angka Rp50

Ajaib.co.id – “Bisakah saya kaya dari saham?” merupakan pertanyaan yang melintas di benak ribuan trader di pasar modal. Pertanyaan sederhana ini rupanya menghasilkan jawaban yang tidak sederhana.

Pertama, karena standar kekayaan setiap orang berbeda-beda. Kedua, saham tidak akan membuat seseorang kaya hanya dalam semalam.

Standar Kekayaan yang Berbeda-Beda

Sebelum mengetahui kekayaan, kita tidak boleh melupakan kemiskinan. Apa itu miskin? Miskin adalah sebuah kondisi kala seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan dan papan. World Bank bahkan menetapkan bahwa apabila seseorang hanya sanggup mengeluarkan di bawah $2 (sekitar Rp28.000) sehari, maka ia termasuk ke dalam kategori miskin.

Masalahnya, tidak ada jawaban yang pasti berapa pengeluaran harian seseorang untuk bisa disebut kaya. Untuk seseorang dengan penghasilan Rp100 juta per bulan tentu nilai Rp1 Milyar tidaklah terlalu besar. Tapi berbeda dengan seseorang yang berpenghasilan Rp10 juta per bulan tentu saja membutuhkan usaha yang lebih banyak untuk mengumpulkan Rp1 Milyar. Apalagi mereka yang berpenghasilan sesuai UMR atau kurang.

Tentu semua orang berhak bermimpi menjadi kaya, salah satunya dengan cara terjun ke pasar saham. Apalagi setelah membaca di surat kabar maupun harian online tentang orang-orang yang mengaku tidak memiliki latar belakang keuangan, namun bisa cuan ratusan persen dan jadi kaya karena saham.

Ada juga cerita tentang keberhasilan seorang satpam yang sehari-harinya sibuk bekerja namun masih bisa cuan dan kaya dari saham. Belum lagi seorang lansia rutin membeli saham bank favoritnya. Ia tak mengerti apa-apa dan hanya tahu bahwa bank tempat ia selama ini gajian adalah perusahaan yang baik. Hanya mengetahui hal tersebut saja, ia mampu memanen keuntungan gila-gilaan.

Ya, betul, semua itu nyata. Tapi tidak semua cerita di pasar saham berakhir manis bak dongeng sebelum tidur.

Jangan lupa, ada juga orang berlatar dunia keuangan, bekerja sebagai petinggi bank, lalu berinvestasi di saham-saham Bakrie pada saat itu. Mereka pun merugi hingga 95% dari total ekuitasnya. Para orang pintar malah rugi, yang kelihatannya bodoh malah untung.

“Lantas apa saya harus jadi bodoh?”

-Pemikiran mereka yang mau untung mudah

Ya jelas tidak. Memiliki pengetahuan dan bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk, jelas lebih baik daripada buta dan hanya mengandalkan insting. Kami yakin, orang-orang yang berbekal insting, lebih banyak yang merugi daripada yang beruntung. Hanya saja, orang-orang yang merugi ini tidak terdengar karena suaranya kalah kencang dari yang mereka menang jackpot dari pasar saham. 

Ingin Kaya Dalam Semalam Dari Saham? Lupakan Saja

Dalam berinvestasi, ada yang dikenal dengan “Beginner’s Luck“, situasi yang sering sekali terjadi kala seseorang yang baru saja menjejakkan kaki di pasar saham mendapat keuntungan jauh lebih besar di atas standar pasar. Beginner’s Luck membuat banyak orang menjadi tergesa-gesa untuk menjadi kaya dari saham. Akibatnya, pemilihan saham dalam portofolio menjadi kacau.

Pola pikir yang tergesa-gesa juga membuat seseorang menjadi overconfident atau “kepedean”. Berawal dari Beginner’s Luck, seseorang bisa kelewat percaya diri dan memutuskan untuk mempertaruhkan seluruh asetnya bahkan berutang juga sebagai modal berdagang saham. Kalau sudah demikian bisa ditebak keputusan-keputusan yang dibuat setelahnya tidak akan baik, cenderung sembrono dan berakhir merugi.  

Menjadi kaya dari saham bukan hal yang mustahil, buktinya legenda saham Indonesia, Lo Keng Hong (LKH) mendapat triliunan dari penjualan saham-sahamnya. Tapi ingat, beliau tidak melakukannya hanya dalam semalam. Bahkan dibutuhkan waktu enam tahun bagi beliau untuk menjual saham UNTR, tentunya dengan profit yang tidak sedikit.

Seorang trader penuh waktu yang kami temui di pasar saham menghabiskan waktu empat tahun untuk mendapatkan keuntungan sebanyak 300% dari modal awalnya. Untuk menjadi kaya di saham itu mungkin saja. Namun, kamu harus tetap realistis dalam mengharapkan keberpihakan pasar padamu.

Return Investasi

Ada banyak alasan untuk berinvestasi, mulai dari sekadar untuk memutarkan uang tidak terpakai yang mengendap di bank, hingga untuk tujuan-tujuan finansial seperti untuk tabungan kuliah anak dan tabungan hari tua. Oleh karenanya, beberapa instrumen investasi menjadi pilihan.

Pilihan termudahnya tentu deposito, tinggal simpan saja. Pada akhir periode, pokok beserta bunganya yang berada di atas bunga bank biasa (5% -6,5%) dapat diambil. Jangan lupa, pajak keuntungan deposito sebesar 20% juga berlaku. Demi mendapatkan potensi return yang lebih besar maka pasar saham sering menjadi pilihan.  

Omar Basal, CFA seorang kepala Asset Management di NBK Capital, bank investasi terbesar di Timur Tengah, pernah berkata bahwa berdasarkan pengalamannya, untuk menghasilkan return investasi 20%-30% per tahun dibutuhkan rasa tanggung jawab yang dapat membuatmu rela merendah, mau terus belajar, disiplin tinggi dan enggan untuk iseng bertransaksi dengan mengharapkan keuntungan (seperti berjudi). Jika tidak, kamu bisa saja tidak mendapat pengembalian, atau lebih parahnya lagi, merugi.

Lebih lanjut ungkap Basal, jika Anda hendak menjadikan saham sebagai sumber pendapatan, bersiaplah untuk menghabiskan beberapa bulan (atau tahun) untuk mendapatkan pengalaman, demi bahan pelajaran sebelum kamu benar-benar berhenti dari pekerjaan dan berdagang saham penuh waktu dari rumah.

Mereka yang bisa mengelola perdagangan sahamnya sendiri sudah terbiasa dengan tekanan yang ada, dan mau mendedikasikan beberapa jam setiap harinya untuk berurusan dengan saham sebelum, selama, dan setelah jam bursa.

Banyak orang mengeluhkan hal ini dan memutuskan untuk menjadi investor saja dengan mengurangi jumlah trading, tidak sedikit juga yang malah hengkang dan tak pernah kembali ke pasar saham lagi. Tapi, apapun keputusanmu, jika kamu memutuskan untuk tetap berada di pasar saham dan mengelola investasi sendiri, tidaklah perlu berharap untuk mengalahkan gerak pasar dan menjadi kaya raya dari saham.

Apabila portofolio saham milikmu sudah bisa mengalahkan inflasi, dan bisa mengalahkan return deposito yang 5%-6,5% per tahun, maka hal itu sudah baik adanya. Apalagi mengingat bahwa bunga transaksi saham lebih rendah daripada deposito, sehingga nilai keuntunganmu tetap terjaga.

Reksa Dana Sebagai Alternatif

Apabila kamu mengelola portofolio saham sendiri, sebaiknya kamu mempertimbangkan reksa dana sebagai alat diversifikasi. Portofolio reksa dana dikelola oleh para profesional dengan latar belakang pendidikan keuangan yang baik. Selain itu, mereka juga sehari-harinya mendapat eksposur informasi pasar yang memadai sehingga dapat membuat keputusan-keputusan investasi yang lebih baik.

Coba Ajaib sekarang juga dan dapatkan informasi reksa dana yang sesuai dengan profil investasimu.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.   

Artikel Terkait