Ajaib.co.id – Siapa yang mengira kalau portofolio hanya dimiliki oleh mereka yang ingin mencari kerja? Tentu tidak, di dunia investasi saham, ada pula yang disebut dengan portofolio saham.
Portofolio saham merupakan kumpulan aset investasi saham, baik yang dimiliki oleh perorangan maupun perusahaan.
Harry Markowitz menulis artikel tentang teori portofolio di Journal of Finance dengan judul Portofolio Selection (1952) dan buku dengan judul Portofolio Selection: Efficient Diversification of Investment (1959).
Karya-karya inilah yang menjadi dasar pendekatan statistik untuk menghitung risiko dan return sebuah sekuritas dan portofolio. Menurut Markowitz, return portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return realisasi masing-masing sekurias tunggal dalam portofolio.
Berbeda dengan return portofolio, risiko portofolio bukan merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh sekuritas tunggal yang ada didalam portofolio. Risiko portofolio bisa lebih kecil dari risiko terimbang masing-masing sekuritas tunggal.
Markowitz menunjukkan bahwa secara statistik risiko dapat dikurangi dengan menggabungkan atau menambahkan beberapa aset dalam portofolio.
Syaratnya, return dari masing-masing sekuritas dalam portofolio tidak berkorelasi positif sempurna. Markowitz berhasil membuat formula untuk membuat sebuah portofolio optimal.
Dengan memperhatikan korelasi antara aset atau sekuritas, dapat dihasilkan sebuah portofolio return tertinggi dengan risiko tertentu atau dengan return tertentu didapatkan sebuah risiko terendah.
Penting sekali melakukan manajemen portofolio untuk hasil maksimal. Lalu, bagaimana cara mengatur portofolio saham yang baik? Simak ulasannya berikut ini!
Tentukan Strategi Investasi
Langkah berikutnya, kalau kamu sudah memahami profil risikomu sendiri maka kamu harus menentukan strategi seperti apa yang cocok dengan profil risiko yang kamu miliki tersebut.
Berdasarkan faktor fundamental perusahaan maka yang namanya kegiatan investasi saham dikelompokkan berdasarkan beberapa strategi yaitu Income Investing, Growth Investing, dan Value Investing.
1. Strategi Investasi Income Investing
Strategi investasi Income Investing adalah strategi yang dilakukan dengan cara membeli saham yang secara rutin membagi hasil keuntungan atau dividen yang kemudian kita sebut saham tersebut dengan istilah Income Stock.
Strategi ini sangat cocok untuk investor yang mempunyai tujuan mendapatkan penghasilan rutin dari saham. Strategi ini mempunyai risiko yang kecil karena perusahaan yang dibeli sudah mampu menghasilkan keuntungan setiap tahunnya.
Kriteria Income Stock:
- Perusahaan selalu mampu menumbuhkan pendapatannya dari tahun ke tahun sehingga mampu memberikan dividen secara rutin kepada pemegang saham.
- Besarnya dividen yang dibayar kepada pemegang saham setiap tahun selalu bertumbuh dan kita bisa memilih perusahaan yang memberikan dividen dengan pertumbuhan diatas 10%.
- Mempunyai dividen yield yang lumayan besar. Dividen yield adalah perbandingan antara besarnya dividen yang dibayar dengan harga saham.
2. Strategi Investasi Growth Investing
Strategi investasi Growth Investing adalah strategi yang dilakukan dengan cara membeli saham yang mempunyai potensi terus bertumbuh pendapatannya di masa depan. Kemudian saham yang masuk dalam kategori seperti ini kita sebut dengan istilah Growth Stock.
Strategi investasi ini biasanya tidak terlalu mempedulikan harga wajar saham itu sendiri dan bahkan bisa membeli saham dengan harga yang sangat tinggi asalkan saham tersebut mempunyai potensi tumbuh yang tinggi di masa depan.
Strategi ini mempunyai risiko yang kecil karena perusahaan sudah mampu terus bertumbuh dan menghasilkan keuntungan.
Kriteria Growth Stock:
- Mempunyai pertumbuhan Earning Per Share (EPS) yang tinggi setiap kuartal terakhir dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya.
- Mempunyai pertumbuhan Return On Equity (ROE) rata-rata 15% – 20% pertahun dengan pengambilan data lima tahun terakhir.
- Perusahaan yang termasuk perusahaan yang terus bertumbuh adalah perusahaan yang mampu menghasilkan rata-rata Profit Margin yang kuat. Untuk data yang diambil adalah data lima tahun terakhir.
3. Strategi Investasi Value Investing
Strategi investasi Value Investing adalah strategi yang dilakukan dengan cara membeli saham yang harganya berada jauh di bawah harga wajarnya (undervalued) atau dianggap murah.
Startegi investasi ini juga diterapkan oleh salah satu investor guru yaitu Warren Buffet. Ia selalu mampu membeli saham di harga yang sangat murah terutama ketika terjadi koreksi besar-besaran di pasar saham.
Dan ketika kita bisa membeli saham pada posisi harga murah (undervalued) maka secara langsung sebenarnya kita sudah mendapatkan keuntungan dan hanya perlu duduk manis melihat saham yang kita beli menghasilkan keuntungan untuk kita.
Ketika kita berinvesatsi ala Value Investing berarti kita sedang berinvestasi pada saham-saham yang dihargai murah (undervalued). Untuk investasi ala value investing hal yang paling diperlukan adalah kesabaran dan keberanian.
Karena pada kondisi normal jarang sekali kita akan menemukan saham yang undervalued dan biasanya kita akan menemukan saham undervalued ketika pasar sedang dalam kondisi koreksi.
Namun seringnya jika kita dihadapkan dengan kondisi seperti ini kita malah ketakutan untuk membeli saham tersebut, itulah mengapa dikatakan butuh keberanian.
Kriteria Value Stock:
- Harga saham di pasar berada di bawah harga wajarnya.
- Memiliki rasio keuangan Debt to Equity Ratio (DER) yang kecil dengan saran adalah sebesar kurang dari 1.
- Memiliki Current Ratio yang tinggi karena dengan memiliki nilai Current Ratio diatas 1.5 maka kita yakin bahwa perusahaan tersebut mampu membayar utang jangka pendeknya ketika terjadi krisis ekonomi.
- Memiliki pertumbuhan Earning Per Share (EPS) positif minimal lima tahun ke belakang.
- Memiliki rasio keuangan Price to Book Value (PBV atau P/BV) kurang dari 1, dan juga bandingkan dengan industri perusahaan sejenis.
- Memiliki rasio keuangan Price Earning Ratio (PER) sebesar kurang dari atau sama dengan 9.0.
Membuat Komposisi Portofolio Saham yang Bagus
Langkah kedua manajemen portofolio saham yang harus kita lakukan setelah mengetahui bagaimana profil risiko yang kita miliki sekaligus jenis investasi saham yang cocok untuk profil risiko tersebut adalah menentukan komposisi portfolio tersebut.
Setiap profil risiko mempunyai saran susunan komposisi portofolio yang berbeda-beda sehingga jumlah keuntungan atau kerugian juga akan berbeda.
Setidaknya terdapat 3 (tiga) tipe investor yaitu investor konservatif, moderat, dan agresif. Di man, ketiganya memiliki risiko yang berbeda-beda.
Investor saham dengan profil risiko Konservatif bisa mempunyai komposisi portofolio 50% Income Stock dan 50% Growth Stock. Sangat disarankan jika mempunyai komposisi portfolio saham dengan jumlah Growth Stock 80% dan Value Stock 20%.
Untuk investor moderat dengan profil risiko menengah ini sangat disarankan untuk mempunyai komposisi portofolio 50% Growth Stock dan 50% Value Stock.
Sedangkan investor saham dengan profil investor Agresif dengan risiko yang tinggi sangat disarankan untuk fokus menyusun komposisi portofolio yang mayoritas diisi oleh Value Stock 80% dan Growth Stock 20%.
Menilai Kembali Bobot Portofolio
Segera setelah mempunyai portofolio yang mantap, kamu perlu mengevaluasi portofolio secara periodik bisa per kuartal atau per tahun. Apakah ada saham yang berpotensi mempunyai kinerja buruk dalam periode tertentu? Sehingga, jika terdapat saham yang mempunyai potensi menghasilkan kerugian maka kita bisa mengganti saham tersebut dengan saham lain.
Evaluasi portofolio saham harus kita lakukan secara rutin karena ketika kita membeli saham berarti kita sedang membeli bisnis dan yang namanya bisnis harus terus dievaluasi apakah bisnis tersebut masih menghasilkan keuntungan atau tidak.