Ajaib.co.id – Jauh sebelum Starbucks menjadi waralaba warung kopi internasional dan tersebar di seluruh dunia, kebiasaan minum kopi sudah ada sejak awal 1800an, tepatnya pada The First Wave Coffee atau gelombang pertama. Di masa itu kopi disiapkan dengan harga yang terjangkau dan mudah disajikan. Kualitasnya yang buruk membuat konsumen mengkritik produsen kopi habis-habisan karena hanya mementingkan kepraktisan dan pemasaran.
Lanjut ke awal 1900an kopi instan lahir dengan mengaplikasikan dehydration process. Kopi instan mudah diterima karena praktis penyajiannya, bahkan para tentara Perang Dunia I dan Perang Dunia II menggunakan kopi instan untuk kesehariannya. Kejayaan kopi instan berlanjut hingga 1970an dan gelombang kedua kopi mulai mengambil alih.
Lahirnya gelombang kedua kopi dipicu oleh buruknya kopi pada gelombang pertama. Selain itu, peminum kopi di era ini ingin mengetahui proses pembuatan kopi dari awal hingga akhir. Ritual kebiasaan minum kopi kini bergeser menjadi sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial. Kedai kopi dan kafe tumbuh menjadi sebuah bisnis dan kebiasaan minum kopi menjadi gaya hidup yang penting bagi masyarakat.
Saat itu, kopi merupakan minuman yang dihidangkan untuk dinikmati di kala santai tanpa mengetahui dari mana biji kopi tersebut berasal, tapi kini kopi telah menjadi salah satu minuman dari bagian gaya hidup yang tidak bisa dipisahkan. Kedai kopi tersebar di kota-kota besar, dari kedai kopi independen yang menjual kualitas kopi hingga kedai kopi yang hanya menjual experience tanpa mementingkan kualitasnya. Dari yang harganya Rp5.000 hingga lebih dari ratusan ribu karena kualitasnya. Kopi adalah representasi kehidupan sosial saat ini.
Kedai kopi telah menjelma sebagai lokasi yang sempurna untuk berinteraksi dengan orang-orang, mulai dari bertemu teman kencan dari dating app, meeting bersama klien, remote working, kerja kelompok bersama teman, atau hanya sekedar mencari suasana baru untuk menemukan ketenangan jiwa dan meningkatkan suasana hati. Jam berapa pun, dengan siapa pun, kedai kopi adalah opsi paling aman untuk bertemu dengan orang.
Namun di balik kebiasaan minum secangkir kopi sebagai gaya hidup, ingat kah kamu berapa uang yang sudah dihabiskan untuk membeli kopi selama sebulan? Misalnya, di Jakarta, segelas kopi susu atau kopi hitam di kedai kopi kecil dijual dengan harga Rp20.000. Namun, jika kamu ingin menikmati kopi yang lebih berkualitas, setidaknya kamu perlu menghabiskan uang sekitar Rp50.000 hingga Rp75.000.
Tentunya jika dihitung dalam sekali pengeluaran tentu tidak memberikan dampak signifikan bagi kondisi finansial. Namun, jika dalam setahun kamu meminum kopi setiap hari, maka kamu menghabiskan sekitar Rp7,3 juta hanya untuk konsumsi kopi. Fakta yang lebih mencengangkan lagi adalah generasi milenial lebih banyak menghabiskan uangnya untuk kopi alih-alih investasi.
Kita masih membicarakan angka di saat ini. Namun jika kamu membayangkan berapa harga kopi Rp20.000 jika kamu gunakan untuk investasi dana pensiun, angkanya akan sangat menakutkan. Mari kita anggap kamu mendapatkan return sebesar 7% setiap tahunnya dan kamu memutuskan untuk pensiun setelah bekerja selama 40 tahun. Satu cangkir kopi tersebut akan seharga Rp50.000 di portofolio yang kamu miliki.
Yang lebih mengerikan lagi, jika kamu mulai menghitung pengeluaran untuk kopi selama bertahun-tahun dan dimasukkan ke instrumen investasi, kamu akan menjadi kaya raya. Jika kita menggunakan masa kerja selama 40 tahun dengan asumsi harga kopi tidak berubah dan kamu selalu mengonsumsi kopi seharga Rp20.000, maka kamu sudah menghabiskan sebesar Rp292 juta hanya untuk kopi selama usia produktif.
Jika kita menggunakan return 7% dalam setahun, maka nilai uang yang kamu dapatkan sangat fantastis. Selama 40 tahun kerja, mengeluarkan Rp20.000, dan dengan return sebesar 7%, kamu akan kehilangan sebesar Rp2 miliar yang sebenarnya akan sangat bermanfaat untuk memenuhi gaya hidup setelah pensiun.
Compound interest adalah kunci mengapa investasi Rp20.000 setiap hari bisa tumbuh hingga Rp2 miliar 40 tahun kemudian. Keuntungan yang kamu dapatkan selama setahun akan terus berbunga di tahun berikutnya, bunga tahun berikutnya akan terus berbunga hingga kamu tidak sadar bahwa kamua hanya investasi sebesar Rp20.000 setiap harinya.
Menurut ilmuwan Albert Einstein, compound interest merupakan keajaiban dunia ke-8. Siapapun yang memahaminya, akan beruntung, siapapun yang tidak memahaminya, akan membayar. Cara kerja compound interest pada investasi sangat sederhana. Jangan sampai kamu mengabaikan angka kecil saat ini, karena di kemudian hari nanti angka tersebut akan berubah menjadi angka yang besar, sama halnya dengan uang Rp20.000 mu yang berubah menjadi Rp2 miliar 40 tahun kemudian.
Pelajaran yang bisa dipetik dari kebiasaan minum kopi adalah: melakukan investasi sedini mungkin. Pertimbangkan kehidupanmu di masa yang akan datang, apakah kamu akan berkeluarga dan memiliki anak? Bayangkan jika kamu menabung Rp20.000 setiap harinya untuk investasi anak hingga berumur 18 tahun, maka di umur 50 tahun, anakmu resmi menjadi seorang miliuner.
Namun, jangan menjadikan hal ini sebagai pembenaran bahwa kamu harus berhenti minum kopi berlebih untuk berinvestasi. Ini bukan tentang membuat kamu menghentikan kebiasaan minum kopi bersama orang terdekat, tetapi memahami pentingnya compound interest dan memulai investasi sejak dini. Kamu tetap bisa melakukan kebiasaan minum kopi, tetapi pastikan tidak kamu lakukan setiap hari atau mengganggu sektor finansial lainnya.
Jika suatu pagi di kantor kamu menginginkan segelas kopi hitam hangat untuk memudahkan bekerja, pertimbangkan menggunakan mesin kopi di kantor atau kopi instan yang harganya lebih murah. Sudah siap mengurangi konsumsi kopi mulai hari ini?
Sumber: Is it time to kick your coffee habit?, dengan perubahan seperlunya.