Saham

Sempat Melejit, Saham ISAT Kini Kian Melemah

Saham ISAT (Indosat) berada di harga Rp3.270 per lembar pada 23 Agustus 2019. Angka itu jauh menurun bila dibandingkan lima hari sebelumnya.

Ya, pada 18 Agustus 2019, saham ISAT sempat melejit setelah perusahaan dikabarkan melepas menara telekomunikasi, (Base Tranceiver Station/BTS) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga tiga tahun ke depan.

Ketika itu, sesuai dengan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham ISAT berada di angka Rp3.890 per lembarnya. Harga itu naik 6,58 persen bila dibandingkan dengan harga sebelumnya.

Nilai transaksi pada hari itu tercatat sebesar Rp32.01 miliar dan volume perdagangan Rp8.41 juta. Kenaikan saham ISAT ini membuat saham emiten telekomunikasi milik Ooredoo asal Qatar ini sudah meroket hingga 130 persen sejak awal tahun

Manajemen ISAT dalam kesempatan sebelumnya memang mengkaji rencana untuk melakukan penerbitan saham baru (rights issue) dan penjualan sejumlah menara BTS untuk memenuhi capex hingga tiga tahun ke depan. Perseroan menganggarkan capex 2 miliar dolar Amerika Serikat (Rp28.20 triliun, asumsi kurs Rp14.100 per dolar Amerika Serikat).

Rencana rights issue dan opsi penjualan menara itu pun sudah mendapat izin dari pemegang saham perusahaan. Khusus untuk tahun ini, ISAT tersebut membutuhkan dana ekspansi sebesar Rp10 triliun untuk belanja modal yang akan dipakai untuk membangun sebanyak 18.000 menara BTS 4G sepanjang tahun 2019.

Rencana ini sebetulnya sudah diembuskan oleh direktur utama Indosat sebelumnya yakni Chris Kanter yang menyebut sumber pendanaan belanja modal akan berasal dari penerbitan obligasi korporasi, rights issue, dan menjual menara.

Kendati saham ISAT sedang menurun sepanjang Agustus 2018, mereka membukukan pertumbuhan pendapatan total sebesar 11,1 persen secara tahunan menjadi Rp12.3 triliun pada semester I-2019.

Jika dirinci lebih lanjut, di dalam pendapatan bisnis selular terdapat pendapatan layanan data yang menjadi pendorong kenaikan ini. Pendapatan layanan data tumbuh 22,8 persen year-on-year pada paruh pertama tahun ini. Kenaikan pendapatan layanan data ini merupakan hasil dari dari pertumbuhan trafik data sebesar 68,7 persen secara tahunan.

Sebagai informasi, bisnis selular menjadi kontributor utama pendapatan total ISAT dengan porsi 81 persen. Disusul pendapatan bisnis multimedia, komunikasi data, dan internet (MIDI) sebesar 16 persen dan bsinis telekomunikasi tetap sebesar 3 persen per 30 Juni 2019.

Rata-rata pendapatan bulanan per pelanggan (ARPU) untuk pelanggan selular pada semester I-2019 adalah sebesar Rp27.900 atau naik sebesar Rp13.600 dibanding semester I-2018. Rata-rata menit pemakaian (MOU) per pelanggan juga naik menjadi 35,5 menit atau naik 10,1 persen dibandingkan paruh pertama tahun lalu.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang. 

Artikel Terkait