Investasi, Saham

Berkenalan dengan Sukarto Bujung, Sosok di Balik Beras Hoki

Sukarto Bujung

Anak-anak muda dalam kelompok Gen Z mungkin tidak sering mendengar nama Sukarto Bujung, sosok di balik dari beras Buyung atau beras Hoki. Perlu diketahui, beras buyung dan berbagai variannya adalah produksi PT Buyung Poetra Sembada Tbk (BPS) dengan kode saham HOKI.

Hoki berkembang dari sebuah toko beras di Palembang bernama Toko Buyung Palembang. Toko tersebut didirikan pada tahun 1977 hingga akhirnya melebarkan bisnisnya ke Jakarta di tahun 2003. Meskipun mengawali penjualannya di Jakarta lewat pasar ke pasar basah, beras Topikoki milik BPS berhasil menembus pasar modern atau supermarket.

Sukarto Bujung dan BPS

Melesatnya bisnis BPS memantik semangat Sukarto Bujung dan kawan-kawan untuk menambah variasi produk mereka. Selain itu, keuntungan perusahaan membantu BPS dalam melakukan riset dan penelitian, serta mendirikan cabang di berbagai wilayah di Pulau Jawa. Baru-baru ini, pada Oktober 2019, PT Buyung Poetra Sembada Tbk menambah kapasitas produksi di pabrik Subang hingga 20 ton.

Pada tahun 2017, BPS memutuskan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham HOKI. Sepanjang tahun 2019, HOKI mencapai rekor terendah di Rp 575 dan tertinggi di Rp 910. Sempat terpuruk di bulan April, hingga saat ini saham HOKI stabil di kisaran Rp 800-an.

Anti Terhadap Saham Blue Chip

Masih berhubungan dengan saham, ada fakta menarik tentang Sukarto Bujung, salah satu petinggi BPS. Sukarto dikenal sebagai investor yang sudah lama bergelut di dunia saham bahkan jauh sebelum perusahaannya sendiri melakukan IPO (Initial Public Offering). Menurut teman dekatnya sekaligus ahli finansial, Lukas Setia Atmaja, Sukarto memilih untuk tidak membeli emiten blue chip. Saham blue chip adalah saham dari perusahaan-perusahaan besar yang menghasilkan laba relatif stabil.

Sekilas Tentang Sukarto Bujung

Portofolio saham bapak kelahiran Palembang, 27 Januari 1968 ini terdiri dari saham-saham kecil yang tidak dilirik banyak orang. Kepada Bisnis.com, Sukarto pernah membeberkan alasannya berkutat pada saham ‘receh’ selama puluhan tahun. Ia lebih memilih untuk investasi jangka panjang. Sukarto mengakui bahwa mengamati saham setiap hari sangat menyita waktu sedangkan ia punya perusahaan besar bernama PT Buyung Poetra Sembada Tbk beserta karyawan-karyawannya yang harus diurus.

Karena tidak mau ambil pusing dengan nilai saham yang berfluktuasi, Sukarto hanya mengecek grafik saham sesekali. Kisah terkenal mengenai perjalanan Sukarto berinvestasi adalah saat beliau membeli saham PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk (MREI).

Ia membeli saham MREI di tahun 2007 dengan harga RP 200 saja. Pada tahun 2013, saham MREI naik jauh ke harga Rp 1.700 dan memberikan Sukarto keuntungan hingga Rp 37 miliar. Kesabaran dan kepandaian Sukarto dalam berinvestasi patut diacungi jempol.

Alih-alih mengikuti arus untuk membeli saham blue chip, ia bersikeras berinvestasi di emiten-emiten kecil. Meskipun begitu, Sukarto juga pernah dirundung masalah saat krisis moneter 1998 mengguncang Indonesia dan dunia. Ia mengaku telah kehilangan lebih dari Rp 1,5 miliar di masa kelam tersebut.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait