Ekonomi

Suku Bunga The Fed secara Historis 1990-2024 dan Ulasannya

suku_bunga_the_fed

Suku bunga The Fed memiliki pengaruh yang sangat luas dalam pasar keuangan global, mulai dari nilai tukar mata uang hingga harga saham.

Oleh karena itu, para trader dan investor perlu memahami dinamika suku bunga The Fed dan faktor-faktor yang memengaruhi perubahannya dari waktu ke waktu. Pemahaman ini akan sangat bermanfaat untuk mengantisipasi perubahan suku bunga The Fed berikutnya.

Dinamika Suku Bunga The Fed

Federal Reserve mewakili kewenangan tertinggi dalam sistem bank sentral Amerika Serikat —sering juga disebut dengan julukan “The Fed“. Mereka memiliki dua mandat, yaitu menjaga stabilitas harga dan memaksimalkan ketenagakerjaan.

Demi memenuhi kedua mandat tersebut, Federal Reserve menyesuaikan target suku bunga dana federal (Federal Funds Rate/FFR) untuk merespons situasi ekonomi terkini. Cara kerjanya sebagai berikut:

  1. Ketika perekonomian AS mulai “overheat“, Federal Reserve akan menaikkan suku bunganya. Tanda-tanda overheat terutama tingkat inflasi terlalu tinggi.
  2. Ketika perekonomian AS tampak lesu, Federal Reserve akan menurunkan suku bunganya. Tanda-tanda kelesuan terutama tingkat pengangguran yang tinggi dan tingkat inflasi yang semakin menurun.

Federal Reserve mempertimbangkan banyak sekali data dalam proses pengambilan kebijakannya. Beragam data inflasi dan ketenagakerjaan menjadi sorotan utama, antara lain Indeks Harga PCE Inti, Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga Produsen, Non-farm Payroll (NFP), Tingkat Pengangguran, dan masih banyak lagi. Data-data lain juga diperhitungkan termasuk Produk Domestik Bruto (PDB), belanja konsumen, dan produksi industri.

Federal Reserve dapat pula mengubah suku bunga dengan memerhatikan situasi-situasi kekinian yang berdampak besar terhadap perekonomian. Contohnya perang atau pandemi.

Semua dinamika ini terlihat dalam data historis suku bunga The Fed hingga 2024 berikut ini. Simak lebih lanjut!

suku_bunga_the_fed_02

1913-1990 Tidak Ada Suku Bunga Acuan

Federal Reserve didirikan pada 23 Desember 1913 melalui Undang-Undang Federal Reserve yang ditandatangani oleh Presiden Woodrow Wilson. Awalnya, tujuannya untuk menyelesaikan masalah kepanikan yang mengobrak-abrik perbankan AS sejak 1907.

Setelah itu, struktur organisasi dan kebijakan-kebijakannya kemudian terus berkembang untuk menanggapi perubahan zaman dan tantangan-tantangan baru.

Federal Reserve tidak menentukan target suku bunga (FFR) tertentu sebelum tahun 1990. The Fed bahkan belum terbiasa mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan kebijakan-kebijakannya pada masa-masa ini. Oleh karenanya, data suku bunga The Fed sebelum 1990 tidak tersedia secara publik. Kita hanya dapat meninjau perubahan suku bunga The Fed mulai tahun 1990.

1990-1992 Era Resesi Perang Teluk

Perang Teluk merujuk pada pecahnya konflik antara Irak melawan koalisi 42 negara yang dipimpin oleh AS. Konflik bersenjata tersebut melibatkan dua negara produsen minyak utama —Irak dan Kuwait—, sehingga memicu lonjakan harga minyak yang sedemikian parah hingga melumpuhnya berbagai industri.

Resesi Perang Teluk berlangsung antara Juli 1990-Maret 1991. Saking parahnya, tingkat pengangguran meroket dari 5,2% pada Juni 1990 sampai 7,8% dalam tempo dua tahun.

The Fed berulang kali menurunkan suku bunga untuk menanggapi situasi ini. Penurunan pertama sebesar 25 basis poin menjadi 8,00% pada 13 Juli 1990, kemudian berlanjut terus hingga tingkat suku bunga The Fed mencapai 3,00% pada 1992.

1994-1995 Manuver Alan Greenspan

Alan Greenspan memimpin The Fed untuk mengetatkan kebijakan moneter secara agresif pada 1994-1995. Suku bunga The Fed meningkat bertahap dari 3,00% pada Januari 1994 sampai 6,00% pada Februari 1995. Namun, perubahannya terbilang lancar hingga menghasilkan “soft landing” bagi perekonomian AS.

1995-1997 Penyesuaian Kebijakan

Era 1990-an ditandai dengan pertumbuhan yang pesat dan produktivitas yang tinggi. Namun, The Fed berpendapat tekanan inflasi telah berkurang dan suku bunga dapat “disesuaikan secara moderat”.

The Fed menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali dengan total 75 basis poin pada 1995-1996. Kemudian menaikkannya sedikit (25 bps) pada 1997. Ini adalah era penyesuaian-penyesuaian minor.

1998 Krisis Global

Serangkaian situasi pada masa ini berhasil mendesak The Fed untuk menurunkan suku bunganya. Berawal dari krisis mata uang Baht di Thailand yang meluas ke seluruh Asia dan Amerika Latin, kemudian melebar sampai krisis mata uang Rusia pada akhir 1998. Salah satu hedge fund raksasa AS, Long-Term Capital Management (LTCM), sampai nyaris bangkrut.

The Fed melaksanakan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali dengan total 75 basis poin sampai 4,75% dalam periode ini. Salah satu tujuannya untuk meredam efek pelemahan ekonomi negara-negara lain terhadap prospek pertumbuhan ekonomi AS.

1990-2000 Dot-Com Bubble

Indeks saham teknologi AS, Nasdaq, melesat 400% antara 1995 sampai Maret 2000. Ekspektasi inflasi turut meningkat seiring dengan berkembangnya bubble tersebut.

Untuk mencegah peningkatan ekspektasi inflasi lebih lanjut, The Fed menaikkan suku bunga secara bertahap mulai Juni 1999. Kenaikan pertama dalam siklus ini sebesar 25 bps pada 30 Juni 1999 dari 4,75% menjadi 5,00%. Suku bunga The Fed terus meningkat secara bertahap hingga mencapai 6,50% pada Mei 2000.

2001 Pecahnya Dot-Com Bubble

Pasar keuangan seperti roda yang kadang di atas dan kadang di bawah. Setelah popularitas bisnis dot-com mencapai puncaknya, “bubble” pecah dan memicu krisis.

Keruntuhan saham-saham dotcom berdampak pula ke perekonomian riil. PDB Amerika Serikat mengalami kontraksi dan tingkat pengangguran meningkat. Lebih buruk lagi, terjadi serangan 9/11 yang mengguncang kepercayaan publik.

The Fed menurunkan suku bunga berturut-turut dalam situasi ini. Penurunan pertama dalam siklus ini sebesar 50 bps pada 3 Januari 2001 dari 6,50% menjadi 6,00%. Penurunan bertahap terus berlanjut sampai suku bunga The Fed tercatat 1,75% pada akhir 2001.

2000-2003 Pemulihan yang Lamban

The Fed mengerem siklus penurunan suku bunganya pada awal 2002. Namun, pemulihan ekonomi ternyata berlangsung sangat lamban.

Keyakinan konsumen merosot sampai rekor terendah dalam sembilan tahun terakhir. Tingkat inflasi sangat rendah, terlihat pada Indeks Harga PCE Inti yang jatuh sampai 1,47% dalam sembilan bulan. Konsekuensinya, Federal Reserve harus menurunkan suku bunganya lagi pada November 2002 dan Juni 2003.

Tingkat suku bunga The Fed kemudian menetap pada tingkat 1,00% dalam waktu cukup lama. Pada gilirannya, bunga rendah menggairahkan bisnis properti dan menyemai benih-benih housing bubble.

2005-2006 Real Estate Bubble (Housing Bubble)

Setelah pecahnya bisnis dot-com, properti menjadi primadona baru dalam pasar keuangan AS. Real Estate Bubble awalnya berdampak positif —PDB AS berekspansi dan banyak orang mampu mengambil KPR—. Tapi risiko pecahnya bubble jelas mengerikan.

Federal Reserve berupaya “mendinginkan” situasi dengan menaikkan suku bunga sebanyak total 400 bps dalam periode 2005-2006. Sayangnya, bubble terus berkembang meski suku bunga The Fed sudah mencapai 5,25% pada Juni 2006.

2007-2008 Krisis Moneter

Pada awal 2007, housing bubble mulai pecah. Tingkat pengangguran meningkat dan pertumbuhan ekonomi melemah.

Federal Reserve menanggapinya dengan memangkas suku bunga secara agresif. Total penurunan suku bunga mencapai 100 basis poin pada kuartal ketiga 2007 —dan terus berlanjut dengan skala lebih besar pada tahun berikutnya. Seusai pemangkasan terakhir sebesar 100 basis poin pada Desember 2008, suku bunga The Fed sudah jatuh sampai rentang 0%-0,25%.

Suku bunga The Fed telah dibabat habis sampai nyaris nol, tetapi kondisi ekonomi masih lesu. Upaya apa lagi yang bisa dilakukan? The Fed di bawah kepemimpinan Ben Bernanke meluncurkan suatu tipe kebijakan moneter baru yang disebut Quantitative Easing (QE).

Melalui program Quantitative Easing (QE), The Fed mencetak uang untuk membeli obligasi bernilai triliunan dolar AS. Mereka berharap upaya tersebut dapat menggairahkan kembali perekonomian dan meningkatkan kesempatan kerja.

2015-2018 Normalisasi Kebijakan

Seiring dengan pulihnya perekonomian, Federal Reserve menganggap QE dan suku bunga rendah tak lagi diperlukan. Oleh karena itu, The Fed mulai menaikkan suku bunga lagi di bawah kepemimpinan Janet Yellen.

Kenaikan suku bunga bertahap dengan skala 25 basis poin berlangsung antara Desember 2015 sampai Desember 2018. Yellen sempat menjeda kenaikan suku bunga pada awal 2016 sehubungan dengan sejumlah sinyal krisis di China. Namun, kebijakan segera dilanjutkan kembali setelah diketahui bahwa krisis tidak meluas. Pada akhir siklus, tingkat suku bunga The Fed telah mencapai rentang 2,25%-2,50%.

2019-2020 Era Pandemi dan Lockdown

Merebaknya konflik dagang AS-China telah memunculkan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi AS. Federal Reserve kemudian memulai penyesuaian kebijakan dengan menurunkan suku bunga pada paruh kedua tahun 2019.

Pecahnya pandemi Covid-19 kemudian memicu gelombang lockdown pada tahun 2020. Situasi ini jelas berdampak negatif bagi perekonomian —tingkat pengangguran melesat dan produktivitas merosot.

The Fed menurunkan suku bunga dengan skala ekstra jumbo (150 bps) pada Maret 2020 untuk menanggapi ancaman krisis akibat pandemi. Federal Reserve juga melanjutkan program pembelian obligasinya untuk mendorong pertumbuhan dan inflasi.

2022-2023 Menjinakkan Inflasi

Siklus penurunan suku bunga The Fed antara 2019-2020 berhasil menggenjot inflasi AS sampai rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Namun, perekonomian kini menghadapi risiko overheat.

Federal Reserve di bawah kepemimpinan Jerome Powell bergerak cepat. The Fed menaikkan suku bunga dengan skala jumbo pada setiap rapat FOMC sejak Maret 2022 untuk menjinakkan inflasi.

The Fed baru mengerem pengetatan moneter setelah suku bunga mencapai rentang 5,25%-5,50% pada Juli 2023. Ini merupakan tingkat suku bunga tertinggi dalam 23 tahun terakhir.

2024 Normalisasi Kebijakan (?)

Banyak pakar berpendapat tingkat suku bunga The Fed sekarang (5,25%-5,50%) sudah terlalu tinggi, sedangkan laju inflasi sudah mulai menurun. Dalam situasi seperti ini, Federal Reserve mungkin perlu menurunkan suku bunganya. Tapi The Fed belum memberikan kejelasan mengenai arah kebijakan berikutnya.

Pada akhir 2023, konsensus memperkirakan The Fed bakal memulai penurunan suku bunga pada Maret 2024. Perkiraan tersebut terus berubah-ubah karena data-data inflasi AS awal tahun ini ternyata lebih tinggi dari ekspektasi.

Berdasarkan data per akhir Februari 2024, konsensus telah memundurkan perkiraan awal penurunan suku bunga The Fed sampai Juni 2024. Sedangkan Federal Reserve masih menekankan “terlalu dini” untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga.

Mulai Investasi di Ajaib Sekuritas Sekarang!

Masa depan kamu tentu akan menjadi lebih terjamin dan aman secara finansial bila kamu berinvestasi bukan? Ajaib Sekuritas hadir untuk memberikan pengalaman investasi yang lebih aman dan tepercaya. Mulai perjalanan investasimu bersama Ajaib Sekuritas sekarang, karena proses pendaftarannya yang mudah dan 100% online, tanpa memerlukan modal yang besar.

Berbagai layanan dan indeks saham juga tersedia dalam rangka mendukung investasimu agar semakin maksimal! Mulai dari saham, reksa dana, margin trading, day trading, dan layanan bagi nasabah premium, Ajaib Prime, bisa kamu temukan di aplikasi Ajaib Sekuritas.

Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download aplikasi Ajaib Sekuritas sekarang!

Artikel Terkait