Ajaib.co.id – PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan dan distribusi keramik. Perusahaan berkode saham KIAS ini memulai bisnis secara komersial pada tahun 1968. Di mana, hasil produksi keramik dibedakan berdasarkan merek dan segmen pasar seperti KIA untuk kelas atas, Impresso untuk kelas menengah, dan Spectra untuk kelas bawah.
Selain itu, KIAS juga memiliki produk bangunan seperti KIA Roof dan KIA Ceiling Brick. Produk keramik KIAS dipasarkan tidak hanya secara lokal, namun mencakup mancanegara melalui ekspor ke beberapa negara di Asia, Amerika, dan Eropa. Perseroan sendiri mengoperasikan fasilitas untuk produksi di wilayah Cileungsi dan Gresik.
Mayoritas saham KIAS saat ini dipegang oleh SCG Building Materials Co Ltd dengan jumlah 92,04 persen kepemilikan. Saham KIAS pertama kali diperdagangkan secara publik melalui bursa saham pada tahun 1994 dengan harga penawaran sebesar Rp2.750 per lembar saham. Akan tetapi, pergerakan harga saham KIAS saat ini turun jauh dari harga penawaran sebesar Rp50 per lembar saham pada penutupan perdagangan Jumat 30 April 2021.
Saham KIAS sendiri pernah mengalami suspensi di tahun 2019 sehingga membuat harga saham turun jauh. Lalu, apakah harga saham KIAS layak untuk dikoleksi? Oleh karena itu, ketahui dulu kondisi fundamental perusahaan saat ini dan rencana bisnis apa yang akan dilakukan ke depannya melalui bedah kinerja saham KIAS berikut ini.
Pendapatan Turun di Tahun 2020, KIAS Masih Catatkan Kerugian
Berdasarkan laporan keuangan di tahun 2020, KIAS mencatatkan penurunan penjualan menjadi Rp 437,171 miliar dari realisasi di tahun 2019 sebesar Rp 735,06 miliar. Sementara raihan laba masih belum bisa dicapai oleh perseroan di tahun 2020 dengan catatan kerugian mencapai Rp51,74 miliar yang menurun dibandingkan tahun 2019 mencapai Rp 494,42 miliar.
Hal ini berarti menjadi perhatian penting bagi para investor dalam mempertimbangkan saham KIAS untuk dikoleksi karena catatan kerugian. Mengingat, kinerja bisnis sangat mempengaruhi nilai saham setiap emiten sehingga jika mengacu kinerja keuangan di tahun 2020, maka saham KIAS tidak direkomendasikan untuk dikoleksi.
Dalam 5 Tahun Terakhir, Bisnis KIAS Terus Catatkan Kerugian
Terlepas dari kondisi pandemi yang menjadi salah satu penyebab tertekannya kinerja bisnis, emiten dengan kode saham KIAS ini memang sudah mengalami kerugian dalam 5 tahun terakhir. Hal ini berarti KIAS belum berhasil mencatatkan keuntungan bagi bisnis keramik. Adapun data ikhtisar keuangan yang diambil berdasarkan informasi finansial perseroan dapat dilihat seperti berikut (dalam miliar rupiah):
Laporan Laba Rugi | 2019 | 2018 | 2017 | 2016 | 2015 |
Penjualan bersih | 735.066 | 875.963 | 810.064 | 863.715 | 800.392 |
Laba kotor | -323.228 | -1.881 | 2.779 | -52.161 | -54.280 |
Rugi tahun berjalan | -494.426 | -79.206 | -85.300 | -252.499 | -144.635 |
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan KIAS dalam 5 tahun terakhir memang sedang dalam kondisi yang tidak baik. Tidak heran jika saham KIAS sempat disuspensi oleh BEI karena kebijakan tertentu mengenai kinerja yang negatif. Padahal, jika dilihat secara penjualan tampak positif walaupun tidak konsisten seperti penurunan di tahun 2017 dan 2019.
Akan tetapi, penurunan penjualan tidak begitu tajam. Sementara untuk raihan laba dalam 5 tahun terakhir masih belum bisa direalisasikan oleh KIAS. Di mana, KIAS terus mencatatkan kerugian setiap tahunnya dengan jumlah yang meningkat di tahun 2016 dan 2019. Kerugian yang terus dialami oleh KIAS dalam 5 tahun terakhir disebabkan oleh sejumlah beban yang membengkak setiap tahunnya.
Di mana, beban administrasi, beban pokok, dan beban produksi meningkat tajam hingga melebihi jumlah pendapatan. Oleh karena itu, mengapa laba yang seharusnya direalisasikan setiap tahunnya menjadi minus dengan catatan kerugian yang kompak setiap tahunnya. Dalam 5 tahun terakhir ini kerugian paling besar memang dialami pada tahun 2019.
Jika dilihat berdasarkan rasio keuangan, maka kondisi bisnis KIAS memang sedang sangat tidak sehat. Adapun data yang diambil berdasarkan ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 melalui informasi finansial perseroan dapat dilihat seperti berikut:
Rasio | 2019 |
ROA | -15,3% |
ROE | -25,2% |
NPM | -64,7% |
CR | 152,1% |
DER | 38% |
Lalu, Bagaimana dengan Prospek Bisnis KIAS Kedepannya ?
Menghadapi persaingan bisnis keramik yang semakin kuat, tentu PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk harus mempersiapkan sejumlah strategi secara tepat bagi keberlangsungan bisnis. Apalagi jika melihat laporan keuangan KIAS yang terus mencatatkan kerugian dalam 5 tahun terakhir. Hal tersebut tentu tidak boleh dibiarkan secara terus-menerus karena akan berpengaruh pada pergerakan harga saham KIAS.
Ditambah dengan risiko bagi saham KIAS yang dapat ditandai sebagai ekuitas negatif karena memburuknya kinerja terus-menerus. Akan tetapi, KIAS sendiri masih belum menginformasikan rencana atau strategi bisnis yang bakal diterapkan oleh perseroan di tahun 2021. Di mana, rencana yang dapat membuat kinerja bisnis kembali membaik dengan mencatatkan laba bersih bagi perseroan.
Sementara untuk anggaran belanja modal atau capex juga masih belum diinformasikan oleh perseroan secara umum. Namun, dapat disimpulkan jika perseroan masih melakukan restrukturisasi dan rasionalisasi bisnis untuk menemukan formula yang tepat bagi keberlangsungan bisnis. Hal tersebut dapat dilihat ketika KIAS melikuidasi anak perusahaan yaitu PT KIA Keramik Mas sebagai produsen keramik.
Hal tersebut dilakukan untuk memberikan dampak positif bagi keberlangsungan bisnis khususnya dalam mengefisiensi operasional bisnis. Dengan kondisi bisnis KIAS saat ini, bisa dikatakan saham KIAS masih belum direkomendasikan untuk dikoleksi. Hal ini mengingat kinerja keuangan KIAS yang masih mencatatkan kerugian dan pergerakan harga saham yang berada di level terbawah.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.