Milenial

Penghasilan Pas-pasan Bukan Penghalang Hidup Kaya Rasa

Penghasilan Pas-pasan

Ajaib.co.id – “Jika kamu penasaran apa pendapat Tuhan tentang uang, lihat saja ke arah mereka yang dihujani-Nya oleh hal itu.” – Dorothy Parker

Tapi bukankah yang paling penting adalah apa pendapat kamu tentang hidupmu sendiri, berlimpah uang ataupun tidak? Jika saat ini kamu merasa lelah dengan penghasilan yang pas-pasan, belum tentu penyebabnya adalah jabatan atau bisnismu yang kurang menguntungkan.

Bisa jadi kamulah yang belum menemukan trik rahasia untuk menikmati rizki yang kamu punya. 

Individu yang lebih bijak paham bahwa uang hanyalah salah satu alat untuk mencapai kebahagiaan. Maka, penghasilan pas-pasan bukanlah penghalang untuk hidup kaya rasa dan bahagia.

Uang Bukan Segalanya

Seperti disadur dari sebuah tulisan di lifehack.org, karya Grishma Giri, seorang penulis tips lifestyle yang passionate, terlalu banyak gen A, gen Z bahkan Milenial yang kehilangan kebahagiaan masa mudanya hanya karena orang tua mereka enggak sanggup membelikan gadget terkini seperti milik teman jet-setnya.

Bagaimanapun, uang bukanlah segalanya. Uang memang bisa membelikanmu barang-barang yang membuatmu bahagia, tapi sebenarnya kebahagiaan dari dalamlah yang tak bisa dibeli oleh uang.

Banyak orang yang hanya punya sedikit uang, tapi hidup mereka kaya rasa. Gaya hidup mereka, kepuasan pribadi dan kemampuan menerima keberadaan diri mereka sendiri, adalah faktor-faktor yang membuat mereka tampak kaya.

Hal-hal nonmoneter dapat membuatmu bahagia, dan percayalah, hal-hal itulah yang nantinya akan menjadi aset jangka panjangmu.

Hidup Kaya Rasa dengan Penghasilan Pas-pasan

Berikut ini adalah beberapa trik rahasia untuk bisa hidup dengan kaya rasa meski penghasilanmu pas saja:

1. Terimalah dirimu

Mungkin akan sulit bagimu untuk memahami bahwa uang seharusnya tidak menjadi prioritas utama. Kamu bisa saja mendadak kaya secara instan, lalu mendadak pula kehilangan semuanya di keesokan harinya.

Kamu perlu mengganti hasrat pribadimu dengan penerimaan dan belajar untuk tetap bahagia dengan apa yang kamu miliki saat ini. Temukanlah kedamaian terdalam dan belajar untuk mengendalikan hal-hal yang tak terkendalikan dalam hidup.

Apabila kamu terobsesi dengan barang-barang yang tak mampu kau beli, ambil secarik kertas dan tulislah, “gapapa kok kalau nggak kesampean punya barang itu.”

2. Jadilah kreatif

Kamu perlu lebih kreatif dalam mengelola keuangan pribadimu, dan tetap bahagia bahkan saat bokek. Kalau tajir, kamu pasti beli. Kalau enggak tajir, kamu otomatis jadi kreatif. Betul loh, bokek itu memang pangkal kreatif.

Belajarlah menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana. Lukislah sebuah gambar, jepret-lah sebuah foto, temukan sesuatu yang bisa membuatmu damai. Kebahagiaan itu ada di dalam hatimu.

3. Tetaplah otentik

Kamu perlu untuk selalu jujur pada dirimu guna bisa hidup kaya rasa. Saat kamu menemukan kedamaian terdalam dan mengerjakan hal yang kamu cintai, kamu merefleksikan batinmu.

Tak ada kekayaan yang lebih besar dari memahami apa tujuan hidupmu, atau istilah Milenial-nya: purpose. Bagaimanapun situasi keuanganmu, cobalah yakin pada dirimu, sehingga kamu dapat tetap bahagia, menikmati hal-hal sederhana dalam hidup dan tetap termotivasi.

4. Kerjakan apa yang kamu sukai

Punya segudang uang mungkin disebut sebagian orang sebagai kaya. Bagaimanapun, jika seseorang merasa tidak bahagia dengan pekerjaannya, ia akan menganggap dirinya orang termiskin di dunia.

Kekayaan bersih Floyd Mayweather tak akan mencapai USD700 miliar pada saat ini jika ia bukan petinju. Seperti juga Bill Gates tak akan jadi orang terkaya (ke-2) di dunia hari ini tanpa Microsoft.

Individu yang mengejar hal-hal yang mereka cintai mayoritas lebih sejahtera daripada mereka yang bekerja karena terpaksa. Semakin kamu giat melakukan apa yang kamu cintai, semakin banyak pula rizki akan mengalir ke dalam hidupmu.

Tapi jika pun tidak, kamu akan tetap merasa bahagia, karena batinmu semakin bahagia.

5. Tetap lembut

Kelembutan dianggap oleh filsuf Confucius sebagai salah satu bentuk kebajikan. Ketika kamu rendah hati, kamu akan memiliki kepekaan untuk meraba situasi lingkunganmu, dan bekerja sama dengannya.

Sebagai contoh, lihatlah cara Buddha dan Gandhi menjalani hidup mereka. Mereka lembut, menghargai kehidupan, dan berupaya tetap tegar dalam prinsip mereka.

Buddha meninggalkan kemakmurannya demi hidup sebagai pendeta, lalu menemukan kekayaan dalam batinnya. Gandhi pun melepas statusnya sebagai anggota keluarga pejabat untuk memimpin revolusi terbesar di dunia, dengan tetap lembut dan baik hati.

Kesuksesan mereka membahagiakan orang lain menjadikan mereka orang-orang terkaya.

6. Murah hati

Memberikan uang bukan satu-satunya wujud kebaikan hati. Saat kamu menghadiahi seseorang dengan sesuatu yang murni datang dari dalam hatimu, kamu akan merasa bahagia, dan otomatis membuatmu merasa kaya.

Memberikan apa yang kamu miliki tanpa menghitung apakah kamu berkecukupan atau tidak, adalah wujud sejati dari kemurahan hati.

7. Bangun hubungan

Kekayaan sejati yang kamu kumpulkan akan diingat melalui sebuah hubungan. Manusia perlu menghargai hubungan antar sesama melebihi hal lain.

Temukanlah koneksi emosional dengan keluargamu, teman, pasangan dan orang-orang yang kamu temui sehari-hari.

 “Kebahagiaan dan pikiran baik sangatlah berharga, karena uang dan materi tidak dibawa mati.” – Shari Arison.

Bagaimana Menghargai Uang Akan Mempengaruhi Kebahagiaan?

Dua riset terbaru menunjukkan bahwa menghubungkan harga dirimu dengan kesuksesan finansial akan menghambat kebahagiaan dan kesejahteraan, bahkan bagi mereka yang kaya raya.

Seperti tulisan Jill Suttie yang dilansir oleh greatergood.berkeley.edu, meskipun orang-orang terkaya sering dijadikan role model di tengah masyarakat, tetap saja orang beranggapan uang tak dapat membeli kebahagiaan.

Para ilmuwan telah menemukan fakta bahwa hubungan antara kekayaan dan kesejahteraan tidaklah bersifat hitam-putih. Hingga titik tertentu penghasilan tinggi tak dapat mendatangkan kepuasan batin.

Uang tidak mampu memenuhi dua kebutuhan psikologis dasar manusia, yaitu rasa kebersamaan dan kompetensi.

Dalam sebuah penelitian yang diselenggarakan oleh University of Buffalo bekerja sama dengan University of San Fransisco, peneliti Lora Park dan Matthew Monnot menemukan fakta bahwa individu-individu yang mengaitkan harga dirinya dengan kesuksesan finansial memiliki skor Financial Contingency of Self-Worth (FCSW)yang tinggi, sehingga lebih terobsesi persaingan status sosial, mengalami tingkat stres dan kecemasan lebih tinggi, serta merasa kekurangan hak otonomi.

Kesimpulannya, Pendapatan Domestik Bruto (GDP) tinggi sebuah negara memang menunjukkan ekonomi yang produktif, namun belum tentu dapat menciptakan bangsa yang lebih bahagia.

Meski kita semua perlu uang untuk bertahan hidup, menjunjungnya terlalu tinggi adalah kesalahan besar dalam hidup.

Berharap hasil penelitian mereka dapat membantu para pemimbing bangsa dan pembuat peraturan, Lora Park dan Matthew Monnot mengaskan bahwa penghasilan hanyalah salah satu alat untuk mencapai kebutuhan hakiki, bukan kebutuhan hakiki itu sendiri.

Tips dari mereka agar penghasilan pas-pasan tak jadi penghalang untuk hidup bahagia adalah: Lihat ke dalam batinmu, bukan dompetmu. 

Jadi, kembangkan terus investasimu, tapi jangan demi prestis karena punya banyak uang, melainkan untuk mencapai kebebasan finansial di masa depan, dimana kamu enggak perlu terus bekerja di pekerjaan yang enggak kamu sukai sampai tua, dan bebas menikmati hidup sesuai aspirasimu.

Tingkatkan kinerja portofolio investasimu dengan platform investasi yang berintegritas seperti Ajaib, yang memungkinkan investasi saham dan reksa dana sekaligus dalam satu aplikasi, biaya beli saham sampai 50% lebih murah, dan daftar 100% online tanpa biaya minimum.

Ajaib adalah pilihan super smart bagi investor Milenial karena telah mendapat penghargaan dari Asia Forbes, Fintechnew Singapore, Dunia Fintech dan Top 10 Startups from Y Combinators TechCrunch.

Artikel Terkait