Ajaib.co.id – Mengapa saham SMGR dan INTP perlu kita bahas? Pertimbangan awal untuk berinvestasi saham dapat bertolak dari kebutuhan masyarakat. Produk apa yang selalu dibutuhkan masyarakat? Produk apa yang kebutuhannya selalu meningkat? Selama kebutuhan terhadap produk itu tinggi, maka suatu perusahaan publik dapat diharapkan makin meningkat keuntungannya. Kebutuhan masyarakat ini tak terbatas pada produk yang dipergunakan untuk memenuhi aktivitas sehari-hari saja, melainkan juga produk seperti semen.
Semen merupakan barang yang dibutuhkan dalam semua proyek pendirian perumahan, pusat perbelanjaan, sarana prasarana infrastruktur, dan bangunan lain. Sayangnya, emiten semen sering luput dari pertimbangan investor karena brand recognition yang lebih rendah ketimbang merek populer seperti FMCG dan perbankan. Faktanya, pasar semen Indonesia memang cenderung lesu dalam beberapa tahun belakangan ini. Akan tetapi, kebutuhan terhadap semen tergolong dominan dalam sektor industri dasar.
Walaupun permintaan domestik berkurang karena lesunya perekonomian saat ini, situasi dapat diharapkan membaik setelah pertumbuhan Indonesia pulih kembali. Jadi, jika kamu berminat untuk berinvestasi pada saham sektor industri dasar, maka emiten semen unggulan seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) patut untuk diperhitungkan.
Bagaimana gambaran performa saham SMGR dan INTP serta prospek ke depannya? Mari kita ulas bersama mulai dari perbandingan parameter PE Ratio, PBV, Dividen, hingga beragam aspek fundamental dan teknikal lain.
Keterangan:
- Price Earnings Ratio (PER): Perbandingan antara harga saham dan laba bersih perusahaan. Semakin rendah angkanya, semakin baik.
- Price-to-Book Value (PBV): Rasio yang membandingkan nilai pasar suatu saham terhadap nilai buku per lembar saham. Nilai lebih tinggi berarti lebih mahal.
- Earnings Per Share (EPS): Laba bersih per lembar saham. Makin besar angkanya, makin baik.
- Dividen: Pembagian laba per lembar saham, terdiri atas dividend yield dan nominal dividen.
Performa Saham SMGR dan INTP
Saham SMGR
Semen Indonesia (SMGR) merupakan perusahaan produsen semen terbesar se-nusantara. Apalagi setelah emiten semen pelat merah ini resmi mengakuisisi Holcim (SMCB) pada 31 Januari 2019. Seusai akuisisi tersebut, SMGR menguasai sekitar 53-55 persen pangsa pasar semen di Indonesia. SMGR resmi menjadi salah satu dari segelintir perusahaan BUMN yang mendominasi sektor bisnisnya.
Dengan dominasi pasar yang sangat luar biasa, semestinya performa saham SMGR juga fantastis. Namun, realitas berkata berbeda. Harga saham SMGR justru mengalami penurunan sejak kuartal kedua tahun 2019. Hingga saat ulasan ini dibuat, SMGR belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Faktor apa yang melatarbelakangi penurunan harga saham SMGR? Ada tiga faktor utama dari segi fundamental:
- Pasar semen domestik sedang mengalami surplus (oversupply). Padahal permintaan semen berkurang (tampak dari data penjualan SMGR dan perusahaan semen lain yang terus menurun). Kesenjangan antara supply dan demand merupakan biang kerok utama di balik performa keuangan perusahaan yang memburuk.
- Efek dari akuisisi Holcim belum muncul. Butuh waktu untuk mengonsolidasikan bisnis kedua perusahaan.
- Industri semen cukup sensitif terhadap tren pertumbuhan ekonomi, minat beli konsumen, dan sektor properti domestik. Di tengah lesunya proyeksi pertumbuhan Indonesia, tak heran jika performa saham SMGR juga loyo.
Untungnya, semua bias negatif dalam performa saham SMGR ini bersifat temporer. Secara logis, permintaan terhadap produk SMGR akan selalu eksis selama pemerintah menggalakkan pembangunan infrastruktur dan perumahan rakyat. Keputusan Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga terus menerus juga akan berpengaruh positif bagi SMGR, karena industri properti bakal makin bergairan di tengah iklim suku bunga rendah.
Di sisi lain, perseroan tidak tinggal diam dalam menghadapi lemahnya permintaan semen. Sejak tahun lalu, SMGR sudah mulai memperkuat sinergi pemasaran dan diversifikasi bisnis. Diversifikasi bisnis dilakukan dengan menggarap produk-produk non-semen seperti beton ready mix dan pre-cast, serta turunan semen seperti Special Blended Cement dan Mortar.
Awal bulan Februari ini, Semen Indonesia melakukan rebranding menjadi Semen Indonesia Group (SIG) dengan pembaruan logo perusahaan serta konsolidasi operasional. Seiring dengan makin dikokohkannya basis bisnis, maka ekspektasi performa saham SMGR pun makin baik.
Bagaimana jika ditilik dari aspek teknikal? Posisi harga saham SMGR sekarang berada pada area resistance yang berubah menjadi support (area arsir ketiga) dalam grafik periode bulanan (Monthly). Artinya, ada peluang harga akan meningkat kembali dalam beberapa waktu mendatang dengan target harga pada resistance berikutnya, yaitu area antara Rp13000-14000. Apalagi parameter PE Ratio dan PBV untuk SMGR juga menandakan harganya lebih murah dibanding INTP.
Prospek Saham INTP
Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) merupakan produsen semen terbesar kedua di Indonesia. Pemilik merek dagang Tiga Roda ini didirikan pada tahun 1985 dan menguasai sekitar 30 persen pangsa pasar semen nusantara. Statusnya merupakan perusahaan swasta. Sebagian besar saham dikendalikan oleh Heidelberg Cement AG, korporasi multinasional asal Jerman yang merupakan salah satu produsen bahan bangunan terbesar dunia.
Seperti halnya SMGR, INTP terpukul akibat oversupply semen di pasar domestik. Pada tahun 2019, INTP mengalami penurunan volume penjualan yang cukup tajam. Akan tetapi, penurunan permintaan makin memperketat persaingan pasar semen domestik dan berdampak relatif lebih buruk bagi INTP. INTP menghadapi tantangan lebih besar ketimbang SMGR, karena pangsa pasar lebih rendah meski sudah lebih lama menekuni diversifikasi output.
Alhasil, kemerosotan harga saham INTP selama tahun lalu bahkan lebih drastis ketimbang SMGR. Setelah sempat mencapai harga lebih dari Rp22000 per lembar pada bulan Juli-Agustus 2019, harga saham INTP merosot hingga Rp15875 dalam hari perdagangan terakhir (24 Februari 2020). Padahal, tahun lalu INTP berani membagikan dividen lebih besar dibanding rivalnya tersebut.
Di tengah tantangan seperti itu, bagaimana performa saham INTP ke depan? Dari perbandingan parameter PER dan PBV, harga saham INTP sekarang bisa dikatakan lebih mahal ketimbang SMGR. EPS INTP memang lebih tinggi karena pembagian dividen yang besar. Prospek emiten semen juga tetap cerah selama pembangunan infrastruktur dan properti terus bergairah. Akan tetapi, posisi harga saat ini kurang cocok bagi investor untuk mengoleksi INTP.
Ditilik dari segi teknikal, posisi harga saham INTP masih dalam tren menurun. Penurunan harga kemungkinan berlanjut hingga kisaran Rp13.000-14.000. Bagaimana investor sebaiknya menyikapi proyeksi saham seperti itu?
Kesimpulan dari pembahasan saham SMGR dan INTP kita hari ini adalah: apabila kamu sudah punya koleksi saham INTP dalam portofolio, maka bisa tetap hold atau memanfaatkan penurunan harga ke depan untuk average down. Jangan buru-buru melepas INTP. Sekalipun profit dari capital gain masih minim, tetapi setidaknya ada ekspektasi dividen yang lumayan besar. Akan tetapi, jika berminat untuk koleksi emiten semen, maka saham SMGR saat ini lebih cocok untuk dibeli.
Tahukah kamu, ada alternatif investasi saham unggulan yang lebih mudah. Tak perlu menganalisis teknikal maupun fundamental sendiri, dan investasi bisa dimulai dari Rp10.000 saja. Alternatif investasi reksa dana tematik bertajuk “Perusahaan BUMN Terbaik” via aplikasi Ajaib dikelola oleh manajer investasi berpengalaman.
Melalui reksa dana ini, secara tidak langsung kamu mengoleksi saham-saham yang memiliki prospek cemerlang di bidangnya, termasuk SMGR, WIKA, dan TLKM.