Ajaib.co.id – Tingkat penjualan berbagai jenis mobil, baik bertipe penumpang sampai dengan komersial atau niaga sama-sama mengalami periode yang sulit pada 2020. Namun, ada juga jenis mobil yang tetap moncer penjualannya pada tahun lalu. Apa saja, ya?
Sebelum berbicara mengenai tipe mobil, kita perlu memahami ekosistem bisnis otomotif di Indonesia. Industri otomotif di dalam negeri tidaklah berdiri sendiri, melainkan bagian dari supply chain global. Ada kolaborasi antara prinsipal, pemegang merek, dealer, dan berbagai pihak lainnya dalam industri ini.
Prinsipal bisa dikatakan sebagai perusahaan pusat berskala global dari masing-masing merek mobil. Untuk produksinya ada yang dinamakan pabrikan atau perusahaan manufaktur.
Adapun, distribusinya ke pasar ritel pabrikan akan berkongsi dengan Agen Pemegang Merek (APM). Di pasar ritel sendiri, penjualan dilakukan oleh dealer, baik yang dimiliki langsung oleh APM, atau yang dimiliki perseorangan lewat kolaborasi dengan APM.
Pemahaman atas cara kerja industri otomotif ini akan membantu memahami data penjualan yang sering kali ditemui dalam berbagai publikasi media massa.
Jika data yang disajikan adalah data penjualan wholesale maka artinya penjualan yang dimaksud adalah penjualan dari pabrikan ke dealer. Sementara itu, jika data yang digunakan adalah data penjualan ritel, maka data itu mewakili penjualan dari dealer kepada pembeli.
Penjualan Mobil di Masa Pandemi
Umumnya, data yang disajikan dalam penjualan mobil adalah penjualan wholesale atau dari pabrik ke dealer. Data ini lebih banyak digunakan karena Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memberikan data wholesale yang lebih lengkap dibandingkan data ritel.
Data penjualan ritel biasanya hanya sampai penjualan berdasarkan merek mobil, sedangkan data wholesale biasanya sampai pada jenis mobil dari tiap-tiap merek yang tergabung di Gaikindo.
Nah, berdasarkan data Gaikindo, sepanjang 2020 total penjualan mobil secara wholesale mencapai 532.407 unit. Angka penjualan ini tentu tidaklah menggembirakan, karena pada tahun sebelumnya tingkat penjualan wholesale mencapai 1,03 juta unit. Artinya terjadi penurunan sebesar 48,5% secara year on year (yoy).
Dari total penjualan tersebut, pemilik pangsa pasar terbesar adalah merek Toyota dengan total penjualan mencapai 161.256 unit, atau dengan pangsa pasar mencapai 30,3%. Posisi selanjutnya secara berurutan diisi dengan merek Daihatsu (90.724 unit), Honda (73.315 unit), Suzuki (66.130 unit), dan Mitsubishi (57.906 unit).
Seluruh merek-merek mobil ini mengalami penurunan penjualan dibandingkan tahun sebelumnya. Di posisi 5 teratas, penurunan penjualan paling besar dialami oleh Toyota dan Mitsubishi, masing-masing sebesar 51,4% yoy dan 51,3% secara tahunan.
Adapun, Suzuki menjadi merek dengan penurunan penjualan wholesale paling tipis dibanding empat merek lainnya, yakni 34,1% yoy.
Di pasar ritel atau penjualan dari dealer ke customer, tingkat penjualan kendaraan roda empat di Indonesia juga tak kalah menyedihkan. Total penjualan mobil ritel pada 2020 adalah sebesar 578.762 unit, atau turun 44,7% yoy dari posisi penjualan pada 2019 yang mencapai 1,04 juta.
Dari segi pemimpin pasar, posisi lima besar masih dihuni oleh merek-merek yang sama dengan urutan yang sama. Toyota duduk di posisi teratas dengan penjualan mencapai 182.665 unit. Sementara itu, Mitsubishi berada di posisi terbawah lima besar dengan penjualan mencapai 54.768 unit.
Jenis Mobil Paling Laris Tahun 2020
Jika dilihat berdasarkan jenisnya, total penjualan mobil secara wholesale di Indonesia pada 2020 masih didominasi oleh jenis penumpang. Jenis mobil penumpang atau passenger car mencatatkan penjualan sebanyak 389.266 unit atau 72,1% dari total penjualan. Adapun, penjualan mobil niaga atau komersial hanya 143.141 unit, setara 26,9% penjualan.
Dari berbagai jenis kendaraan penumpang yang tercatat di Gaikindo, jenis mobil 4X2 atau mobil berpenggerak 2 roda menempati porsi paling besar. Total penjualan segmen ini mencapai 276.034 unit, atau 51,8 persen dari total penjualan wholesale di Indonesia pada 2020.
Perlu diketahui bahwa segmen 4X2 adalah segmen yang paling gemuk karena diisi oleh berbagai jenis mobil. Segmen ini memuat jenis mobil multi-purpose vehicle (MVP) seperti Toyota Avanza dan Suzuki Ertiga, sampai tipe City Car atau mobil perkotaan seperti Toyota Yaris dan Suzuki Baleno. Maka, tidak heran jika tingkat penjualan segmen ini mencakup lebih dari separuh pasar kendaraan di Indonesia.
Dari semua jenis mobil yang ada di segmen 4X2, secara spesifik segmen dengan kelas kapasitas mesin di bawah 1.500 cc menjadi yang paling laris, yakni sebanyak 213.228. Nah, secara khusus, terdapat dua tipe mobil yang paling laris di segmen ini, yaitu Toyota Avanza dan Toyota Rush.
Toyota Avanza dengan berbagai jenis varian yang dimilikinya mencapai penjualan lebih dari 30.000 unit secara wholesale pada tahun lalu, dengan tipe New Avanza G 2019 bertransmisi manual sebagai tipe paling laku. Di sisi lain, Toyota Rush juga mencatatkan tingkat penjualan yang sama di kisaran 30.000 dengan tipe All New Rush TRD Sportivo transmisi otomatis menjadi varian paling laku.
Progres Penjualan Mobil Tahun 2021
Dengan tingkat penjualan yang ada, 2020 menjadi tahun yang ingin segera dilupakan seluruh pelaku usaha di industri otomotif. Pandemi, telah menjadi penghambat paling besar pertumbuhan penjualan pada tahun lalu. Meski ada perubahan cara mobilitas masyarakat dari transportasi umum ke kendaraan pribadi, nyatanya hal itu belum banyak membantu.
Memasuki 2021, tren penjualan mobil rupanya masih tertekan. Dikutip dari Bisnis.com, penjualan mobil secara wholesale sepanjang Januari-Maret 2021 hanya mencapai 178.450 unit, atau merosot 18,7% dari penjualan pada periode yang sama tahun 2019.
Meski begitu, perlu dipertimbangkan bahwa pada kuartal I/2020, pandemi belum terlalu berdampak pada penjualan.
Ternyata, jika dilihat lebih dalam secara bulanan, justru penjualan pada periode Maret 2021 mulai menunjukkan perbaikan yang signifikan. Secara bulanan terhadap Februari 2021, tingkat penjualan pada Maret 2021 yang mencapai 84.910 unit, tercatat naik 72,6%. Adapun, secara tahunan dibandingkan Maret 2020, terjadi kenaikan 10,5%.
Lalu, mungkin Anda bertanya apa sih yang menjadi pemicu kenaikan penjualan mobil di awal tahun ini? Jawabannya tentu saja adalah diskon Pajak Penjualan atas Barang Mewah atau PPnBM sebesar 100 persen yang berlaku mulai 1 Maret 2021 hingga 1 Mei 2021.
Aturan ini tentu saja akan berdampak pada penurunan harga mobil, karena selama ini PPnBM menjadi salah satu komponen harga penjualan di tingkat customer.
Selepas Mei 2021, aturan ini akan mengalami penyesuaian secara bertahap. Dimulai pada Juni-Agustus, diskon ini akan turun menjadi 50 persen, dan pada September-November menjadi 25 persen. Insentif ini juga hanya berlaku untuk kendaraan penumpang 4×2, dengan kapasitas mesin di bawah 1.500 cc ke bawah, dan diproduksi di Indonesia dengan kandungan lokal 70 persen.
Sebelumnya hanya ada 21 model yang mendapatkan relaksasi pajak, mulai dari Toyota Avanza, Honda Brio, Daihatsu Xenia, Mitsubishi Xpander Cross, Suzuki XL7, hingga Wuling Confero.
Mulai April ini, Kementerian Perindustrian akan memperluas implementasi diskon PPnBM ini ke kendaraan berkapasitas maksimal 2.500 cc yang diproduksi di Indonesia, serta memiliki komponen lokal 60 persen. Sehingga, saat ini jenis mobil yang akan menerima relaksasi pajak ini akan mencapai 29 mobil.
Tak heran hal ini membuat penjualan mobil pada Maret menjadi sangat moncer. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat mengatakan bahwa saat ini adalah waktu yang paling tepat jika ingin membeli mobil baru karena PPnBM dari jenis mobil penerima relaksasi seluruhnya akan ditanggung pemerintah.
“Jadi kalau mau beli mobil, baiknya sekarang sampai Mei. Karena PPnBM-nya 100 persen ditanggung pemerintah,” ujar Sri Mulyani, beberapa waktu lalu, dikutip dari Kompas.com.
Tentunya hal ini menjadi salah satu katalis positif bagi emiten-eminte otomotif seperti PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS). Namun, tentunya perlu menganalisis lebih jauh mengenai saham-saham ini.
Meski memiliki prospek positif dari PPnBM, ada banyak faktor seperti valuasi lain yang perlu diuji dengan rasionalitas masing-masing investor.
Sambil menganalisis valuasi serta prospek saham-saham otomotif ini, jangan lupa untuk segera memulai investasi di aplikasi Ajaib! Aplikasi ini sudah terdaftar dan berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Ajaib kini menjadi salah satu aplikasi investasi yang paling mudah dan banyak digunakan para investor muda, lho! Ayo jangan sampai ketinggalan!