Ajaib.co.id – Multi Bintang Indonesia Tbk (saham MLBI) adalah perusahaan yang berdiri pada 3 Juni 1929. Awal nama perusahaan ini yakni, N.V. Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen serta bisnis mulai beroperasi secara komersial pada 1929.
MLBI adalah perusahaan bagian dari Grup Asia Pacific Breweries dan Heineken. Dengan pemegang saham utama adalah Fraser & Neave Ltd. (Asia Pacific Breweries) dan Heineken N.V. (Heineken).
Untuk ruang lingkup kegiatan perusahaan bisa dilihat berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan. MLBI beroperasi pada industri bir dan minuman lainnya. Hingga kini, kegiatan utama MLBI adalah memproduksi dan memasarkan bir (Bintang dan Heineken), bir bebas alkohol (Bintang Zero) dan minuman ringan berkarbonasi (Green Sands).
Pada 1981, perusahaan bir ini mendapatkan pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MLBI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.520.012 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp1.570,- per saham. Saham-saham tersebut pun dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 1981.
Kinerja Keuangan MLBI
Dari laporan keuangan MLBI per Desember 2020, menunjukkan kinerja keuangan yang mengalami penurunan cukup drastis. Perusahaan seperti ikut terdampak oleh pandemi covid-19. Hal ini bisa dilihat juga dari laba bersih MLBI yang pertumbuhannya terjun bebas, mencapai -72,66% YoY.
Namun, dilihat dari aset MLBI ada peningkatan aset yang dimiliki perusahaan per Desember 2019. Berikut ini laporan kinerja laba MLBI (dalam jutaan rupiah):
Komponen Laba | Desember 2019 | Desember 2020 |
Penjualan | 3.711.405 | 1.985.009 |
Laba Kotor | 2.285.054 | 940.226 |
Beban Penjualan | 1.426.351 | 1.044.783 |
Laba Bersih | 1.044.783 | 285.617 |
Aset | 2.896.950 | 2.907.425 |
MLBI membukukan laba hanya Rp285,6 miliar saja. Perolehan laba bersih ini sangat di bawah perolehan laba pada periode yang sama pada tahun 2019. Dengan laba yang terkoreksi sebesar -72,66% YoY. Selanjutnya mari kita bahas dulu rasio-rasio umum dan margin keuangan MLBI. Berikut ini datanya:
Rasio | Desember 2019 | Desember 2020 |
ROA | 42% | 9,83% |
ROE | 105,24% | 19,94% |
GPM | 61,56% | 47,37% |
NPM | 32% | 14,39% |
OPM | 44,4% | 24,70% |
DER | 153% | 102,86% |
Dari rasio-rasio tersebut menunjukkan bahwa kondisi bisnis MLBI dalam kondisi mengalami penurunan yang sangat derastis. Hal ini memperlihatkan penjualan minuman beralkohol dan berkarbonasi ini anjlok sebagai dampak dari pandemi covid-19. ROA dan ROE dari perusahaan ini pada Q4 2020 menunjukkan penurunan dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2019.
Hal ini memperlihatkan sektor penjualan minuman beralkohol tidak mendapat tempat bagi konsumen di tengah pandemi. Artinya, ada pengurangan konsumsi lantaran sejumlah pembatasan sosial yang membatasi pergerakan masyarakat untuk mengunjungi tempat yang menyediakan minuman ini. Alasan lain, bisa karena masyarakat mengurangi konsumsi minuman beralkohol dan berkarbonasi.
Selanjutnya, untuk GPM perusahaan turun ke 47,33% ini berarti perusahaan MLBI masih dalam upaya efisiensi perusahaan dengan menekan harga pokok penjualannya. Atau dikenal juga dengan istilah beban pokok penjualan. Sehingga menghasilkan margin laba kotor di angka 47,33% dari total penjualan yang diperoleh perusahaan.
Adapun indikatornya, semakin tinggi nilai GPM yang diperoleh sebuah perusahaan berarti perusahaan semakin efisien dan baik dalam mengelola kegiatan operasionalnya. Tentunya hal ini dilakukan dalam upaya memperoleh keuntungan bagi perusahaan.
Adapun untuk NPM, perusahaan tumbuh di angka 14,39%, turun dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Angka ini merepresentasikan rasio keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan MLBI terhadap total penjualan produk-produknya per 31 Desember 2020. Angka ini berarti memperlihatkan perusahaan sudah mampu memberikan keuntungan yang tumbuh bagi perusahaan dan investor. Meskipun mengalami penurunan dibandingkan Q4 2019.
Berbicara fundamental perusahaan, angka perolehan NPM ini sudah dalam angka aman dan tinggi. Sebagai informasi, nilai margin laba bersih dengan presentasi di atas 10% yang dianggap sangat baik. Sehingga NPM MLBI ini menunjukkan tingkat keuntungan dengan persentase yang cukup besar.
Terkait dengan Debt Equity Ratio (DER) berada di level 102,86%. Ini menunjukkan perusahaan menggunakan utang dalam jumlah besar untuk menjalankan operasional perusahaan. Rasio DER ini terhitung dalam kondisi kurang terkendali. Dengan DER berada di level ini di mana angka ini menandakan perusahaan cukup bergantung pada utang.
Pasalnya perusahaan yang sehat keuangannya ditunjukan dengan rasio DER di bawah angka 1 atau di bawah 100%. Namun, ada penurunan DER dibandingkan periode Desember 2019 yang sebesar 153%. Hal ini menandakan, perusahaan tidak melakukan penambahan utang sebagai dampak dari pandemi covid-19.
Riwayat Kinerja MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk terhitung mengalami bisnis yang terus turun dalam beberapa tahun terakhir. Berikut ini perbandingan pertumbuhan tahunan sejumlah komponen kinerja MLBI dalam 3 tahun terakhir periode 2018 hingga 2020:
Komponen | 2018 | 2019 | 2020 |
Penjualan | 3.574.801 | 3.711.405 | 1.985.009 |
Laba Bersih | 1.224.807 | 1.206.059 | 285.617 |
Aset | 2.889.501 | 2.896.950 | 2.907.425 |
Tingkat pertumbuhan dalam 3 tahun terakhir mencerminkan ada kendala penjualan dan bisnis MLBI. Hal ini bisa terlihat dari perusahaan yang gagal meningkatkan penjualan dari tahun 2018 hingga 2020 lalu. Adapun pada 2020, perolehan dari penjualan sangat turun drastis hanya memperoleh Rp1,98 triliun.
Sementara pada 2018 dan 2019 masih berada di kisaran Rp3 triliun. Hal ini pun berdampak pada laba bersih yang ikut anjlok. Akan tetapi perusahaan terlihat melakukan penambahan aset perusahaan pada 2020 menjadi Rp2,9 triliun.
Track Record Pembagian Dividen MLBI
MLBI termasuk emiten yang tiap tahun membagi dividennya. Hal tersebut memang benar, namun pada tahun 2020 perusahaan memutuskan untuk tidak membagikan dividen kepada investor. Hal ini terjadi sebagai dampak dari anjloknya bisnis di tengah wabah corona. Berikut adalah besaran pembayaran dividen MLBI dalam empat tahun terakhir:
Tahun | Dividen per Saham | Jumlah yang dibayarkan (dalam jutaan rupiah) |
2017 | 627 | 1.320.000 |
2018 | 583 | 1.220.000 |
2019 | 47 | 99.030 |
2020 | – | – |
MLBI terlihat konsisten membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya pada setiap tahunnya dengan nilai dividen yang terus menurun. Konsistensi dalam pembagian dividen ini sebetulnya merupakan nilai tambah bagi perusahaan. Karena tidak banyak emiten secara konsisten mampu terus untuk membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya. Namun, pada 2020 perusahaan memutuskan untuk tidak membagikan dividen perusahaan.
Prospek Bisnis MLBI
Pada 2020, pendapatan dan laba bersih MLBI ikut tergerus. Tercatat penjualan per Desember 2020 turun sebesar -46,51%. Begitupun dengan laba bersih yang merosot ke -72,66%.
Hal ini memperlihatkan MLBI menghadapi banyak tantangan dalam dunia bisnis pada 2020. Seperti karena penyebaran virus corona atau covid-19 dan banjir di Jakarta di awal tahun 2020 lalu. Akan tetapi, perusahaan akan memastikan bisnisnya akan beroperasi pada tahun ini secara lebih efisien sehingga bisa mencatatkan kenaikan topline maupun bottom line perusahaan.
Salah satu strategi MLBI yang akan dilakukan adalah dengan dengan portofolio multi-beverage dan menggunakan inovasi untuk terus menjaga momentum pertumbuhan bisnis.
MLBI juga akan mengupayakan mencapai sustainable growth dengan cara memperkuat portofolio merek perusahaan. Kemudian mempertajam eksekusi komersial dan revenue management, serta mendorong manajemen cost yang efektif dan berbagai upaya efisiensi di seluruh bagian perusahaan.
Harga Saham
Berdasarkan data PER dan PBV MLBI ini tergolong harga sahamnya sedang mahal. Hal ini bisa dilihat dari data RTI per 13 Maret. Saham MLBI memiliki PER 66,75 kali dan PBV 13,31 kali.
Sementara itu, bila dibandingkan dengan saham lain di sektor minuman alkohol ada DLTA dengan PER lebih rendah yakni, 32,28 kali dan PBV 3,13 kali. Sehingga kamu sebaiknya melakukan pertimbangan bila ingin membeli saham MLBI ini. Dengan tetap menganalisis kinerja keuangan perusahaan.
Nah, sambil menunggu kinerja saham ini membaik, kamu bisa lho membeli saham lainnya di aplikasi Ajaib! Di mana, dengan Ajaib kamu bisa mengecek dan memonitor saham secara realtime. Kamu juga bisa membeli saham dengan mudah, kapan dan di mana saja mulai dari Rp100 ribu. Yuk investasi sekarang!