Investasi

Pasar Modal China: Sukses Ciptakan 24 Miliarder Baru di 2020

Sumber: Pexels

Ajaib.co.idPasar modal China di tahun 2020 kemarin berhasil menarik perhatian karena di tengah pandemi menciptakan sekitar 24 miliarder baru. Hal ini adalah prestasi tersendiri karena tahun 2020 kemarin pandemi masa melanda, tapi sepertinya pasar modal di China masih menggeliat saja hingga menghasilkan 24 miliarder baru.

Sekilas tentang pasar modal China

China merupakan salah satu negara di Asia yang pasar modalnya sangat aktif. China sendiri punya tiga bursa efek yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk transaksi saham yaitu, Bursa Efek Shanghai, Bursa Efek Shenzhen, dan Bursa Efek Hong Kong.

Sesuai dengan namanya, ketiga bursa efek itu berlokasi di Shanghai, Shenzhen, dan Hong Kong. Ketiganya punya andil yang sangat besar bagi pasar modal yang ada di China.

Uniknya lagi pemain besar di pasar modal China adalah orang China-nya sendiri. Kamu akan sangat jarang menemukan investor asing masuk ke bursa efek China, kecuali di Bursa Efek Hong Kong yang lebih terbuka menerima kehadiran investor asing. Jika dibandingkan Indonesia, tentu Indonesia lebih banyak menyerap investor asing yang masuk ke sini.

Alasan mengapa pasar modal China jarang menerima investor asing karena cadangan devisa yang tinggi di sana. Belum lagi banyaknya pengusaha yang ada di persentase 10% dari jumlah keseluruhan masyarakat. Jadi, hal itu yang membuatnya belum terbuka untuk investor asing. Hal ini sudah dibangun dalam waktu bertahun-tahun hingga bisa mendapatkan kestabilan saat ini.

Uniknya, perusahaan-perusahaan global China bersedia masuk ke pasar global seperti di Amerika Serikat. Mereka tetap melakukan ekspansi ke luar negaranya, jadi sebenarnya tidak terlalu tertutup juga untuk menjadi lebih besar lagi.

Menciptakan 24 miliarder baru di tahun 2020 kemarin

Hebatnya lagi mereka yang dinobatkan jadi miliarder ini berkat jasa para investor ritel atau investor yang tidak membawa nama perusahaan alias dilakukan oleh seorang individu. Bisa dikatakan investor ritel ini terdiri dari berbagai macam orang, dari mereka yang sudah ahli dalam dunia saham, sampai yang ke pemula.

Biasanya mereka adalah investor yang menanamkan modalnya dengan jumlah lebih minim dibandingkan dengan investor institusional yang membawa nama perusahaan. Mereka juga berinvestasi atas nama sendiri dan nanti hasilnya akan digunakan untuk keperluan pribadi. Investor ritel ini juga yang jumlahnya sedang menanjak naik di Indonesia.

Sekarang kembali lagi ke investor ritel yang berhasil membuat miliarder bertambah di China. Hal itu dapat terjadi karena kejelian mereka dalam memilih perusahaan untuk berinvestasi. 

Tercatat di tahun 2020 lalu ada sekitar 118 perusahaan yang melakukan IPO. Kebanyakan dari perusahaan itu adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan kesehatan. Mereka dikatakan berasal dari berbagai macam profesi mulai dari akuntan, mantan guru, hingga pengembang software.  

Transaksi terbesar terjadi di Bursa Efek Shanghai yang pada saat itu berhasil lebih besar dibandingkan transaksi di New York dan Hong Kong. Hal yang sangat tepat mempercepat IPO perusahaan berbasis kesehatan dan teknologi di masa pandemi karena hal itu yang sangat masyarakat butuhkan saat ini. 

Selain itu Bursa Efek Shanghai sendiri memang menerapkan peraturan baru untuk perusahaan yang ingin IPO. Sekarang untuk IPO di Bursa Efek Shanghai hanya membutukan waktu 288 hari. Padahal rata-rata waktu IPO di bursa efek China lainnya memakan waktu hingga 754 hari.

Perlu diketahui, saat ini China juga memiliki banyak perusahaan startup yang digunakan di negaranya sendiri. Perusahaan startup itu ada berbagai macam. Lalu, keuntungan juga didapat dari memilih perusahaan yang tepat untuk IPO sehingga transaksinya pun semakin tinggi saja.

Indonesia juga investor domestiknya mulai bertambah banyak

Dengan kehadiran berbagai macam fintech saham dan investasi lainnya di Indonesia, membuat masyarakat Indonesia mulai penasaran dengan dunia bursa efek. Penambahan jumlah investor ritel Indonesia ini pun semakin menggeliat saja. Menurut data yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan, ada penambahan sekitar 4,5 juta SID pada bulan Februari 2021, dibandingkan bulan Desember 2020 yang mencapai 3,8 juta. 

Perlu kamu tahu, SID adalah identifikasi unik milik investor yang sudah terdaftar. Ketika kamu ingin investasi saham atau reksa dana, kamu pasti akan mendapatkan identifikasi ini. 

Di masa pandemi kemarin yang mana orang-orang kebanyakan berada di rumah, membuat orang-orang mulai mencari sumber penghasilan lain dari saham. Langkah yang sebenarnya sangat diapresiasi, walaupun tidak harus dilakukan secara terburu-buru. Milenial yang melek teknologi juga memperbanyak jumlah SID di Indonesia.

Dengan ini diharapkan jumlah investor domestik di Indonesia semakin banyak. Tentu saja akan sangat bagus apabila perusahaan-perusahaan di Indonesia dimiliki oleh orang Indonesia sendiri karena keuntungannya akan dirasakan di dalam negeri. Itu artinya anak bangsa yang memajukan negaranya sendiri. Hal ini patut kita apresiasi. Terjadi karena kemajuan teknologi yang terjadi di kehidupan kita. 

Namun, Indonesia tetap akan terbuka dengan investor asing karena turut membantu geliat bursa efek Indonesia yang semakin ramai saja. Hanya saja tidak ada salahnya berharap investor domestik yang menguasai pasar modal Indonesia. 

Untuk kamu yang ingin menjadi miliarder juga, hal itu sangat mungkin dilakukan asalkan kamu memulainya dengan hati-hati dan perhitungan. Kamu bisa memulainya dari trading saham dan investasi reksa dana. Ajaib saat ini menyediakan fitur trading saham dan reksa dana yang dapat kamu pilih. Aplikasinya pun dapat diunduh gratis di ponsel pintarmu.

Artikel Terkait