Investasi

Ingin Menghilangkan Ketakutan dalam Kebiasaan Berinvestasi?

Ajaib.co.id – Sudah menjadi rahasia umum bahwa investasi adalah aktivitas yang dianggap merugikan oleh sejumlah orang. Tidak mengherankan jika instrumen investasi deposito dan pasar uang menjadi instrumen yang paling diminati karena risikonya rendah. Kecenderungan individu mengalokasikan uangnya ke investasi yang risikonya lebih rendah disebabkan karena ketakutan akan kehilangan uang dan perilaku tersebut perlu dihilangkan dari kebiasaan berinvestasi.

Investor perlu memahami bahwa investasi, salah satunya saham, memiliki risiko yang tinggi meskipun menghasilkan return yang tinggi juga. Naik turunnya harga saham merupakan hal yang wajar di pasar saham. Banyak investor yang terjun ke pasar saham dan memutuskan untuk investasi jangka panjang, tetapi rasa takut mereka masih mendominasi. Tenang saja, jika kamu salah satu dari mereka, kamu tidak sendirian.

Banyak investor yang khawatir akan kondisi pasar, terlebih di masa pandemi COVID-19. Sejumlah investor memutuskan untuk menarik uangnya dari pasar saham dan memutuskan akan kembali berinvestasi setelah kondisi ekonomi stabil. Menjual saham di kondisi yang tidak menentu, menyesuaikan profil risiko, dan memindahkan uang ke instrumen investasi yang lebih aman adalah sikap natural yang dilakukan investor.

Namun, melakukan hal yang menurut kamu benar adalah hal yang salah. Mencoba untuk memanfaatkan waktu pasar adalah kesalahan fatal yang kerap dilakukan investor. Tidak masalah seberapa stabilnya pasar saham, kamu harus tetap fokus ke tujuan investasi jangka panjang adalah keputusan yang tepat. Berbekal data dan rekam jejak pasar modal, berikut cara untuk menghilangkan ketakutan dalam kebiasaan berinvestasi saat pasar mengalami fluktuasi.

Data Akan Memberikanmu Ketenangan

Tren negatif di beberapa hari kerap kali membuat investor khawatir, tetapi dapat dipastikan bahwa pasar saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki pertahanan diri yang kuat dari masa ke masa. Jika kamu melihat rekam jejak kinerja pasar saham, data menunjukkan bahwa kita selalu bisa mengatasi krisis finansial dan berakhir dengan tren positif. 

Berdasarkan data kinerja bursa saham Indonesia selama 10 tahun, IHSG mengalami peningkatan kinerja yang signifikan. Misalnya pada 2008, IHSG dibuka level 1377 dan pada Januari 2019 IHSG dibuka di level 6183. Ini artinya IHSG naik sebesar 349% dalam kurun 10 tahun terakhir. IHSG hanya menunjukkan tren terburuknya pada 2009 setelah mengalami penurunan karena krisis finansial global pada 2008.

Selain itu, di antara bursa saham di negara-negara Asia, IHSG mampu membukukan penguatan hingga 217,9% dan mengamankan posisi kedua di bawah PSEi (indeks saham acuan di bursa saham Filipina. Apa yang kamu dapatkan dari semua data ini? Kamu akan kehilangan peluang mendapatkan return yang tinggi jika rasa takut mendominasi kebiasaan berinvestasi. Pastikan untuk selalu mengacu pada data jika ingin mengambil keputusan terkait investasi.

Atur, Beli, dan Lupakan

Setelah mengetahui data bahwa penurunan pasar saham hanya bersifat sementara, strategi selanjutnya untuk menjaga uang kamu di pasar, kamu perlu menyisihkan uang untuk disetor berkala setiap sebulan ke rekening investasi. Tentukan berapa jumlah uang yang bisa kamu sisihkan untuk investasi sesuai dengan kondisi keuangan dan jangan pernah melihat ke belakang.

Berikut adalah skenario hipotesisnya: Asumsikan kamu menyisihkan Rp2.000.000 setiap bulan dengan return potensial sekitar 8%. Maka dalam 10 tahun, uang kamu akan berjumlah Rp240.000.000, tapi nilai portofolio kamu menjadi sebesar Rp.259.200.000. Hal ini dikarenakan uang yang sudah kamu investasikan meningkat dengan keuntungan hingga 53% dalam waktu 10 tahun.

Menyisihkan uang setiap bulan cepat, mudah, dan peluang meningkatkan portofolio kamu dari waktu ke waktu. Jika kamu pasar mengalami tren negatif dan menurun lalu nilai portofolio kamu menjadi merah, anggap saja ini waktunya kamu membeli saham dengan harga diskon untuk mengumpulkan lebih banyak saham.

Jangan Terobsesi dengan Portofolio

Sama halnya dengan rekomendasi untuk menghilangkan rasa takut dalam kebiasaan berinvestasi terhadap fluktuasi pasar, kamu juga tidak boleh stres dengan pergerakan portofolio. Faktanya, jika pasar sedang dalam keadaan buru, portofolio kamu bisa saja mengalami penurunan dan kenaikan. Jadi, apabila kamu mengecek keuntungan dan kerugian secara berkala, peluang kamu mengubah rencana investasi akan tinggi dikarenakan khawatir akan kerugian yang lebih tinggi.

CEO Wealthfront, Andy Rachleff mengatakan bahwa akan lebih baik apabila investor tidak mengecek portofolio secara berkala saat keadaan ekonomi sedang memburuk. Semakin sering kamu menghabiskan waktu mengecek dan mengkhawatirkan portofolio, semakin besar peluang kamu mengubah target finansial, entah itu menyesuaikan profil risiko atau menarik uang dari rekening investasi. Dalam investasi jangka panjang, kebiasaan berinvestasi seperti itu justru akan menghasilkan return yang rendah.

Dengan kata lain, jangan menjadi pribadi yang menahan laju keuntungan untuk portofolio. Teruslah bergerak maju sesuai target finansial. Jangan menghambat diri kamu sendiri hanya karena pergerakan pasar saham tidak stabil.

Selalu Ingat Mantra “Saya Berinvestasi untuk Jangka Panjang”

Investasi jangka panjang memang tantangan bagi investor, karena uang yang ditabung dan diinvestasikan tidak bisa digunakan hingga waktu yang lama (misalnya 10 tahun). Mungkin kamu investasi untuk pensiun, biaya kuliah anak, atau target keuangan di masa depan. Lalu, ketika ekonomi menurun kamu peduli dengan uang yang diinvestasikan dan takut hasil kerja keras selama ini sia-sia.

Selalu gunakan mantra bahwa kamu berinvestasi untuk jangka panjang, jangan biarkan ketakutan mencegah kamu untuk berinvestasi. Jika kamu membiarkan ketakutan untuk terus mendominasi dan terus menerus menjadi kebiasaan berinvestasi, kamu tidak akan mendapatkan return potensial untuk mencapai target finansial.

Sumber: Don’t Let Fear Get in the Way of Good Investing Habits, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait