Berita

Perang Dagang China Vs Amerika Serikat, Apa Dampaknya?

Perang Dagang

Ajaib.co.id – Baru-baru ini, dunia dikejutkan dengan kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kontroversial, ya memang dia selalu melakukan hal-hal kontroversial, sih. Kebijakan kontroversialnya kali ini, Trump menaikkan bea masuk tarif impor kepada lebih dari 1.300 produk asal China hingga 25%.

Tentu saja kebijakan ini memicu perang dagang antara Amerika Serikat-China, yang notabene keduanya memiliki kekuatan ekonomi. Kebijakan tersebut diambil sebagai upaya untuk memangkas defisit neraca perdagangan Amerika Serikat terhadap China yang memiliki kesenjangan hingga USD300 miliar sejak tahun 2014.

Namun, banyak juga yang berspekulasi kebijakan ini adalah upaya balas dendam AS yang menuding China telah melakukan pelanggaran hak kekayaan intelektual milik perusahaan AS yang berekspansi di negeri Tirai Bambu itu.

Benar saja, China tidak tinggal diam dengan kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Amerika Serikat. China mengeluarkan kebijakan yang sama, yaitu menaikkan bea masuk tarif impor atas kurang lebih 106 produk dari AS antara 15-25%.

Melihat kejadian di atas, lalu apa itu perang dagang? Tentu bukan perang yang menggunakan senjata api yang mematikan. Daripada kita terus berspekulasi, lebih baik baca penjelasan di bawah ini, ya.

Apa Itu Perang Dagang?

Menurut Wikipedia, perang dagang adalah konflik ekonomi yang terjadi ketika suatu negara memberlakukan atau meningkatkan tarif atau hambatan perdagangan lainnya sebagai balasan terhadap hambatan perdagangan yang ditetapkan oleh pihak lain.

Lanjut, perang dagang diakibatkan oleh kebijakan proteksionisme, yang biasanya diberlakukan oleh suatu negara untuk melindungi produsen lokal, untuk mengembalikan lapangan pekerjaan dari luar negeri, atau akibat persepsi bahwa praktik dagang negara lain itu tidak adil dan perlu diseimbangi dengan tarif.

Dengan kata lain, perang dagang dapat dipahami sebagai ketegangan ekonomi antara dua negara atau lebih yang sebelumnya saling bekerja sama atau terikat dalam hubungan dagang. Lebih jelasnya, perang dagang merupakan konflik ekonomi yang diwujudkan dengan pemberlakuan kebijakan impor antarnegara.

Dalam kasus perang dagang AS-China, sebenarnya Presiden AS Donald Trump hanya ingin melindungi produk-produk asal AS yang mulai berekspansi di Negeri Tirai Bambu. Ini karena, seperti yang sudah banyak kita ketahui, China sering kali tidak mempedulikan hak kekayaan intelektual milik perusahaan AS dengan merilis produk yang mirip atau bahkan sama.

Tujuan dari perang ini adalah untuk merugikan perdagangan negara satu sama lain. Seruan Donald Trump untuk mengeskalasi bea masuk tarif impor diutamakan pada baja dan aluminium, karena AS merupakan pasar bagi produk baja dan aluminium dari China. Artinya, China merupakan pemasok besar baja di pasar AS.

China pun beraksi sama dengan melakukan kenaikan bea masuk tarif impor produk Amerika Serikat terutama untuk kedelai, minuman anggur, dan buah. Ini karena bagi Amerika Serikat, China merupakan pasar terbesar sehingga AS menjadi negara pemasok terbesar untuk produk-produk tersebut di China.

Pengaruh Perang Dagang

Perang dagang tentu mempunyai pengaruh yang berdampak cukup besar bagi suatu negara atau bahkan dunia. Seperti yang terjadi pada China dan Amerika Serikat yang melakukan pembatasan impor justru merugikan perekonomian dalam negeri.

Begini, dengan naiknya biaya bea masuk tarif impor untuk baja dan aluminium dari China, maka jumlah impor kedua produk tersebut akan berkurang. Kedua produk ini pula akan sulit ditemukan di pasar Amerika Serikat dan mengakibatkan terhambatnya proses produksi dari perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat yang menggunakan bahan baku baja dan aluminium.

Dengan langkanya kedua produk tersebut, pastinya harga kedua produk tersebut akan sangat mahal. Selanjutnya, harga produk akhir siap jual yang terbuat dari kedua bahan tersebut pun juga akan mahal.

Tidak beda dengan Amerika Serikat, China pun juga akan terima imbasnya. Dengan pembatasan produk impor produk dari Amerika Serikat, seperti kedelai, minuman anggur, buah, mobil, pesawat, dan lainnya juga akan berpengaruh pada perekonomian China.

Bukan hanya China dan Amerika Serikat saja yang akan terkena dampaknya. Nyatanya, negara-negara lain pun akan terkena imbas dari perang dagang. Namun, dampaknya bisa saja positif ataupun negatif.

Dampak positifnya, negara-negara lain memiliki kesempatan untuk menjadi pemasok atau mengekspor produk ke negara-negara yang terlibat perang dagang.

Adanya pembatasan impor yang dilakukan oleh China dan Amerika Serikat tentu akan mempengaruhi keterbatasan produk di kedua negara. Dengan naiknya bea masuk tarif impor yang diberlakukan, tentu akan mendorong kedua negara tersebut untuk mencari alternatif yang mampu memasok produk-produk kebutuhan.

Selain dampak positif, dampak negatif dari perang dagang ini untuk negara-negara lain adalah dengan pembatasan impor produk-produk tersebut, pastinya akan membuat kedua negara ini mencari pasar lain.

Seperti Cina yang akan menjual baja dan aluminium dengan jumlah yang lebih banyak ke negara lainnya, termasuk Indonesia. Tentu ini akan membuat produsen baja dalam negeri resah dengan kehadiran baja impor dari Cina, padahal sebelumnya produsen dalam negerilah yang merajai pasar lokal.

Lalu Siapakah yang Akan Menang Perang Dagang Ini?

Seperti yang kita ketahui, baik Amerika Serikat maupun China memiliki perekonomian yang sangat kuat. Namun apabila kita bandingkan, perekonomian China cenderung lebih kuat dibandingkan Amerika Serikat. Ini karena dalam beberapa tahun ini China mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat fantastis.

Tidak hanya pembangunan ekonomi dalam negeri saja, China juga melakukan investasi ke sejumlah negara, seperti Hong Kong, Australia, Singapura, Pakistan, Sri Lanka, Afrika Selatan, Kanada, Rusia, bahkan Indonesia.

Memang, China memasok beberapa produk kebutuhan dari Amerika Serikat, namun secara kuantitas justru Amerika Serikat lah yang lebih banyak impor produk kebutuhan dari China.

Artinya, tinggal tunggu waktu saja hingga Amerika Serikat melonggarkan peraturannya terhadap China. Ini karena Amerika Serikat cukup tergantung dengan Cina.

Artikel Terkait