Saham

Apakah Teori Sell in May and Go Away Berlaku di Indonesia?

sell-in-may-and-go-away

Di dunia investasi saham, terdapat sebuah tradisi musiman yang dikenal sebagai “Sell in May and Go Away”. Secara garis besar, strategi ini menyarankan investor untuk menjual seluruh portofolio saham mereka pada bulan Mei dan abstain dari pasar hingga November.

Konsep ini didasarkan pada observasi historis yang menunjukkan bahwa periode Mei hingga Oktober cenderung menghasilkan performa pasar yang lebih lemah dibandingkan periode lainnya. Para pendukung “Sell in May and Go Away” percaya bahwa dengan menghindari periode ini, investor dapat meningkatkan keuntungan mereka secara keseluruhan.

Namun, sebelum memutuskan untuk menerapkan strategi ini, penting untuk memahami berbagai aspek dan mempertimbangkan beberapa poin penting yang akan dijelaskan sekaligus memahami apakah fenomena ini terjadi di Indonesi.

Histori Sell in May and Go Away

“Sell in May and Go Away” adalah pepatah yang terkenal dalam dunia keuangan. Ini didasarkan pada kinerja historis saham yang cenderung lebih rendah selama periode enam bulan dari Mei hingga Oktober.

Pola historis ini dipopulerkan oleh Stock Trader’s Almanac, yang menemukan bahwa berinvestasi dalam saham yang diwakili oleh Indeks Industri Dow Jones dari November hingga April dan beralih ke pendapatan tetap selama enam bulan lainnya akan “menghasilkan pengembalian yang dapat diandalkan dengan risiko yang lebih rendah sejak tahun 1950.”

Perbedaan ini tetap cukup mencolok dalam beberapa tahun terakhir, dengan indeks S&P 500 rata-rata naik sekitar 2% dari Mei hingga Oktober sejak tahun 1990, dibandingkan dengan rata-rata sekitar 7% dari November hingga April, menurut Fidelity Investments.

Sebuah makalah akademis yang meneliti pasar saham di luar AS menemukan pola yang sama, menyebut tren perbedaan musiman ini “sangat kuat.”

Sebagai tambahan, pasar keuangan dahulu dipengaruhi oleh pola musiman yang terkait dengan pertanian, namun kemungkinan besar pola tersebut telah memudar menjadi tidak signifikan mengingat berkurangnya bobot ekonomi pertanian secara dramatis.

Musim dalam aliran investasi mungkin tetap berlangsung sebagai hasil dari bonus industri keuangan dan bisnis pada akhir tahun, dengan batas waktu pengajuan pajak penghasilan I AS pertengahan April mungkin memberikan kontribusi.

Apa pun pertimbangan fundamental yang mungkin terjadi, pola historis ini menjadi lebih nyata akibat keruntuhan pasar saham pada bulan Oktober tahun 1987 dan 2008.

Apakah Sell in May and Go Away Terjadi di Indonesia?

Mengutip dari Kontan.co.id, ternyata, efek musiman “Sell in May and Go Away” juga terlihat di Bursa Efek Indonesia. Dari analisis IHSG selama periode 1 Mei 2001–30 April 2021, ditemukan bahwa rata-rata return investasi saham selama periode 1 Mei–30 Oktober (periode terburuk) hanya sebesar 2,42%, jauh di bawah periode 1 November–31 April (periode terbaik) yang mencapai 15,40%. Perbedaan return ini terbukti signifikan secara statistik dengan tingkat kepercayaan 95%.

Namun, kamu perlu membaca hasil ini dengan hati-hati. Dari 20 periode yang diamati, hanya 12 kali periode terbaik yang mengungguli periode terburuk. Sisanya, pada delapan periode lainnya, return pada periode terburuk justru lebih baik. Artinya, peluang untuk mendapatkan return yang lebih baik pada periode terburuk cukup signifikan (sekitar 40% atau 8 dari 20).

Perbedaan antara return periode terbaik dan terburuk juga cukup besar, rata-rata sebesar 12,98%. Dari 20 periode terbaik, hanya terdapat tiga periode di mana investor mengalami kerugian. Sedangkan dari 20 periode terburuk, ada delapan periode di mana investor merugi. Mirip dengan AS, Oktober menjadi bulan dengan kinerja terburuk di Bursa Efek Indonesia, sementara Desember adalah bulan dengan kinerja terbaik.

Bagi investor jangka panjang, walaupun ada pola musiman yang terlihat, faktor kalender seharusnya tidak menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan investasi. Investor jangka panjang akan membeli saham jika prospek dan valuasinya masih menarik, serta menjual saham jika sudah terlalu mahal.

Jadi, jika pada akhir Mei 2020 ada saham-saham berkualitas dengan harga yang sedang diskon berat, tidak perlu menunggu hingga November 2020 untuk membelinya.

Sell in May and Go Away merupakan strategi investasi yang populer di Amerika Serikat, namun tidak selalu berjalan efektif di Indonesia. Hal ini disebabkan, pasar modal Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dengan pasar modal Amerika Serikat.

Secara keseluruhan, Sell in May and Go Away bukanlah strategi investasi yang selalu tepat untuk semua investor di Indonesia. Investor perlu mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kondisi pasar modal, fluktuasi nilai tukar, dan profil risiko mereka sebelum memutuskan untuk menerapkan strategi ini.

Sebagai alternatif, kamu dapat mempertimbangkan strategi investasi yang lebih fleksibel dan terdiversifikasi, seperti dollar cost averaging atau value investing. Strategi-strategi ini dapat membantu kamu untuk mencapai tujuan investasinya dengan lebih optimal.

Mulai Investasi di Ajaib Sekuritas Sekarang!

Masa depan kamu tentu akan menjadi lebih terjamin dan aman secara finansial bila kamu berinvestasi bukan? Ajaib Sekuritas hadir untuk memberikan pengalaman investasi yang lebih aman dan tepercaya. Mulai perjalanan investasimu bersama Ajaib Sekuritas sekarang, karena proses pendaftarannya yang mudah dan 100% online, tanpa memerlukan modal yang besar.

Berbagai layanan dan indeks saham juga tersedia dalam rangka mendukung investasimu agar semakin maksimal! Mulai dari saham, reksa dana, margin trading, day trading, dan layanan bagi nasabah premium, Ajaib Prime, bisa kamu temukan di aplikasi Ajaib Sekuritas.

Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download aplikasi Ajaib Sekuritas sekarang!

Artikel Terkait