Bisnis & Kerja Sampingan

Sistem Bagi Hasil Memiliki Kelebihan dan Kekurangan, Apa Saja?

Sistem Bagi Hasil

Ajaib.co.id – Sistem bagi hasil umum ditemui dalam bisnis. Ada berbagai kelebihan dan kekurangan dalam sistem bagi hasil, Apa saja?

Pengertian sistem bagi hasil

Sistem bagi hasil adalah salah satu bentuk perjanjian kerja sama dalam bisnis atau usaha. Perjanjian kerja sama ini melibatkan pemilik modal atau investor dan pihak yang menjalankan usaha.

Pihak yang menjalankan usaha ini bisa disebut juga pengusaha, pelaku usaha, manajer modal dan sebagainya. Tujuan sistem bagi hasil tentu saja mendapatkan keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. 

Jenis-jenis sistem bagi hasil

1. Profit sharing

Jenis ini membagikan laba bersih kepada pihak-pihak yang terlibat. Bila ada biaya lain, seperti biaya operasional, tidak dijadikan dana yang dibagi bersama. 

2. Gross profit sharing

Berbeda dengan profit sharing, gross profit sharing membagikan laba kotor kepada pihak-pihak yang terlibat. Laba kotor ini diperoleh dari total pendapatan yang hanya dikurangi harga pokok penjualan. Biaya pemasaran, pajak dan lainnya masih masuk ke dalam profit yang dibagi. 

3. Revenue sharing

Revenue sharing membagi hasil laba yang masih utuh. Artinya, laba tidak dikurangi dengan komisi dan biaya operasional. Umumnya, jenis sistem bagi hasil ini diterapkan oleh perbankan berbasis syariah. 

Jenis pemberian modal sistem bagi hasil

1. Pemberi modal bentuk saham

Pemilik modal bisa menyerahkan modal miliknya berupa instrumen saham. Pemilik modal tidak terlibat dalam aktivitas bisnis sehari-hari dalam kerja sama yang terjalin. Bila kerja sama bisnis yang dijalankan mendapat keuntungan, maka pemilik modal menerima dividen dari operasional perusahaan.

Sementara itu, pelaku usaha bisa mendapatkan gaji bulanan dan dividen perusahaan. Pembagian dividen dan gaji ini diatur di awal kesepakatan kerja. 

2. Pemberi modal rekan kerja

Berbeda dengan modal berbentuk saham, jenis pemberi modal yang menjadi rekan kerja turut terlibat dalam aktivitas usaha sehari-hari. Posisi investor dalam hal ini relatif setara dengan pengelola atau pelaku usaha.

Investor seperti ini sering disebut juga sebagai rekan kerja aktif. Pembagian keuntungan pada jenis pemberi modal rekan kerja biasanya disesuaikan dengan persentase modal, periode waktu, dan akumulasi keuntungan. 

Seorang investor A, misalnya, memiliki modal Rp600 juta. Ia menjalin kerja sama bisnis dengan pelaku usaha B yang bermodal Rp400 juta. Di awal perjanjian kerja sama, disepakati gaji untuk tiga orang sebesar Rp3 juta per bulan tiap orangnya. 

Sebelum kerja sama dan setelah tiga bulan, diketahui bahwa:

– Laba bersih = Rp200 juta

– Modal tahun depan = Rp100 juta

– Operasional = Rp50 juta

– Dividen = Rp50 juta

Maka, investor A mendapatkan 60% dividen atau 60% x Rp50 juta = Rp30 juta. Sementara itu, pelaku usaha B mendapatkan 40% dividen atau 40% x Rp50 juta = Rp20 juta. Setelah tiga bulan, total pendapatan investor A adalah Rp39 juta (dividen Rp30 juta + gaji Rp9 juta selama tiga bulan). Akumulasi pendapatan pelaku usaha B adalah Rp29 juta (Rp20 juta + Rp9 juta).

4. Pemberi modal kreditur 

Dalam kerja sama bagi hasil ini umumnya akan ada dua pihak, yaitu pihak kreditur atau jasa keuangan dan pihak pemodal atau pemilik usaha.

Sebuah entitas kreditur akan memberikan modal kepada pemilik modal perseorangan yang nantinya bisa digunakan untuk usaha. Pelimpahan modal itu akan disertai dengan perjanjian keuangan, seperti bunga, tempo, dan lainnya. 

Kelebihan dan kekurangan sistem bagi hasil

1. Kelebihan sistem bagi hasil

  • Dapat menguntungkan banyak pihak

Sistem ini tak hanya berpotensi menguntungkan investor dan pelaku usaha, namun juga karyawan yang bekerja di dalam entitas bisnis yang terikat dalam perjanjian kerja sama. Kepastian bahwa mereka akan dihargai dapat membantu perusahaan mencapai tujuannya.

  • Rasa memiliki

Sistem bagi hasil dapat mendorong seluruh elemen untuk bekerja sebagai tim. Seluruh sumber daya manusia dalam entitas bisnis merasa diapresiasi, baik dari aspek material dan moral. Dengan begitu, mereka akan turut mendorong rasa kepemilikan bersama (sense of belonging) secara psikologis. 

  • Loyalitas karyawan

Apresiasi dan rasa kepemilikan bersama pada akhirnya dapat meningkatkan loyalitas karyawan sebagai aset utama yang paling berharga. Antusiasme karyawan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dapat terjaga. Terpenting, perusahaan berpotensi mempertahankan karyawan terbaik mereka. Terlebih lagi, tidak mudah untuk mencari karyawan terbaik di pasar tenaga kerja. 

2. Kekurangan sistem bagi hasil

  • Karyawan tidak memegang kendali

Biasanya, karyawan tidak memiliki kendali atas keuntungan dan tidak berhubungan langsung dengan usahanya. Keputusan strategis biasanya berada di tangan pelaku usaha atau pimpinan perusahaan.

  • Penilaian kinerja merata

Karyawan yang berkinerja baik maupun tidak berpotensi mendapatkan keuntungan pada tingkat yang sama. Hal ini di satu dinilai tak memenuhi rasa keadilan. Pengecualiannya adalah bila perusahaan telah menerapkan penilaian kinerja yang lebih komprehensif.

  • Pembayaran keuntungan dilakukan dalam jangka waktu lama

Pembayaran keuntungan pada sistem bagi hasil umumnya dilakukan dalam jangka waktu lama, misalnya tahunan. Artinya, jika perusahaan menetapkan bonus bagi karyawan, maka baru bisa diberikan setelah satu tahun atau tutup buku tahunan.

  • Karyawan hanya berbagi keuntungan, tetapi tidak menanggung kerugian

Sistem ini juga hanya memungkinkan pembagian keuntungan kepada karyawan. Karyawan tidak turut menanggung bila perusahaan mengalami kerugian.   

Artikel Terkait