Saham

Kode Saham Indofood dan Peluang Investasinya di Sektor Ini

kode saham indofood

Ajaib.co.id – Apakah kamu kerap mengonsumsi kudapan, mi instan, plus menggunakan minyak kelapa sawit? Apakah perusahaan yang memproduksi ini melantai di pasar modal? Indofood kah? Jika ya, saatnya kamu menjadi investor dan pilih kode saham Indofood.

Di bursa saham, emiten sektor barang konsumsi cukup diminati. Apalagi jika emiten masuk dalam indeks LQ 45. Pasalnya, saham barang konsumsi memiliki produk untuk pelanggan yang biasa dikonsumsi setiap hari. Dengan demikian emiten memiliki fundamental baik dan menjanjikan. Baik dari capital gain (keuntungan yang didapat harga jual lebih tinggi dibanding harga beli) maupun pembagian dividen.

Pilih Kode Saham Indofood

Emiten dari indeks LQ45 yang banyak diincar adalah Indofood. Siapa yang tak kenal merek ternama satu itu? Jika kamu penggemar Indomie dan kerap menggoreng dengan menggunakan Bimoli, berarti Indofood lekat dengan kehidupanmu.

Di Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat dua saham Indofood. PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Emiten berkode saham INDF dan ICBP.

INDF memiliki sejarah panjang dalam industri barang konsumen, terutama produksi makanan dan minuman. Sudono Salim mendirikan INDF pada Agustus 1990. Namun cikal bakal INDF sudah dimulai ketika PT Lima Satu Sankyu (nama berubah menjadi PT Supermi Indonesia) pada 1968

INDF merupakan induk perusahaan yang memproduksi makanan yang diproses, bumbu, saus, minyak, minuman, hingga pengolahan bahan baku menjadi produk siap dimasak. Harga saham INDF Rp6,875 (07/08/2020).

Sementara itu kode saham Indofood lainnya, ICBP, memproduksi kemasan, susu, mi instan, biskuit, makanan ringan, makanan khusus bernutrisi, hingga ke layanan transportasi, pergudangan, cold storage, hingga manajemen penelitian dan pengembangan.

Meski ICBP adalah anak perusahaan INDF, tetapi harga saham ICBP lebih tinggi dari induknya, yakni sebesar Rp10,175 (07/08/2020). Hal tersebut karena kinerja ICBP serta rasio keuangannya lebih baik dari INDF. Namun keduanya tetap layak dimiliki, mengingat fundamental mereka yang baik.

Tips Investasi Saham Indofood

Investasi pada saham sektor barang konsumsi memang cukup menggiurkan. Meski kinerja saham sektor ini cukup sulit bergerak naik sepanjang 2019. Apalagi Januari hingga Maret 2020, virus corona (covid-19) menyerang ekonomi global. Alhasil tak sedikit saham barang konsumsi dan sektor lain tertekan atau rontok.

Namun ini adalah momen penting. Karena kamu bisa mendapatkan saham dengan fundamental bagus dengan harga murah. Jika ekonomi sudah pulih, harga saham mereka pun ikut membaik. Kamu bisa mengoleksi saham barang konsumsi atau lainnya.

1. Memiliki Rekening Efek

Jika ingin investasi saham, kamu harus memiliki rekening efek. Rekening tersebut merupakan akses kamu dalam bertransaksi di pasar modal. Pembukaan rekening efek dapat dilakukan di perusahaan sekuritas terpercaya atau telah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

2. Berencana Membeli Saham

Jika berencana untuk membeli saham, lakukan analisis fundamental dan teknikal atau salah satunya. Tetapi ada baiknya, kalau kamu ingin berinvestasi jangka panjang lakukan analisis fundamental terlebih dahulu.

Tertarik dengan emiten pimpinan Anthoni Salim? Cari kode saham Indofood dan lakukan analisis atau perbandingan. Kalau saham tersebut sejalan dengan rencana investasimu bisa langsung membeli. Jika tidak sreg, cari saham lain.

3. Sudah Memiliki Saham

Kamu sudah memiliki saham sebelum serangan covid-19? Bagaimana kinerja atau pergerakan harganya? Jika portofolio sahammu memerah, tunggu dulu. Jangan terburu-buru menjualnya, karena hal itu sama saja kamu merugi.

Sampai kapan menunggu? Sampai kamu mendapatkan capital gain. Namun tak menutup kemungkinan, kamu jual rugi untuk menghindari harga saham yang kian merosot. Sebelum memutuskan, lakukan analisis terlebih dahulu. Kamu juga bisa melihat laporan keuangan emiten yang tersedia di situs Bursa Efek Indonesia (BEI).

4. Diversifikasi Investasi

Di tengah gonjang-ganjing ekonomi seperti ini, ada baiknya kamu mereview investasi dan mencatat semua aset. Jika masih memungkinkan, lakukan diversifikasi investasi. Hal ini untuk memaksimalkan potensi dana sekaligus meminimalisir kerugian.

Contohnya, saham yang kamu milik sedang terkoreksi, tetapi kamu masih memiliki dana lebih untuk investasi. Pilihannya bisa investasi saham lain atau instrumen lain seperti logam mulia, obligasi, atau reksa dana.

Logam mulia adalah komoditas yang sangat likuid. Benda berkilau ini bisa dijadikan aset safe haven kala situasi ekonomi tak menentu. Harganya cenderung naik dan cocok untuk investasi jangka panjang.

Obligasi negara maupun korporasi dapat kamu pilih sebagai lahan investasi. Misalnya SBR009 memberikan kupon 6,3 persen per tahun dan dananya bisa dicairkan sebelum jatuh tempo. Jika tertarik obligasi pemerintah, nantikan SBR010 pada Juni dan ST007 pada Agustus mendatang.

Jangan lupakan instrumen yang sempat menjadi primadona pada 2019, reksa dana. Sepanjang tahun lalu, reksa dana pendapatan tetap mencatatkan kinerja paling baik di antara teman-temannya. Kemungkinan besar, tahun ini masih berlanjut disusul dengan reksa dana pasar uang, campuran, dan saham.

Portofolio reksa dana pendapatan tetap yang bisa kamu pilih di antaranya Ciptadana Dana Obligasi, Syailendra Dana Obligasi, serta Bahana Dana Obligasi Syariah. Informasi lebih lengkap mengenai portofolio di atas, akses situs Ajaib.

Dalam berinvestasi boleh saja mengharapkan imbal hasil besar. Tetapi imbal hasil besar pasti diikuti risiko besar pula. Di tengah pelemahan ekonomi saat ini, bijaklah dalam semua pengeluaran. Baik pengeluaran buat kebutuhan sehari-hari, ekspansi bisnis, maupun investasi.

Dan yang terpenting, investasilah pada jalur yang sesuai. Artinya jika investasi saham, berarti kamu menanamkan modal pada saham emiten yang terdaftar di BEI. Pembuatan rekening efek pun dilakukan di perusahaan sekuritas terpercaya. Jangan sampai terjerat investasi bodong yang tidak mendapatkan izin dari OJK.

Artikel Terkait