Ajaib.co.id – Belakangan ini masyarakat disesakkan dengan berita mengenai virus Corona (COVID-19). Dampak COVID-19 tersebut tentunya menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Karena itu pemerintah perlu menyiapkan langkah-langkah serta stimulus agar perekonomian tidak terganggu.
Pada Minggu (1/3/2020), Presiden Jokowi mengejutkan masyarakat dengan pengumuman di istana negara bahwa untuk pertama kalinya terdapat dua pasien positif Corona di Indonesia, yang ditularkan oleh WNA Jepang.
Ketika Jokowi mengumumkan WNI positif terjangkit Corona, hal ini tentunya menimbulkan reaksi tersendiri di masyarakat. Ada yang takut, khawatir, pasrah dan juga panik.
Walaupun sebenarnya kepanikan berusaha untuk diminimalisir, namun nyatanya sulit untuk dihindari. Banyak masyarakat yang kemudian memborong masker, hand sanitizer bahkan menimbun bahan-bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari.
Tentunya dampak dari masuknya virus Corona ke Indonesia memberikan pengaruh negatif pada berbagai sektor di tanah air. Berikut adalah beberapa fakta terkait masuknya virus Corona yang menjadi perhatian.
- Masker dan Consumer Goods Jadi Buruan Akibat Corona
- Himbauan WHO Terkait Penggunaan Masker
- Dampak Corona Terhadap Perdagangan Ekspor Impor Indonesia
- Dampak Virus Corona pada Devisa Impor dari China
- Empat Kebijakan Pemerintah Terkait Relaksasi Terhadap Impor
- Dampak Corona Pada IHSG
- Pemerintah Terbitkan Recovery Bond Atasi Corona
- Pemerintah Kucurkan Stimulus Ekonomi Terkait Corona
Masker dan Consumer Goods Jadi Buruan Akibat Corona
Masker memang jadi barang berharga setelah wabah virus Covid-19. Sulitnya mendapatkan masker mulai melanda Indonesia. Banyak supermarket, toko dan apotek yang kehabisan stok masker karena diburu dan diborong masyarakat.
Sebagaimana hukum ekonomi berjalan, semakin banyak permintaan semakin tinggi pula harga barang, itulah yang terjadi pada masker. Masker yang biasa dijual Rp1000 per lembar di stasiun, harganya melonjak hingga Rp10.000 per lembarnya bahkan, ada pula masker yang dijual hingga 80 ribu per lembar.
Dikutip dari liputan6.com, seorang pedagang di Pasar Pramuka Jakarta menyebutkan, satu box masker yang awalnya dijual seharga Rp. 30.000 mengalami kenaikan harga hingga Rp350.000 per box nya. Bahkan untiuk merek N-95 bisa mencapai harga Rp. 1.5 juta.
Kondisi ini membuat miris berbagai pihak. Karena, banyak yang berpendapat bahwa ini adalah tindakan kurang manusiawi, dan terlalu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Bahkan, polisi sudah menemukan pihak-pihak yang sengaja menimbun masker, bahkan produsen masker daur ulang yang sama sekali tidak memperhatikan kesehatan.
Himbauan WHO Terkait Penggunaan Masker
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organizations/WHO) mengubah kebijakan dan kini mendukung penggunaan masker untuk semua orang di tengah penyebaran pandemi akibat infeksi virus corona.
CNNIndonesia memberitakan, sebelumnya WHO merekomendasikan penggunaan masker hanya untuk orang sakit dan orang yang merawat pasien. WHO menyatakan masker bedah harus disediakan untuk petugas medis, sementara masyarakat bisa menggunakan masker berbahan kain untuk menutup wajah.
“Kami melihat keadaan di mana penggunaan masker, baik buatan sendiri maupun masker kain di tingkat masyarakat dapat membantu untuk merespons penyakit ini,” ujar Kepala Program Darurat Kesehatan WHO Michael Ryan, dikutip Sabtu (4/4).
Dampak Corona Terhadap Perdagangan Ekspor Impor Indonesia
Bukan hanya masker, rak-rak supermarket yang berisi berbagai bahan pangan dan kebutuhan sehari-hari juga banyak dikosongkan konsumen. Aksi memborong produk terjadi setelah Jokowi mengumumkan Indonesia postif Corona. Hal ini tentu menjadi keresahan sendiri di tengah masyarakat dan pemerintah Indonesia.
Akibat tersebarnya virus Corona yang berasal dari China ini, Indonesia sempat menghentikan penerbangan dan juga impor bahan pangan dari negara Tiongkok tersebut. Indonesia juga menghentikan impor hewan hidup sejak awal Februari lalu.
Dampak Virus Corona pada Devisa Impor dari China
Belakangan, menurunnya arus impor dari China juga kian terasa dan berdampak pada menurunnya devisa impor dari China. Penurunan impor terjadi mulai dari barang tekstil, mesin, telepon, barang komputer dan lain sebagainya. Hingga berimbas pada anjloknya devisa impor dari China sebesar 51%. Yang awalnya US$ 948 Juta pada akhir Januari, turun menjadi US$ 463 pada akhir Februari.
Jokowi sempat mengungkapkan agar kebijakan impor dipermudah dan jangan menghambat. Karena Jokowi khawatir bahwa suplai barang di dalam negeri bisa terganggu. Selanjutnya ia mengharapkan agar Kementerian Perdagangan mempermudah prosedur pengurusan dokumen administrasi impor.
Empat Kebijakan Pemerintah Terkait Relaksasi Terhadap Impor
Untuk mempermudah prosedur impor sesuai keinginan Presiden Jokowi, Pemerintah berencana menyiapkan empat kebijakan terkait ekspor impor.
Empat kebijakan yang tengah dirumuskan tersebut antara lain :
- Penyederhanaan Tata Niaga Ekspor atau lartas (Larangan-pembatasan) dengan mempermudah atau bahkan menghapuskan beberapa aturan seperti misalnya sertifikat kesehatan, Surat Keterangan Asal dan lain sebagainya.
- Pengurangan lartas dan melakukan percepatan proses impor, khususnya untuk barang-barang yang diimpor 500 reputable importer.
- Pengurangan lartas khusus untuk impor bahan baku sehingga proses produksi tidak terganggu.
- Efisiensi proses logistik sehingga biaya logistik dapat dikurangi, misalnya pengurangan biaya logistik di pelabuhan melalui pembentukan Ekosistem Logistik Nasional.
Keempat kebijakan tersebut diharapkan dapat memberikan kemudahan-kemudahan yang dibutuhkan agar arus ekspor impor tetap terjaga kelancarannya. Sehingga, suplai bahan-bahan kebutuhan di Indonesia dapat terus terpenuhi di tengah adanya dampak perekonomian akibat wabah virus Corona ini. Selain itu, industri juga bisa tetap berjalan dan menjaga bahkan meningkatkan ekspornya.
Dampak Corona Pada IHSG
Setelah Presiden Jokowi mengumumkan 2 orang WNI positif terjangkit Virus Corona di awal kasus, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang sempat mengalami koreksi signifikan. Hal ini dikarenakan adanya aksi jual besar-besaran yang dilakukan investor.
Setelah pengumuman kasus corona yang pertama tersebut, IHSG langsung mengalami pelemahan. Setelah sempat menyentuh level 5.491,13, IHSG ditutup pada level 5.405.21 pada Senin (2/3/20) sore.
Namun rupanya, dampak dari Virus Corona tidak berlangsung lama. Pemberitaan di media yang tidak terlalu panik, serta statement pemerintah yang menyatakan kesiapan maksimal menghadapi Corona, direspon pasar dengan kenaikan IHSG dalam waktu relatif singkat. Pada Selasa (3/3) IHSG mengalami penguatan sebanyak 2% dan tren ini terus berlanjut hingga hari Rabu (4/3).
Pemerintah Terbitkan Recovery Bond Atasi Corona
Pemerintah segera terbitkan recovery bond berdenominasi rupiah sebagai upaya menyediakan likuditas bagi dunia usaha guna memompa perekonomian yang sedang lesu karena wabah virus corona (covid-19).
Obligasi yang diterbitkan tersebut bernama Recovery Bond. Nantinya, obligasi tersebut dapat dibeli oleh Bank Indonesia (BI), Institusi swasta maupun masyarakat yang mempunyai kemampuan membelinya.
Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono menjelaskan, Recovery Bond adalah surat utang pemerintah dalam bentuk rupiah yang bisa dibeli oleh Bank Indonesia (BI) dan pihak swasta lainnya, seperti importir, eksportir, dan sebagainya.
Pemerintah Kucurkan Stimulus Ekonomi Terkait Corona
Pemerintah memberikan stimulus ekonomi tambahan yang ditetapkan melalui alokasi belanja dan pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 sebesar Rp405,1 triliun untuk penanganan COVID-19.
Alokasi dana tambahan pada APBN tersebut dimunculkan melalui payung hukum peraturan pemerintah pengganti undang-undang (PERPPU) Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan.
Sebagai akibatnya, defisit APBN tahun 2020 nantinya diperkirakan akan mencapai 5,07 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau melampaui batas Undang-Undang yang dipatok minus di angka 3 persen PDB. Perlu dicatat, alokasi belanja APBN 2020 hanya Rp2.540,4 triliun awalnya.