

Ajaib.co.id – Salah satu sektor yang mendulang cuan paling besar selama periode pandemi COVID-19 adalah sektor kesehatan. Termasuk di dalamnya sub-sektor farmasi, perawatan dan layanan kesehatan dan laboratorium.
Sejak Maret 2020 laboratorium-laboratorium yang memiliki layanan pemeriksaan tes swab Polymerase Chain Reaction (PCR) mendapat kunjungan pelanggan berkali-kali lipat lebih banyak daripada sebelumnya. Lolos tes PCR memang diwajibkan oleh pemerintah untuk dijalani para pendatang yang hendak memasuki wilayah tertentu.
Di momen seperti inilah PT Diagnos Laboratorium Utama melakukan pencatatan saham perdana (IPO) di bursa dengan kode saham DGNS. IPO-nya DGNS menjadi pertanyaan bagi publik tentang masa depan emiten apabila pandemi telah usai. Mari kita bedah!
Rincian Penawaran Perdana Saham
Saham PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk telah resmi dapat diakses publik sejak pencatatan saham perdananya alias IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Januari 2021. Emiten resmi melepas sebanyak 250 juta lembar saham baru atau setara dengan 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh ke publik di harga penawaran Rp 200 per saham.
Dengan demikian dana segar yang dihimpun melalui pagelaran IPO-nya mencapai Rp 50 miliar. Rencananya sebesar 42,6 persen dana hasil IPO akan digunakan untuk membangun laboratorium dan cabang di Makassar, Surabaya dan Medan.
Sedangkan 57,4 persen dana akan digunakan untuk modal kerja seperti mengoptimalkan laboratorium dalam teknologi dan inovasi seperti mengembangkan Genomics dan membeli fasilitas penunjang seperti kendaraan.
Genomics adalah teknologi untuk mengetahui penyakit atau tingkat kesehatan seseorang dengan mempelajari genetiknya.
Selain itu saham Diagnos Laboratorium juga mengadakan program Alokasi Saham untuk karyawan alias Employee Stock Allocation program (ESA) dengan alokasi jumlah saham sebesar 1000.000 lembar untuk karyawan atau setara dengan 0,08 persen dari jumlah saham yang dicatatkan.
Berdasarkan prospektus program ESA diadakan untuk memberi penghargaan kepada manajemen dan karyawan atas kontribusinya dalam membangun dan membesarkan Diagnos Laboratorium.
Adapun total saham yang dicatatkan emiten saham DGNS di bursa adalah sebanyak 1,25 miliar lembar saham.
Profil Emiten
PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (kode saham DGNS) adalah anak usaha dari grup Bunda Medik Healthcare System (BMHS) yang telah berdiri sejak tahun 2007, sedangkan emiten saham DGNS sendiri berdiri sejak tahun 2009. Usaha utama saham DGNS adalah jasa pemeriksaan kesehatan seperti hematology, biomolecular, hemostasis, microbiology, genomics, chemistry, parasitology, immunology dan anatomic pathology.
Saat ini emiten saham DGNS memiliki tiga cabang independen dan 10 outlet yang bekerja sama dengan rumah sakit dan klinik grup BMHS. Sebagai informasi grup BMHS adalah grup yang menguasai jaringan rumah sakit dan klinik yaitu: RSIA Bunda Jakarta, RSU Bunda Jakarta, RSU Bunda Margonda, Klinik Spesialis BIC, Morula IVF Indonesia, Emergency Response, IRSI, Bunda Global Pharma, Bunda Diklat Indonesia dan perseroan sendiri.
Jumlah saham beredar yang dicatatkan di bursa adalah sebanyak 1.250.000.000 lembar. Sebanyak 510.000.000 lembar saham atau setara dengan 40,8 persen saham dikendalikan oleh PT Bunda Investama Indonesia sedangkan 39,2 persennya dimiliki oleh PT Bundamedik.
Adapun saham yang beredar di publik adalah sebesar 19,92 persen atau setara dengan 249.000.000 lembar. Saham yang diperuntukkan bagi karyawan dalam program ESA adalah sebanyak 1.000.000 lembar atau setara dengan 0,08 persen dari seluruh saham beredar.
Dengan total saham beredar sebanyak 1.250.000.000 lembar maka kapitalisasi pasarnya di harga terakhir Rp 690 per saham, adalah Rp 862,5 miliar.
Cakupan Usaha


Emiten saham DGNS menyediakan 400 jenis layanan pemeriksaan yang terangkum dalam empat segmen usaha yakni laboratorium patologi klinis (Clinical Laboratory), patologi anatomi, genetik (termasuk genomics) dan laboratorium Bio Molekuler yang melayani pemeriksaan COVID-19.
Selama pandemi, segmen usaha emiten terutama pemeriksaan COVID-19 berupa tes rapid dan swab Polymerase Chain Reaction (PCR) telah berkontribusi cukup besar pada total pendapatan emiten. Berikut rincian pendapatan emiten per tipe kunjungan;


Total pendapatan emiten di akhir tahun 2017 adalah sebesar Rp 14 miliar, meningkat secara luar biasa menjadi Rp 38,55 miliar di tahun 2018 dan menjadi Rp 51,33 miliar di tahun 2019. Per Juni 2020 pendapatan emiten adalah Rp 44,33 miliar. Dengan demikian kita dapat memproyeksi pendapatan emiten di akhir tahun 2020 adalah kira-kira sebesar Rp 88,66 miliar.
Setiap tahunnya diketahui sebanyak lebih dari 87 persen pendapatan emiten datang dari pemeriksaan laboratorium hasil rujukan pihak berelasi yakni dokter-dokter dari rumah sakit dan klinik grup Bundamedik. Dokter-dokter dari luar grup Bundamedik juga berkontribusi mendatangkan pendapatan bagi emiten namun jumlahnya sedikit saja hanya Rp 114,13 juta di akhir tahun 2019 dan Rp 73,4 juta per Juni 2020.
Sebelum 2019 perseroan juga bekerja sama dengan pihak berelasi berupa klien korporat dari grup Bundamedik juga namun pendapatan dari klien korporat sudah tidak berlanjut lagi. Selain itu nilainya pun kecil saja di tahun 2018 tidak lebih dari Rp 100 juta yang berhasil dikumpulkan dari klien tipe ini.
Yang menarik adalah terdapat peningkatan signifikan dari kunjungan langsung pelanggan selama tahun 2020. Di akhir tahun buku 2019 pendapatan dari pelanggan kunjungan langsung adalah Rp 292,47 juta saja. Sedangkan per Juni 2020 pendapatan dari kunjungan langsung meningkat menjadi Rp 5,53 miliar!
Pandemi COVID-19 rupanya telah meningkatkan kunjungan langsung oleh publik ke laboratorium. Adapun pemeriksaan swab PCR oleh emiten diselenggarakan di laboratorium Bio Molekuler Diagnos di RSU Bunda Jakarta.
Peningkatan pendapatan dari kunjungan langsung adalah disebabkan oleh kerjasama dengan berbagai pihak sehingga laboratorium Diagnos menjadi salah satu tempat rujukan favorit selama pandemi.
Fanfan Riksani selaku Coporate Secretary dari DGNS mengonfirmasi bahwa sebanyak 481.703 pemeriksaan telah dilakukan oleh DGNS selama tahun 2020. Dari total volume, 143.577 pemeriksaan adalah tes terkait COVID-19 seperti rapid antigen dan PCR.
Di awal pandemi, tes terkait COVID-19 dilakukan sebanyak 300 tes per hari, namun selama libur terutama libur natal dan tahun baru volume melonjak menjadi 1700 tes per hari.
Meningkatnya pelayanan pemeriksaan disebabkan oleh ketentuan pemerintah untuk melampirkan hasil tes swab atau antigen swab bagi pendatang yang memasuki wilayah DKI Jakarta, Bali, Sumatra Utara, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat, Malang serta Bangka-Belitung menggunakan transportasi umum seperti pesawat, kerata api dan bus.
Review Kinerja


Kinerja DGNS terbilang cemerlang melihat besarnya pertumbuhan yang dibukukan setiap tahunnya. Total aset meningkat dengan pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 91 persen. DI tahun 2017 total aset hanya Rp 8,48 miliar saja, menjadi Rp 74,66 miliar di 2020.
Di samping itu CAGR Kas dan Setara Kas hanya bertumbuh 2,25 persen saja, menandakan bahwa setiap kas yang masuk langsung dijadikan belanja modal oleh emiten. Emiten memang sedang dalam tahap ekspansi yang sukses.
Kesuksesan ekspansi bisnis oleh DGNS bisa dilihat dari tingginya pertumbuhan pendapatan dengan CAGR sebesar 54,16 persen dari Rp 14 miliar saja di akhir tahun 2017 menjadi Rp 51,33 miliar di tahun 2019. Per Juni 2020 pendapatan emiten telah mencapai Rp 44,33 miliar, dengan begitu proyeksi pendapatan per akhir 2020 adalah sebesar Rp 88,66 miliar.
Yang menarik adalah kemampuan emiten dalam membukukan laba bersih. Tercatat pertumbuhan laba bersih adalah sebesar CAGR 88,63 persen. Kamu bisa lihat bahwa pertumbuhan laba bersih lebih pesat dibandingkan pertumbuhan pendapatan.
Hal itu menandakan bahwa dalam tubuh emiten terdapat manajemen yang baik sekali dalam pengetatan beban sehingga bisa menyisakan laba yang bertumbuh lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatannya.
Karena laba bertumbuh lebih pesat dari pertumbuhan pendapatan, oleh karenanya kita bisa lihat marjin laba bersihnya meningkat dari satu digit saja di tahun 2017 menjadi dua digit setelahnya.
Rasio
Ratio | 30-Apr-20 | 31-Dec-19 | 31-Dec-18 | 31-Dec-17 |
ROE | 15,00% | 19,96% | 69,84% | 42,94% |
ROA | 10,98% | 15,66% | 37,91% | 16,28% |
DER | 36,57% | 27,47% | 84,23% | 163,74% |
NPM | 18,50% | 18,07% | 24,03% | 9,86% |
Rasio profitabilitas emiten dalam hal ini rasio laba per ekuitas (ROE), laba per aset (ROA) dan laba per pendapatan alias marjin laba bersih (NPM) yang dimiliki emiten adalah sangat baik sekali.
Sebenarnya keuntungan terbesar dicapai emiten di tahun 2018 dengan ROE sebesar 69,84 persen, ROA 37,91 persen dan NPM sebesar 24 persen. Besarnya laba yang bisa dibukukan menandakan bahwa emiten memiliki daya tawar yang tinggi alias punya Competitive Advantage.
Namun menurut penulis besar rasio keuntungan yang moderat seperti saat ini yaitu di angka belasan persen saja adalah hal yang baik. Karena dengan begitu harga jual pelayanan tidak akan terlalu mahal dan mampu bersaing dengan laboratorium lainnya.
Rasio utang per ekuitas emiten juga tergolong sangat baik yaitu hanya sepertiga saja dari ekuitas. Berdasarkan riwayatnya sejak 2017, emiten cukup pandai mengelola utangnya hingga bisa turun hingga di bawah besar ekuitasnya.
Target Perseroan
Perseroan sendiri mengakui dalam prospektusnya bahwa perseroan sangat bergantung pada kegiata usaha BMHS group. Setiap tahunnya lebih dari 87 persen pendapatan perseroan didapat dari grup BMHS.
Perseroan memiliki cita-cita untuk bisa lebih mandiri karena selama ini perseroan lebih dikenal berkat induk usahanya yakni Bundamedik Group dan bukan dikenal berkat kualitasnya sendiri.
Dan oleh sebab itu perseroan menjalankan cabang sendiri dan berekspansi ke wilayah lain agar bisa menjangkau pelanggan-pelanggan secara nasional. Untuk mempercepat ekspansinya perseroan kemudian melakukan penawaran saham perdana di bursa efek Indonesia.
Perseroan menargetkan untuk memiliki 30 cabang dan outlet kerja sama di hampir seluruh wilayah di Indonesia di tahun 2025. Dengan demikian perseroan tidak akan terlalu bergantung lagi terhadap BMHS group dan bisa menjadi perseroan yang memiliki daya tarik sendiri.
Di tahun 2025 perseroan berharap kontribusi pendapatan bisa kurang dari 50 persen. Perseroan berharap usahanya berupa pendirian laboratorium mandiri dan kerjasamanya dengan klinik dan rumah sakit di luar grup Bundamedik bisa mendatangkan pendapatan dan laba yang lebih besar dari hanya sekedar bergantung pada induk usaha saja.
Prospek
Perseroan sangat senang kunjungan langsung di tahun 2020 meningkat tajam, masyarakat pun semakin mengenal laboratorium Diagnos. Meningkatnya brand awareness diharapkan dapat meningkatkan pendapatan emiten di tahun-tahun berikutnya.
Mesha Rizal Sini selaku Direktur Utama DGNS optimis dengan pertumbuhan emiten lantaran kesadaran masyarakat untuk memeriksa kesehatan diri sudah mulai meningkat dan oleh karenanya prospek bisnis kesehatan yang beliau pimpin cukup baik di Indonesia.
DGNS menawarkan pelayanan pemeriksaan yang lebih baik dan memiliki spesialisasi di pemeriksaan khusus sehingga berpotensi menjadi laboratorium rujukan para dokter di berbagai wilayah Indonesia.
Saat ini DGNS juga memberikan layanan homecare dan drive thru untuk mereka yang ingin rapid test tanpa antre. Layanan-layanan ini bisa diakses dengan cara mendaftar terlebih dahulu secara online, kemudian tim Diagnos Laboratory akan menghubungi pelanggan untuk memastikan jadwal homecare atau drive thru.
Saat ini tantangan terbesar datang dari kesiapan karyawan dalam hal operasional menyambut perubahan demand masyarakat yang ingin serba cepat. Layanan drive thru saat ini baru tersedia di cabang Menteng, Ciputat, dan RS Edelweis Bandung.
Segera setelah karyawan Diagnos Laboratory lebih siap, layanan homecare dan drive thru akan dilaksanakan juga di cabang-cabang lain. Perseroan senantiasa melakukan kerja sama dengan dokter-dokter dari jaringan rumah sakit dan klinik lain. Dengan memperluas jaringan maka diharapkan pendapatan dari rujukan dokter pihak ketiga bisa meningkat.
Kesimpulan
PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) adalah emiten yang menginduk ke grup Bundamedik yang sudah memiliki jaringan rumah sakit dan klinik sejak tahun 2007. Lebih dari 87 persen pendapatan emiten datang dari rujukan dokter jaringan Bundamedik Group.
Emiten berharap bisa lebih dikenal dan bisa mendapat pendapatan dari rujukan dokter-dokter lain di luar Bundamedik Group. Sepanjang tahun 2020 emiten telah membukukan lebih banyak pendapatan dari kunjungan langsung yang memeriksakan dirinya terkait tes COVID-19 seperti rapid test dan PCR.
Sebelum pandemi kinerja operasional emiten sudah sangat baik. Pertumbuhan pendapatan dan laba yang dibukukan sejak 2017 berada pada dua digit. Adapun pertumbuhan laba lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan, hal ini menandakan terdapat efisiensi beban yang sangat baik yang dilakukan manajemen DGNS.
DGNS sedang dalam tahap ekspansi besar-besaran yang sangat sukses, pertumbuhan yang kuat dari sisi pendapatan dan laba adalah indikasinya.
Kita juga bisa lihat bahwa emiten melakukan belanja modal yang cukup masif setiap tahunnya dan membuat asetnya tumbuh besar dalam waktu beberapa tahun saja dan menyisakan kas yang mini yaitu Rp1,3 miliar saja setiap tahun. Sebelum IPO perseroan menyisakan kas cukup besar yakni Rp 11 miliar dalam pengelolaannya.
Saat ini emiten berhasrat untuk tidak terlalu bergantung pada jaringan Bundamedik Group dengan mencari pembiayaan tambahan melalui hajatan IPO-nya. Sejauh ini emiten saham DGNS sangat baik baik dalam hal peningkatan pendapatan dan dalam efisiensi beban sehingga marjin labanya juga cukup gemuk. Emiten juga pandai dalam mengawasi besaran utang agar tidak terlalu membebani.
Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.