Saham

Proyeksi Sektor Infrastruktur dan Emiten Pendukungnya

Proyeksi Sektor Infrastruktur dan Emiten Pendukungnya

Ajaib.co.id – Setelah terpuruk sepanjang 2020, proyeksi sektor infrastruktur dalam negeri diprediksi mengalami pertumbuhan signifikan pada 2021. Hal ini diyakini akan memberi dampak positif terhadap saham-saham konstruksi dan turunannya. Menjelang pertengahan tahun ini, seperti apa realitasnya?

Mengutip Kontan.co.id, Fitch Solutions dalam risetnya menjelaskan bahwa pada 2021, pertumbuhan sektor konstruksi di Indonesia diprediksi tumbuh sebesar 8,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Proyeksi pertumbuhan ini jauh lebih baik dibandingkan realitas yang terjadi pada tahun lalu di mana sektor ini mengalami kontraksi sebesar 3,3%.

Pertumbuhan Sektor Infrastruktur Berkat Vaksinasi Covid-19

Proyeksi pertumbuhan ini diprediksi akan dimotori oleh pelaksanaan vaksinasi Covid-19, dorongan penggunaan produk domestik, serta berbagai dukungan di bidang infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Termasuk di dalamnya, adalah pembentukan Indonesia Investment Authority (INA).

Analis Henry Wibowo sebelumnya juga telah memproyeksikan hal yang sama dengan menyebutkan bahwa anggaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur diprediksi akan meningkat. Meskipun, di sisi lain pemerintah diperkirakan tetap akan bias untuk mendanai program stimulus Covid-19 pada 2021, khususnya untuk penyediaan alat kesehatan dan vaksinasi.

Di luar faktor anggaran, kehadiran INA diperkirakan akan menjadi katalis utama sektor infrastruktur, khususnya dalam jangka panjang. Dia menilai hal ini bakal berdampak positif untuk penjualan semen, pendanaan jalan tol, hingga order book proyek konstruksi dalam jangka menengah ke panjang.

Emiten Konstruksi yang Diuntungkan

Dari kelompok saham konstruksi, dia menaikkan rekomendasi untuk saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) dari underweight menjadi netral. Adapun, target harga WIKA ditetapkan Rp1.600 dan PTPP sebesar Rp1.400.

“Kami yakin tekanan lebih terbatas untuk WIKA dan PTPP ditopang oleh backlog proyek yang kuat di 10 proyek terbesar masing-masing perseroan serta ketergantungan yang rendah dari perolehan kontrak baru untuk mendongkrak pendapatan.”

dikutip dari Bisnis.com

Posisi backlog proyek dan ketergantungan yang rendah terhadap kontrak baru dinilai dapat menjadi katalis untuk mempercepat pemulihan pendapatan WIKA dan PTPP tahun ini. Rekomendasi netral diberikan mengingat masih ada kekhawatiran terkait return on equity (ROE) dari WIKA dan PTPP untuk jangka panjang.

Sementara itu, saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) tetap diberi rekomendasi underweight dengan target harga Rp850. WSKT dinilai masih akan kesulitan untuk keluar dari kerugian setidaknya hingga 2022, walaupun perseroan mampu mendivestasikan 8 aset jalan tolnya tahun ini.

Meski demikian, sampai dengan kuartal I/2021, geliat sektor konstruksi belum cukup terlihat. Hal ini tampak dari hasil riset Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia pada kuartal I/2021. 

Hasil survei ini menyebutkan bahwa kegiatan usaha sektor Konstruksi mengalami penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 0,65% pada kuartal I/2021. Penyebab terjadinya hal ini di antaranya akibat masih terbatasnya kegiatan bangunan maupun baru dimulainya proses tender proyek. 

Sejalan dengan penurunan kegiatan usaha, penggunaan tenaga kerja sektor Konstruksi pada kuartal I/2021 juga mengalami penurunan dengan SBT -0,65%, lebih rendah dari SBT -0,55% pada kuartal sebelumnya.

Meski begitu pada kuartal II/2021, kegiatan usaha sektor Konstruksi diprakirakan mengalami ekspansi dengan SBT kegiatan usaha sebesar 0,81%, akan membaik dari SBT -0,65% pada kuartal I/2021.

Responden menyatakan bahwa peningkatan kegiatan usaha didorong oleh telah dimulainya beberapa kontrak baru. Peningkatan kegiatan usaha yang terjadi diprakirakan berdampak terhadap tingkat penggunaan tenaga kerja. Hal ini terindikasi dari SBT jumlah tenaga kerja yang membaik menjadi -0,19%, meski masih terkontraksi.

Sejalan dengan hasil survei ini, emiten-emiten konstruksi BUMN juga belum seluruhnya mencatatkan kinerja mentereng dari sisi perolehan kontrak baru. Setidaknya tercatat dua BUMN karya yang mencatatkan pertumbuhan nilai kontrak baru, sementara dua BUMN karya lainnya mengalami penurunan nilai kontrak baru.

Emiten BUMN Karya yang mencatatkan pertumbuhan nilai kontrak baru sampai dengan April 2021 adalah Wijaya Karya (WIKA) dan Adhi Karya (ADHI). WIKA mencatat kontrak baru sebesar Rp4,9 triliun sampai dengan April 2021, tumbuh hampir dua kali lipat dari perolehan kontrak baru sampai dengan April 2020 sebesar Rp2,8 triliun.

Sementara itu, ADHI karya mencatatkan nilai kontrak baru senilai Rp3,6 triliun sampai dengan April 2021. Perolehan kontrak baru ini naik sekitar 38% dibandingkan perolehan kontrak baru pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,6 triliun.

Sementara, dua BUMN karya lainnya, Waskita Karya (WSKT) dan Pembangunan Perumahan (PTPP) mengalami penurunan nilai kontrak baru hingga April 2021. WSKT mencatat kontrak baru senilai Rp2,13 triliun, turun dari nilai kontrak baru pada April 2020 sebesar Rp4 triliun. Sementara itu, PTPP mencatatkan kontrak baru sebesar Rp3,8 triliun, sekitar 41,54% dibandingkan April tahun lalu yang mencapai sekitar Rp6,5 triliun.

Namun, sebagai catatan biasanya proyek-proyek infrastruktur baru akan menggeliat pada paruh kedua setiap tahunnya. Dengan demikian, masih ada peluang yang cukup besar, perolehan nilai kontrak baru emiten-emiten BUMN karya ini akan meningkat lebih pesat pada paruh kedua.

Tetapi di sisi lain, perlu dipahami juga karakteristik BUMN karya yang selama ini menjadi salah satu motor utama pemerintah dalam menggenjot infrastruktur. Meski perolehan kontrak baru meningkat, dan banyak pekerjaan bernilai fantastis, beberapa proyek mungkin bersifat turnkey dan sangat tidak baik untuk kesehatan arus kas perusahaan.

Hal ini biasanya menjadi sentimen negatif bagi emiten BUMN karena mereka harus terlebih dahulu mengeluarkan investasi besar dan meningkatkan leverage untuk mendanai proyek tersebut. Ancaman kian besar apabila dalam proses pembayaran dari pemerintah terjadi penundaaan.

Dengan proyeksi dan kondisi sektor infrastruktur saat ini, apakah Anda tertarik mengoleksi saham-saham konstruksi tersebut? Atau Anda memiliki alternatif investasi lain yang lebih menarik di instrumen saham?

Apapun jawabannya, jangan lupa untuk segera merealisasikan rencana investasi Anda melalui aplikasi Ajaib! Aplikasi ini telah mendapatkan izin dan diawasi secara resmi oleh OJK, sehingga keamanannya terjaga. Ayo, jangan ragu untuk mulai investasi, ya!

Artikel Terkait