Ajaib.co.id – Harga emas memang cenderung naik konsisten di tengah pandemi Covid-19. Tapi, apakah hal tersebut berkorelasi positif terhadap kinerja PT Aneka Tambang Tbk tahun ini?
Meski sebagai salah satu emiten pertambangan mineral terbesar di tanah air, kenaikan harga emas yang stabil tak serta-merta mengatrol kinerja Aneka Tambang. Hal ini, misalnya, bisa dilihat dari laba bersih Antam. Pada semester I tahun 2020, laba bersih emiten berkode efek ANTM ini anjlok 80,18% ke Rp84,82 miliar.
Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada semester I tahun 2019, perusahaan pelat merah ini masih mencetak laba bersih Rp428 miliar. Penurunan laba bersih ini selaras dengan laju pendapatan ANTM yang turun 36,04% secara tahunan (yoy) menjadi Rp9,22 triliun di akhir Juni 2020.
Emas masih menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan Aneka Tambang, yakni mencapai Rp6,41 triliun. Angka ini berkontribusi 69% terhadap pendapatan total Antam.
Senior Vice President Corporate Secretary ANTM Kunto Hendrapawoko dalam keterangan resmi perseroan beberapa waktu lalu mengungkapkan, pada semester I tahun 2020, segmen operasi Logam Mulia dan pemurnian emas mencatatkan laba usaha sebesar Rp495,16 miliar dengan tingkat penjualan emas mencapai 7.915 kilogram (252,505 t.oz).
Menariknya, capaian ini tumbuh 111% dibandingkan pada semester I tahun 2019 yang hanya Rp234,94 miliar. Capaian Antam ini turut didorong oleh penguatan harga rata-rata emas global hingga 26%.
Setelah emas, feronikel merupakan segmen dengan penyumbang terbesar kedua bagi Antam. Penjualan feronikel pada semester I tahun 2020 tercatat Rp2,02 triliun atau 22% dari total pendapatan. Pada paruh pertama 2020, volume penjualan Antam sebesar 13.045 ton nikel dalam feronikel (TNi).
Catatan ini relatif stabil bila dibandingkan penjualan feronikel pada periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 13.157 TNi. Adapun capaian volume produksi feronikel pada semester I-2020 mencapai 12.762 TNi, turun dari capaian produksi tahun lalu yang mencapai 13.037 TNi.
Antam juga mencatat laba dari segmen operasi nikel (feronikel dan nikel) pada semester I-2020 sebesar Rp333,64 miliar. Di kuartal kedua sendiri, ANTM mencatatkan laba dari segmen operasi ini sebesar Rp263,06 miliar, naik signifikan dari torehan laba operasi di kuartal pertama 2020 yang hanya Rp70,58 miliar.
Kondisi pandemi Covid-19 yang telah melemahkan harga komoditas dan ekonomi global, mendorong banyak perusahaan untuk mengubah target kinerjanya pada tahun ini. Hal ini berlaku juga bagi Aneka Tambang.
Perubahan target ini bisa dilihat dari sinyal perseroan untuk memangkas panduan kinerja operasional yang sudah ditetapkan pada awal tahun ini. Direktur Niaga Aneka Tambang Apriliandi Hidayat mengungkapkan, perseroan sudah menyampaikan RKAP untuk tahun 2020 sejak akhir tahun lalu.
Panduan volume produksi perseroan hingga saat ini masih berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dari awal tahun.
“Namun, karena kami BUMN, maka perubahan target harus sampai persetujuan pemerintahan,” katanya saat konferensi pers Pubex Live 2020, Kamis (27/8/2020).
Antam menargetkan volume produksi feronikel hingga akhir tahun sebesar 27.000 ton nikel dalam feronikel.
Selain itu, untuk produksi dari tambang milik perseroan ditargetkan mencapai 2 ton per tahun, sedangkan penjualan ditargetkan mencapai 18 ton hingga akhir tahun. Untuk bauksit, target produksi hingga akhir tahun ini sesuai dengan kuota ekspor perseroan pada tahun ini di kisaran 1,2 juta ton.
Sementara itu, untuk bijih nikel, perseroan menargetkan penjualan sekitar 1 juta wet metrik ton yang hanya ditujukan sebagai pasar lokal mengingat kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel berlaku sejak awal tahun ini.
Adapun, Apriliandi mengaku, sebelumnya perseroan tidak berencana menargetkan untuk menggenjot penjualan bijih nikel untuk pasar domestik sekalipun pada tahun ini.
Namun, seiring dengan kondisi yang ada dan harga patokan dari pemerintah cukup kondusif, perseroan melihat peluang untuk mendulang kontribusi komoditas itu terhadap pendapatan perseroan.
Di sisi lain, perseroan juga masih mempertahankan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) pada tahun ini sebesar Rp1,5 triliun, yang terdiri atas Rp1,17 triliun untuk pengembangan investasi, sebesar Rp368,16 miliar untuk investasi rutin, dan sebesar Rp47,98 miliar untuk biaya ditahan.
Sepanjang paruh pertama tahun ini perseroan telah menyerap capex Rp265 miliar, yang fokus utama digunakan untuk investasi pengembangan.
“(Dari capex itu), sepertiga untuk pengembangan, lalu ada investasi rutin, dan ada investasi untuk anak usaha yang butuh tambah modal dan ini tampaknya akan kami evaluasi untuk dilakukan atau tidak,” ujar Apriliandi.
Berdasarkan capaian dan kondisi terkini, Antam berfokus untuk mempertahankan kinerja operasi dan penjualan dengan mengedepankan strategi penjualan melalui penguatan basis pelanggan di pasar domestik yang memberikan margin keuntungan yang lebih baik, terutama untuk komoditas emas. Hal ini, terutama, sejalan dengan pertumbuhan tingkat permintaan emas di dalam negeri.
Dalam keterangan tertulisnya, Manajemen Antam mengungkapkan, pada masa pandemi ini, Antam melalui unit bisnis pengolahan dan pemurnian Logam Mulia, menerapkan pembelian emas secara online di website dan menetapkan mekanisme order serta transaksi buyback melalui aplikasi WhatsApp.
Untuk logam mulia yang dibeli melalui sistem online ini, pelanggan dapat mengambil emas tersebut di Butik Emas Logam Mulia yang saat ini beroperasi secara terbatas atau dikirim melalui jasa ekspedisi yang bekerja sama dengan perseroan.
Sementara itu, untuk transaksi buyback dapat dilakukan di butik setelah melakukan janji temu melalui WhatsApp sebelumnya. Informasi lokasi butik yang beroperasi terbatas dan nomor WhatsApp untuk melakukan transaksi pre-order atau membuat janji temu buyback dapat dilihat di www.logammulia.com atau Instagram @antamlogammulia.
Selain itu, di tengah pandemi Covid-19, Antam juga masih tetap berfokus pada percepatan hilir antara lain Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) dan Proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR). Hal itu sejalan dengan komitmen Perseroan untuk melakukan hilirisasi.
Tambah pula, Antam juga tengah fokus dengan Proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang bersinergi dengan PT Inalum (Persero) dengan kapasitas pengolahan sebesar satu juta ton SGA per tahun (Tahap 1).
Untuk meningkatkan daya saing usaha, Antam juga berfokus pada upaya penurunan biaya tunai melalui inovasi-inovasi dalam bidang operasi guna mempertahankan posisi biaya yang rendah serta mengambil kebijakan strategis untuk melakukan usaha-usaha efisiensi biaya yang tepat dan optimal.