Ajaib.co.id – PT Multi Prima Sejahtera Tbk (LPIN) berdiri pada tanggal 7 Januari 1982. Bidang usaha saham LPIN mencakup industri manufaktur suku cadang, seperti busi, kendaraan bermotor.
Sebelum bernama PT Multi Prima Sejahtera Tbk, LPIN beberapa kali mengalami perubahan nama antara lain PT Lippo Champion Glory, PT Champion Spark Plug Industries, PT Lippo Industries (Lippo Industries Tbk), dan Lippo Enterprises Tbk. LPIN mencatatkan saham perdana di tahun 1990.
Kinerja Keuangan dari Laporan Keuangan Terakhir
Pada sembilan bulan pertama tahun 2020, LPIN mencatat jumlah penjualan sebesar Rp71,5 miliar. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan pendapatan LPIN pada periode sama tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp63,7 miliar.
Seiring dengan penjualan, laba kotor LPIN juga tercatat meningkat di sembilan bulan pertama tahun 2020, yakni Rp16,4 miliar berbanding Rp14,1 miliar pada triwulan III tahun 2019.
Sementara itu, beban penjualan LPIN juga naik tipis pada triwulan ke-3 tahun 2020 jika dibandingkan dengan periode serupa tahun 2019.
Komponen Laba | September 2019 | September 2020 |
Penjualan dan pendapatan usaha | Rp63,7 miliar | Rp71,5 miliar |
Beban penjualan | (Rp6,0 miliar) | (Rp6,1 miliar) |
Jumlah laba kotor | Rp14,1 miliar | Rp16,4 miliar |
Jumlah laba (rugi) dari operasi yang dilanjutkan | Rp22,7 miliar | Rp9,1,miliar |
Jumlah laba (rugi) | Rp22,7 miliar | Rp9,1,miliar |
Laba (rugi) per saham | Rp53 | Rp22 |
Menariknya, jumlah laba (rugi) LPIN pada periode Januari–September 2020 menurun cukup signifikan bila dibandingkan pada periode sama tahun sebelumnya. Bila pada periode Januari–September 2020 LPIN meraup laba Rp9,1 miliar, maka LPIN dapat meraup laba bersih dengan total Rp22,7 miliar pada Januari–September 2019. Angka identik juga ditemui pada jumlah laba (rugi) dari operasi yang dilanjutkan. Hal ini pun berpengaruh pada laba (rugi) per saham LPIN di dua periode di atas.
Riwayat Kinerja
Rata-rata pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) sejumlah komponen kinerja LPIN periode 2017 hingga 2019 dapat dilihat di bawah ini:
Komponen | CAGR 2017-2019 |
Pendapatan | -14,1% |
Laba (Rugi) | -97,9% |
Jumlah Aset | 21,1% |
Jumlah Liabilitas | -41% |
Dari table di atas, diketahui pendapatan LPIN menurun 14,1% dari tahun 2017 hingga 2019. Penurunan lebih tajam terlihat pada aspek laba. LPIN mengalami penurunan laba hingga 97,9% dari tahun 2017 sampai 2019. Meski tidak sampai merugi, kondisi ini perlu mendapat perhatian tersendiri bagi investor.
Selain itu, LPIN berhasil menekan liabilitas. Asetnya pun bertambah.
Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham
LPIN termasuk emiten yang tidak rutin membagikan dividen tiap tahunnya. Tahun 2018, misalnya, LPIN masih meraup laba. Meski begitu, LPIN tidak membagikan dividen karena laba tersebut dibukukan untuk memperkuat modal.
Berikut adalah besaran pembayaran dividen LPIN beberapa tahun terakhir:
Tahun | Dividen per Saham | Jumlah yang dibayarkan (miliar) |
2018 | – | – |
2019 | – | – |
Bagi investor, pembayaran dividen yang tidak rutin menjadi pertimbangan tersendiri untuk pengambilan keputusan ke depannya.
Prospek Bisnis LPIN
Industri otomotif menemui tantangan terjal dalam beberapa tahun terakhir. Tak heran bila sejumlah emiten otomotif menjadi katalis negatif. Bahkan, koreksi harga yang dicatatkan jauh lebih dalam. Hal ini pula yang dialami oleh LPIN.
Tantangan LPIN makin rumit tatkala pandemi Covid-19 terjadi. Tak hanya itu, LPIN pun mengalami sejumlah insiden, seperti penundaan pembayaran hutang kepada MTN Maxx Coffee.
Belum lama ini, manajemen LPIN mengonfirmasi serta menjelaskan duduk perkara terkait penundaan pembayaran bunga MTN Maxx Coffee kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Manajemen LPIN memberikan penjelasan perihal pembayaran bunga MTN Maxx Coffe Prima I tahun 2018. Penundaan pembayaran bunga, menurut manajemen LPIN, disebabkan oleh belum efektifnya dana MTN Maxx Coffee Prima I Tahun 2018 Seri A hingga D di rekening KSEI sesuai waktu yang telah ditentukan.
Pada umumnya, industri otomotif masih terlihat suram di tahun 2021. Secercah harapan boleh saja muncul seiring pelonggaran lockdown secara lokal, regional hingga global.
Harga Saham
Saham LPIN beberapa kali mengalami gejolak. Pada 25 April 2017 silam, misalnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka kembali perdagangan saham LPIN yang sebelumnya terkena suspensi sejak 2 Februari 2017.
Suspensi yang dialamai oleh LPIN tak terlepas dari rencana Perseroan untuk melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split).
Saat itu, saham LPIN disuspensi lantaran tidak memenuhi ketentuan V.1 Peraturan Bursa No. I-A. BEI juga telah memberikan peringatan tertulis dan denda atas belum terpenuhinya ketentuan itu. Selain itu, bursa juga mengimbau para emiten perihal keterbukaan informasi.
Gejolak lainnya ialah saat harga saham LPIN melemah paling dalam dengan anjlok 71,28% pada sembilan bulan pertama tahun 2019 silam.
Namun, pada 26 Juni 2020, saham LPIN membukukan lonjakan harga terbesar. Kala itu, saham LPIN meroket hingga 23,64% ke level Rp272 per lembar sehingga menjadikannya top gainer.
Sementara itu, data 19 Maret 2021 menunjukkan saham LPIN pada pembukaan Rp246, penutupan sebelumnya Rp246, penawaran (offer) Rp252, penawaran (bid) Rp248, harga terendah Rp244, harga tertinggi Rp256, volume 5.700 (saham), nilai transaksi Rp1.408.800, frekuensi 14. dan EPS Rp57. Maka, rekomendasi saham LPIN adalah jual.
Jadi, perlu adanya terobosan oleh manajemen LPIN untuk memperbaiki kinerja sehingga bisa menarik investor maupun calon investor. Selain itu, kondisi industri otomotif global dan pandemi Covid-19 yang membaik dapat turut membantu pertumbuhan LPIN.
Nah, sudah tau kan bagaimana kinerja saham ini? Jadi, apakah kamu ingin berinvestasi di saham LPIN atau ingin berinvestasi saham lainnya? Apapun saham yang kamu pilih, kamu bisa membelinya dengan mudah lewat aplikasi Ajaib! Mulai dari Rp100 ribu, kamu sudah bisa berinvestasi saham dengan mudah, kapan dan di mana saja! Yuk investasi sekarang di Ajaib!