Ajaib.co.id – Semua investor tentu membeli saham demi memeroleh cuan. Tapi setelah membeli suatu saham dan memeroleh cuan yang makin meningkat, sampai kapan kita perlu mempertahankan saham tersebut dalam portofolio?
Kalau hold lebih lama, kita khawatir harga saham berbalik turun hingga cuan berubah jadi loss. Tapi bisa jadi juga, kita malah kehilangan peluang memeroleh cuan lebih besar gegara terburu-buru melepas saham sekarang. Dilema seputar berapa lama masa hold saham seperti ini pasti pernah muncul di benak semua investor.
Pemula mungkin langsung aktif menyambangi forum-forum diskusi, bertanya ke sana-ke mari tentang “apakah sebaiknya tetap hold atau take profit sekarang?”. Tapi investor yang berpengalaman akan tahu bahwa orang lain tidak dapat memberikan jawaban akurat tentang berapa lama waktu yang ideal untuk hold saham.
Mengapa? Karena lama waktu hold saham akan tergantung pada rencana investasi setiap investor yang mencakup jangka waktu (time frame), target keuntungan (take profit) dan toleransi kerugian (cut loss), dan kondisi fundamental berbeda-beda.
Lama Hold Saham Berdasarkan Jangka Waktu Investasi
Umpamanya investor A memulai nabung saham dengan rencana jangka panjang, sehingga mengoleksi saham-saham blue chip seperti Unilever (UNVR), Bank Mandiri (BMRI) dan Telkom (TLKM). Pergerakan harga saham-saham tersebut dalam jangka pendek cenderung lamban, tetapi akumulasi jangka panjangnya bakal melimpah dengan tambahan dividen tahunan.
Dalam situasi seperti ini, investor A boleh berencana untuk hold saham antara 3-5 tahun atau lebih lama lagi.
Berbeda dengan trader B yang membeli saham dengan rencana profit kilat, sehingga membeli saham-saham yang terdeteksi sedang diakumulasi bandar tanpa memedulikan kondisi fundamentalnya. Saham-saham tersebut mungkin cepat naik, tapi jika salah prediksi maka juga bisa cepat turun. Dalam situasi seperti ini, trader B sebaiknya menentukan masa hold saham dalam hitungan hari saja.
Jika investor A meniru target harian trader B, maka ia takkan memeroleh keuntungan optimal dari rencana investasinya. Sedangkan jika trader B meniru masa hold investor A, maka modalnya mungkin bakal terkunci pada saham gocap yang sukar dijual kembali hingga terkena vonis delisting dari bursa. Intinya, lama waktu hold saham yang ideal itu tergantung pada rencana dan alasan awal saat kamu membeli saham tersebut.
Lama Waktu Hold Saham Berdasarkan Rencana Take Profit/Cut Loss
Mari tinjau kembali situasi trader B. Ia sudah memantapkan hati untuk hold selama beberapa hari saja. Setelah membeli saham hari ini, esoknya harga meroket sampai 5%. Hold terus sampai beberapa hari kemudian, atau dijual saat itu juga?
Dilema itu takkan muncul jika rencana trading sang trader B sudah memuat target keuntungan (take profit) tertentu. Apabila rencana trading menentukan take profit 5%, maka ia bisa langsung memutuskan untuk jual saham saat itu juga.
Apabila rencana trading menentukan take profit 15%, ia mungkin memutuskan untuk tetap hold hingga beberapa hari lagi.
Bagaimana caranya menentukan target keuntungan itu? Sang trader dapat memanfaatkan analisis teknikal ataupun memantau aksi bandar. Apa pun caranya, yang penting trader harus sudah menentukan kriteria take profit/cut loss sebelum membeli saham tersebut.
Lama Waktu Hold Saham Berdasarkan Kondisi Fundamental
Investor A mungkin enggan mematok target profit berupa persentase tertentu. Toh, nilai dividen tahunan memang sukar diperkirakan. Dalam situasi ini, ia dapat menentukan masa hold saham berdasarkan kondisi fundamentalnya.
Beberapa kondisi fundamental mungkin memengaruhi masa hold saham, antara lain:
1. Outlook bisnisnya mengalami perubahan signifikan. Umpamanya kamu membeli saham beras dengan harapan kebutuhan pangan terus meningkat dan pemerintah menyetop keran impor. Tapi ternyata pemerintah terus menerus mendatangkan beras impor yang mengakibatkan harga tetap murah.
2. Muncul pesaing yang lebih prospektif dalam bisnis yang sama. Hal ini biasanya karena kemajuan teknologi, misalnya bisnis warnet (warung internet) yang tak laku lagi lantaran meningkatnya popularitas laptop dan ponsel pintar.
3. Manajemen mengambil keputusan yang kurang tepat, sehingga berisiko memperburuk kinerja keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Contohnya jika perusahaan melakukan divestasi atas core bisnis demi menebus utang anak usaha yang tidak prospektif.
Acuan dasarnya, seorang investor hanya perlu hold selama saham tersebut masih menguntungkan dan/atau belum mencapai potensi profit optimalnya. Namun, ia tak perlu hold saham jika sudah menguntungkan dan/atau sudah mencapai potensi profit tertingginya.
Cuan Butuh Waktu dan Rencana
Satu hal penting yang perlu dipahami oleh semua calon investor: Akumulasi keuntungan dari saham apa pun membutuhkan waktu yang sukar diprediksi, tetapi kita dapat membuat rencana investasi.
Investor dan trader sebaiknya jangan lekas tergoda untuk melepas saham yang baru naik sejengkal dan belum mencapai target profit yang diinginkan. Sebaliknya, jangan pula “ngotot” untuk hold saham yang jelas-jelas sudah kolaps dan tak mampu meraih profit dalam jangka waktu yang telah direncanakan.
Hal ini mungkin terlihat abstrak. Namun, kamu takkan bingung lagi jika sudah membiasakan diri untuk membeli saham dengan perencanaan sejak awal.
Sebelum membeli saham apa pun, buatlah catatan komplit berisi alasan mengapa kamu memilih suatu saham beserta target take profit dan rencana cut loss. Dalam perkembangan selanjutnya, kamu cukup memantau:
1. Apakah alasan pembelian saham itu masih berlaku? Jika masih berlaku, kamu bisa terus hold saham tersebut. Jika sudah tak berlaku lagi, boleh jadi kamu perlu melepasnya.
2. Apakah target take profit sudah tercapai? Jika target belum tercapai, kamu bisa terus hold saham tersebut. Jika target tercapai, berarti mungkin sudah tiba waktu untuk melepasnya.
3. Apakah harga saham justru turun sampai menginjak ambang cut loss? Jika belum mencapai cut loss, maka hold terus tanpa menghiraukan berapa pun penurunan harga sahamnya. Jika sudah sampai cut loss, segera eksekusi tanpa ragu.
Intinya, lama waktu yang ideal untuk hold saham dapat ditentukan berdasar jangka waktu investasi, rencana take profit dan cut loss yang telah dibuat sejak awal, atau kondisi fundamental.