Reksa Dana

Bagaimana MI Menentukan Alokasi Aset dalam Reksa Dana?

Sumber: Pexels

Ajaib.co.id – Alokasi aset merupakan salah satu strategi dalam investasi reksa dana dengan menempatkan aset pada kelas tertentu.  Proses tersebut akan mencermati komposisi saham atau obligasi dalam portofolio apakah normal, overweight, atau underweight.

Strategi alokasi aset ini bertujuan untuk membangun portofolio yang pertumbuhannya dapat mengalahkan kinerja pasar. Untuk reksa dana saham, maka diharapkan pertumbuhan portofolio tersebut dapat lebih baik dari IHSG.

Disadari atau tidak, sebagai investor tentunya kita melakukan alokasi aset terhadap investasi yang dilakukan. Mungkin metode yang digunakan masih sederhana dan dana yang dikelola pun terbatas. Namun, tetap perlu kehati-hatian dalam mengalokasikan aset yang dimiliki.

Demikian juga dengan Manajemen Investasi (MI) yang menyusun komposisi aset dalam reksa dana. Total dana yang dikelola jauh lebih besar sehingga dibutuhkan strategi alokasi aset yang tepat. Tahukah kamu bagaimana MI menentukan alokasi aset dalam reksa dana?

Proses Alokasi Aset yang Dilakukan MI dalam Reksa Dana

Pada dasarnya, setiap kelas aset memiliki profil risiko dan imbal hasil yang berbeda-beda. Perilaku dan volatilitas setiap jenis aset juga memiliki karakter masing-masing. Dalam satu waktu, ada aset yang terus meningkat, namun ada juga aset lainnya yang kinerjanya menurun. Demikian juga sebaliknya.

Alokasi aset mencakup pembagian aset dalam suatu portofolio investasi ke berbagai kategori dan kelas aset yang akan saling melengkapi untuk mencapai tujuan investasi. Tidak ada portofolio yang paling baik untuk semua orang, yang ada hanyalah portofolio yang paling cocok dengan profil risiko dan gaya investasi masing-masing investor.

Strategi alokasi aset merupakan metode yang berpedoman kepada pembentukan base policy mix atau disebut komposisi dasar portofolio. Komposisi dasar portofolio ini merupakan kombinasi dari berbagai aset secara proporsional sesuai dengan profil risiko dan imbal hasil yang diharapkan. 

Setiap MI biasanya punya strategi alokasi aset masing-masing yang berbeda satu dengan yang lain. Dalam praktiknya, alokasi aset dipengaruhi oleh berbagai faktor sesuai kondisi yang terjadi. Perumusan ini disesuaikan dengan tujuan dan profil risiko dari investor.

Berikut ini merupakan gambaran secara umum bagaimana MI menentukan alokasi aset dalam reksa dana, khususnya reksa dana saham.

1. Menentukan Indeks Acuan

Proses pertama yang dilakukan untuk melakukan alokasi aset dalam reksa dana adalah dengan menentukan terlebih dahulu indeks acuan atau benchmark. Indeks acuan tersebut digunakan sebagai data awal dan parameter dari kinerja reksa dana nantinya. Penilaian reksa dana yang outperform dan underperform mengacu pada benchmark ini.

Untuk reksa dana saham, bisa dipilih indeks saham yang tersedia di BEI untuk dijadikan acuan. Indeks saham yang tersedia telah dikelompokkan dengan kriteria masing-masing, misalnya daftar saham dengan likuiditas tertinggi, daftar saham dengan kapitalisasi pasar terbesar, dan sebagainya.

Pada umumnya indeks acuan yang dipilih merupakan indeks yang paling sesuai dengan profil reksa dana, seperti LQ45 atau IDX30. Indeks besar seperti IHSG akan lebih kompleks jika digunakan karena berisi seluruh saham yang diperdagangkan di BEI. 

2. Melakukan Analisis Bobot Masing-Masing Saham dalam Indeks Acuan

Setelah menentukan indeks saham yang akan digunakan sebagai acuan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis bobot pada masing-masing saham dalam indeks tersebut. Bobot ini ditentukan oleh besarnya kapitalisasi suatu saham terhadap keseluruhan kapitalisasi saham dalam indeks acuan. 

Kapitalisasi merupakan hasil perkalian dari harga pasar saham dengan jumlah saham yang beredar. Kapitalisasi pasar ini berbeda dengan total nilai aset perusahaan. Kapitalisasi pasar dinilai bukan dari nilai aset yang dimiliki perusahaan saat ini, namun dari kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan pendapatan di masa mendatang.

Analisis bobot masing-masing saham dalam indeks acuan ini juga dapat diklasifikasi berdasarkan sektor industri masing-masing. Sehingga dapat diketahui bobot individual tiap saham serta bobot sektoral dalam indeks acuan.

3. Analisis Status Saham atau Sektor Industri

Setelah mengetahui bobot saham, baik secara individual maupun sektoral, kemudian MI akan melakukan analisis status saham atau status sektor industrinya beserta alasan logis yang menyertai. Status yang dimaksud di sini adalah normal, overweight, atau underweight. 

MI memiliki penilaian tersendiri terhadap suatu saham atau sektor industri. Misalnya suatu saham dianggap overweight karena valuasi harganya sudah terlalu murah. Contoh lainnya  suatu saham dinilai underweight karena permintaan komoditas yang diperdagangkan diperkirakan sedang lesu. 

Kriteria penilaian terhadap saham atau sektor industri ini bermacam-macam, antara lain faktor likuiditas saham dan karakteristik saham tersebut apakah defensif atau siklikal. Selain itu, jumlah saham beredar yang tersedia untuk publik juga menjadi pertimbangan.

Walaupun suatu reksa dana mengacu pada suatu indeks yang dipilih, bobot alokasi reksa dana indeks tidak selalu sama dengan yang ditransaksikan di bursa. Namun, kinerja reksa dana indeks tidak akan jauh berbeda dengan indeks acuannya.

Kinerja Manajer Investasi disebut baik jika outperform, yakni kinerja reksa dana lebih tinggi dibandingkan indeks acuan. Sebaliknya, kinerja Manajer Investasi termasuk kurang memuaskan jika underperform atau kinerja reksa dana lebih rendah dari indeks acuan.

Begitulah gambaran bagaimana MI menentukan alokasi aset dalam reksa dana. Secara berkala, MI akan melakukan evaluasi terhadap alokasi aset yang dilakukan. Kemudian dilakukan penyesuaian dengan melakukan market timing dan security selection. 

Jika kamu tertarik untuk investasi reksa dana, pilihlah produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko dan preferensi investasimu. Kamu bisa membelinya melalui Aplikasi Ajaib karena ada banyak pilihan produk reksa dana dari MI terpercaya yang bisa kamu pilih.

Artikel Terkait