Berita

Neraca Perdagangan Indonesia di Tengah COVID-19

Ajaib.co.id – Neraca perdagangan adalah perbedaan antara nilai semua barang dan jasa yang diekspor dan diimpor dari suatu negara dalam periode waktu tertentu. Neraca perdagangan dalam istilah lain juga dikenal dengan sebutan BoT (Balance of Trade). Melihat neraca perdagangan sebuah negara bisa dijadikan sebagai bahan analisis pengambilan keputusan dalam investasi. 

Neraca perdagangan sendiri bisa dikatakan sebagai komponen terbesar dalam neraca pembayaran. Sebab posisinya menjadi indikator untuk mengukur seluruh transaksi internasional. Sementara itu, dalam praktiknya, neraca perdagangan memiliki dua sifat, yaitu positif dan negatif. 

Neraca perdagangan suatu negara dikatakan positif jika negara tersebut lebih banyak melakukan ekspor ketimbang impor. Sebaliknya, dikatakan negatif jika suatu negara lebih banyak menerima impor dari negara lain ketimbang ekspor. 

Perhitungan Neraca Perdagangan

Ada paling tidak dua hal yang dibutuhkan untuk menghitung neraca perdagangan, yaitu nilai ekspor dan impor. Neraca perdagangan memiliki rumus yang sangat sederhana, yakni nilai ekspor dikurangi nilai impor. 

Sementara itu yang dimaksud dengan ekspor adalah barang dan jasa yang dibuat di dalam negeri dan dijual kepada orang asing. Kemudian impor sendiri bisa dimaknai sebagai barang dan jasa yang dibeli oleh penduduk suatu negara yang mana barang atau jasa tersebut dibuat di luar negeri. 

Meskipun demikian, terdapat celah yang menyebabkan perhitungan ini menjadi tidak akurat. Salah satu contohnya adalah adanya perdagangan gelap. Sebab dalam prosesnya  transaksi pada perdagangan gelap hanya tercatat di satu negara. Bisa yang mengekspor atau yang mengimpor. 

Mengenal Surplus VS Defisit

Ada hal paling penting yang justru tidak banyak orang ketahui. Dalam neraca perdagangan, surplus tidak selamanya baik. Begitupun juga dengan defisit yang tidak selamanya menunjukkan tanda bahaya terhadap perekonomian. 

Surplus sangat dibutuhkan ketika perekonomian berada dalam fase resesi. Alasannya pada kondisi seperti itu surplus perdagangan akan sangat membantu dalam pencapaian lapangan pekerjaan. Selain itu juga berperan dalam meningkatkan permintaan atau suatu barang maupun jasa. 

Sementara itu defisit perdagangan akan sangat dibutuhkan pada saat ekonomi suatu negara dalam keadaan ekspansi. Sebab pada kondisi seperti itu jumlah barang yang diimpor akan semakin banyak. Namun di sisi lain harga tetap rendah karena banyaknya persaingan usaha.

Neraca Perdagangan Menguntungkan VS Tidak Menguntungkan

Bisa dikatakan jika hampir setiap negara membuat kebijakan ekonomi untuk menghasilkan surplus. Salah satu kebijakan tersebut umumnya diimplementasikan dalam wujud proteksionisme perdagangan. Cara kerja dari kebijakan tersebut adalah dengan cara melindungi industri dalam negeri lewat pengenaan tarif, kuota, hingga subsidi impor. 

Defisit perdagangan selalu dianggap sebagai suatu yang kurang menguntungkan bagi sebagian negara. Alasannya jika suatu negara terus menerus melakukan impor, hanya akan membuat bisnis dan produk dalam negeri menjadi tidak memiliki nilai tambah. 

Hingga yang terjadi kemudian adalah negara dengan defisit perdagangan yang tinggi akan menerapkan apa yang sering disebut dengan merkantilisme. Yakni upaya untuk menghapus defisit perdagangan dengan segala cara. 

Salah satu upaya yang paling sering dilakukan adalah dengan menetapkan tarif impor dan kuota impor. Sayangnya hal tersebut akan diikuti juga oleh kenaikan harga konsumen. Kondisi seperti ini umumnya akan menimbulkan sebuah permasalahan baru. 

Pasalnya hal seperti itu hanya akan memicu proteksionisme reaksioner dari mitra dagang negara. Sehingga potensi terbesarnya bisa membuat perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi akan menurun. 

Neraca Perdagangan Indonesia di Tengah Pandemi COVID-19

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI pada kuartal 1-2020 adalah USD2,62 miliar. Kondisi ini disebabkan angka ekspor lebih tinggi dibanding impor. Angka ekspor pada triwulan pertama adalah USD41,79 miliar. Sementara itu angka impor adalah USD39,17 miliar. 

Hal ini tentunya bisa menjadi kabar yang cukup menggembirakan bagi pemerintah Indonesia. Mengingat saat ini perekonomian global sedang tidak stabil akibat pandemi virus Corona yang menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. 

Yang lebih membanggakannya lagi, jika dibandingkan dengan kinerja tahun lalu, neraca perdagangan pada tahun ini bisa dikatakan jauh lebih baik. Bahkan pada kuartal 1-2009, Indonesia mengalami defisit sebesar 62,8 juta dolar Amerika Serikat. 

Angka tersebut tentunya cukup menggembirakan. Apalagi di tengah situasi yang tidak menentu. Meskipun demikian, tetap harus mewaspadai komposisi impor Indonesia. Impor Indonesia Januari hingga Maret 2020 tercatat sebesar USD39,17 miliar. 

Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 3,69% dibanding kuartal I-2019 sebesar USD40,67 miliar. Dengan rincian impor bahan baku atau penolong turun 2,82% menjadi USD26,69 miliar. Sedangkan barang modal juga mengalami penurunan sebesar 13,07% menjadi USD5,86 miliar. 

Pasalnya adanya penurunan impor bahan baku dan barang modal ini kemungkinan besar akan berpengaruh pada pergerakan sektor industri, perdagangan, PMTB, dan investasi. Itulah kenapa tadi dikatakan jika surplus tidak selalu berdampak positif. 

Di sisi lain, pada kuartal I-2020, total ekspor Indonesia mengalami kenaikan dibanding periode yang sama tahun lalu. Sebab pada tiga bulan pertama tahun lalu, total ekspor Indonesia tercatat sebesar USD40,61 miliar. Artinya selama Januari hingga Maret 2020, ekspor Indonesia meningkat 2,91%. 

Seperti itulah beberapa poin penting jika berbicara tentang neraca perdagangan. Dan dari ulasan singkat ini bisa diambil sedikit kesimpulan jika sebagai investor Anda harus mampu menganalisa neraca perdagangan sebuah negara. Pasalnya neraca perdagangan adalah sebuah data yang bisa dijadikan sebagai instrumen penting dalam perjalanan investasi Anda ke depannya.

Artikel Terkait