

Ajaib.co.id – Setahun belakangan ini, saham RAJA cenderung menghijau. Meskipun kinerja keuangan belum stabil, tetapi proyek perseroan semakin banyak. PT Rukun Raharja Tbk merupakan perusahaan yang berdiri pada 24 Desember 1993. Saat ini, kegiatan perusahaan adalah penyedia energi hulu terintegrasi.
Dulu, Rukun Raharja bergerak dalam bisa real estate. Lalu pada 2004, perseroan memperluas bisnisnya pada bidang jasa logistik dan pengelolaan pelabuhan di Sulawesi Utara.
Pada 2010, perseroan mengalihkan usahanya menjadi penyedia energi hulu ke hilir terintegrasi, yang berfokus pada infrastruktur gas, perdagangan gas, pembangkit listrik, dan bisnis energi hulu.
Setelah itu, perseroan memperkuat bisnisnya di bidang energi. Seperti mengakuisisi bisnis yang terkait serta mengembangkan dan membangun proyek di industri atau sub industri sejenis. Perseroan juga memastikan pasokan energi yang berkelanjutan, meliputi kegiatan perdagangan gas, transportasi gas, hingga pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas gas.
Pada 19 April 2006, Rukun Raharja tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan kode saham RAJA, perseroan melaksanakan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada evel Rp120.
Adapun pemegang saham RAJA adalah Hapsoro memiliki 32,60%, PT Sentosa Bersama Mitra mempunyai 32,54%, Johan Lensa dengan 10,42%, dan masyarakat memiliki 25,44%.
RAJA Bagikan Dividen Rp21,81 Miliar
Para pemegang saham RAJA sepakat untuk membagikan dividen senilai Rp 21,81 miliar. Dividen untuk tahun buku 2020 itu akan dibagikan Rp5,16 per saham. Keputusan tersebut diambil dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada 27 April lalu.
Sebelumnya, RAJA dikabarkan akan bekerjasama dengan PT Pertamina Gas (Pertagas) untuk melaksanakan proyek pembangunan sekaligus pengoperasian pipa minyak bumi koridor Balam-Bangka-Dumai dari koridor Minas-Duri-Dumai (Pipa Rokan), Kontan.co.id (26/04/2021).
Dalam proyek tersebut, RAJA berkontribusi 25% dan Pertagas berkontribusi 75% dari total pendanaan. Kontribusi perseroan senilai USD 75,16 juta. Perseroan berharap, proyek tersebut dapat mendorong laba ke depannya, menambah aset kerja sama operasi, dan meningkatkan daya tarik investasi.
Laba Bersih RAJA Amblas Sekitar 60%
Berdasarkan laporan keuangan, laba bersih RAJA amblas sekitar 60% secara tahunan (yoy) sepanjang 2020 menjadi USD2,52 juta. Pendapatan usaha tergerus 19,13% yoy senilai USD98,76 juta.
Namun perseroan bisa menekan beban pokok pendapatan menjadi USD82,67 juta, tahun sebelumnya USD105,03 juta. Laba kotor turun 5,85% yoy sebesar USD16,09 juta. Perseroan juga menderita rugi selisih kurs sebesar USD457,54 ribu. Padahal, tahun sebelumnya mencetak laba selisih kurs sebesar USD1,03 juta.
Sedangkan total aset perseroan terkoreksi 7,64% yoy menjadi USD166,64 juta dan kas dan setara kas sebesar USD38,8 juta.
Kinerja RAJA
Kinerja keuangan RAJA sejak 2016 hingga 2020 cenderung menurun. Hal tersebut terlihat dari pendapatan, laba kotor, serta laba bersih. Sepanjang 2020, RAJA terkena dampak pandemi covid-19 terutama mulai triwulan II-2020 hingga triwulan III-2020. Beberapa pelanggan mengalami penurunan produksi akibat pandemi, sehingga konsumsi gas menurun signifikan.
Meski demikian perseroan berupaya melakukan efisiensi operasional dengan mengatur jumlah tenaga operasional dan tenaga profesional untuk memenuhi kebutuhan bisnis tanpa melakukan pengurangan tenaga kerja.
Di triwulan IV-2020, seiring dengan penanganan covid-19 yang membaik, kegiatan perseroan mulai menggeliat. Perseroan menggarap beberapa proyek baru, seperti akuisisi beberapa perusahaan dan melakukan diversifikasi bisnis di bidang CNG serta layanan oil and gas. Sehingga memberikan kontribusi terhadap kinerja perseroan pada 2021.
Prospek Bisnis RAJA
Tahun ini, RAJA menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar USD100 juta. Menurut Direktur Keuangan RAJA Oka Lesmana, mayoritas capex akan digunakan untuk proyek Pipa Rokan sebesar USD80 juta.
Capex, lanjut Oka, juga akan dimanfaatkan untuk membangun proyek LPG Terminal di Rembang, rencana mengakuisisi perusahaan di bidang distribusi gas dan infrastruktur gas, serta membeli kompresor baru dan untuk kebutuhan proyek renewable energy. Namun saat ini, manajemen masih menganalisis beberapa proyek sehingga belum bisa dirinci lebih lanjut.
Dalam meningkatkan kinerja, perseroan masih bertumpu pada lini usaha infrastruktur gas dan perdagangan gas yang masih memiliki potensi paling tinggi. Perseroan juga fokus pada proyek baru yang dapat memberikan kontribusi seperti dari penyewaan kompresor dan pembangunan terminal LPG di Rembang yang rencananya akan beroperasi pada semester II-2021 dan berkapasitas hingga 1000 ton per hari.
Selain itu, RAJA akan memasuki bisnis air bersih. Kini perseroan sudah membangun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di wilayah Cijanggel, Bandung, yang berkapasitas 50 LPD (Liter Per Detik). Perseroan juga tengah menjajaki membangun SPAM di beberapa kota di Pulau Jawa dan Sumatera.
Beli Saham RAJA atau Tidak?
Secara fundamental, RAJA memiliki kinerja yang cukup. Sedangkan secara teknikal, harga saham RAJA belum menunjukkan pergerakan signifikan. Harga tertinggi saham ini terjadi pada Januari hingga Juli 2018.
Selanjutnya, harga saham di kisaran Rp200 dan sempat di bawah Rp100 per saham. Penutupan bursa pada 30 April lalu, saham RAJA berada di level Rp266 dengan PER 54,31 kali dan PBV 0,75 kali.
Jika investor menginginkan saham yang memiliki kinerja keuangan cenderung menanjak dan sedikit terdampak pandemi, saham RAJA bukan pilihan yang tepat. Bila ingin belajar trading, tak ada salahnya melirik saham ini.
Disclaimer
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.