Analisis Saham, Saham

Bedah Saham HRUM: Punya Prospek Positif Peluang Bisnis Nikel

Ajaib.co.id – PT Harum Energy Tbk (HRUM) merupakan salah satu produsen batu bara termal yang berbasis d Indonesia. Selain fokus di penambangan batu bara, perusahaan yang memiliki kode emiten saham HRUM tersebut juga bergerak di bidang logistik yang keduanya dioperasikan di Kalimantan. 

Lewat anak perusahaan, Harum Energy mengoperasikan empat tambang batu bara yang memproduksi abu rendah, batu bara termal sulfur rendah dengan karakteristik bituminus yang sebagian besar diekspor ke pasar luar negeri. 10% penjualan dari produksi dijual di pasar domestik. HRUM merupakan perusahaan bagian dari Tanito Harum Group yang didirikan oleh Kiki Barki. 

HRUM memiliki rantai pasokan yang terintegrasi secara vertikal, menghubungkan lokasi tambang perusahaan dengan pemuatan kapal lepas pantai. Perusahaan juga memiliki infrastruktur mencakup jalan angkut, pelabuhan, pabrik pengolahan batu bara, serta armada kapal tunda dan tongkang. 

Saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 di Papan Utama dengan harga Rp5,200 per lembar saham dan 500 miliar saham yang beredar di publik. Per 20 Februari 2021, saham HRUM sudah melesat ke level Rp7.150 setelah naik 1,06% pada perdagangan Jumat, 19 Februari 2021.

Komposisi kepemilikan saham HRUM terbagi menjadi 4 bagian, yang pertama PT Karunia Bara Perkasa sebagai pengendali dengan porsi 79,79% saham, Bara Sejahtera Abadi dengan persentase saham sebesar 0,092%, diikuti publik 13,5%, dan saham treasury 6,56%.

Berdasarkan data RTI, harga saham HRUM sudah melonjak 222% sejak 3 bulan lalu. Apa pemicunya? Sentimen apa yang membuat pasar menghargai saham HRUM? Mari kita bedah bersama.

Kinerja Keuangan 

Tekanan harga batu bara global tampaknya cukup mempengaruhi kinerja keuangan HRUM di 9 bulan tahun 2020. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang sudah dipublikasikan, tercatat pendapatan 9M2020 sebesar US$136,1 juta dari US$200,3 juta, atau turun 32% secara yoy. 

Turunnya pendapatan saham HRUM tidak lepas dari dari harga jual rata-rata batu bara di Q3 2020 yang hanya sebesar US$54,2 per ton, anjlok 13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu di level US$62,2 per ton. Rendahnya harga rata-rata batu bara atau ASP merupakan merefleksikan tren penurunan harga batu bara global sejak awal tahun.

Tidak hanya karena menurunnya harga batu bara, volume penjualan batu bara perusahaan yang ambles 27% dari 3 juta ton ke 2,3 juta ton dianggap sebagai alasan lain menurunnya pendapatan. Menariknya, laba bersih HRUM justru tumbuh sebesar 60% di 9 bulan awal 2020, tetapi bukan berasal dari operasional, melainkan laba selisih kurs US$5,56 juta dan perubahan nilai wajar aset finansial (US$12,04) yang berasal dari Nickel Mines. 

Beberapa bulan lalu, HRUM membeli perusahaan penambangan dan pengolahan nikel asal Australia bernama Nickel Mines di bursa saham Australia. Saat membeli, harga Nickel Mines berada di level A$0,55, tapi di bulan November 2020 harganya naik ke A$0,85. Tanpa pendapatan lain, laba saham HRUM tentu juga akan turun seperti emiten batu bara lainnya.

Pada posisi keuangan, total aset perusahaan naik tipis sebesar 2% dibandingkan periode sam tahun lalu, dari US$545 juta ke US$464 juta, diikuti ekuitas yang juga naik 6% ke US$422 juta dari yang sebelumnya di level US$399 juta. Sementara, kondisi liabilitas berhasil terpangkas. Total liabilitas Total Liabilitas pada Q3 2020 berada di angka US$42 juta merosot 212% yang dibandingkan dengan Q3 2019 sebesar US$54 juta.

Komponen Laba September 2019 ($ Juta) September 2020($ Juta)
Pendapatan  200 136
Laba Bersih 16 25,7
Aset 454 464
Ekuitas 399 422
Liabilitas 54 42

Kinerja keuangan HRUM di 9 bulan pertama 2020 cukup menarik investor, terlebih kenaikan laba bersihnya mencapai 60% ketika perusahaan laba bersih emiten batu bara lainnya seperti PTBA dan ADRO justru merosot.

Posisi keuangan perusahaan yang stabil menjadi indikator yang kuat jika HRUM adalah perusahaan yang sehat. Selanjutnya, kita akan mengamati bagaimana rasio-rasio keuangan umum saham HRUM di Q3 2020

Rasio September 2019 September 2020
ROA 3,53% 5,54%
ROE 8% 5%
NPM 9% 9,49%
GPM 26,16% 27,48%
OPM 8,1% 19,2%
DER 0.14 0.10

Berdasarkan rasio profitabilitas, saham HRUM sukses menghasilkan keuntungan dari penjualan secara efektif. Pada rasio return, ROA HRUM naik ke 5,54% dari yang sebelumnya di level 3,53%, tetapi ROE nya turun lumayan dalam dari 8% ke 5%. Sementara, untuk return margin, baik NPM, GPM, dan OPM saham HRUM mengalami kenaikan di 9M2020. Ini artinya perusahaan menjalankan bisnisnya secara efisien di 9 bulan pertama tahun 2020.

Beralih ke DER  yang merupakan indikator untuk mengukur kesehatan struktur modal perusahaan. DER HRUM tercatat turun 3% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu, dari 0.14 atau 14% ke 0.10. Ini artinya kondisi keuangan HRUM sangat sehat karena rasio utangnya tidak lebih besar dari ekuitas. Bagusnya rasio profitabilitas HRUM dan kecilnya angka DER bisa menjadi nilai tambah investor.

Riwayat Kinerja

Komponen CAGR 2017-2020
Laba Bersih -0,33%
Pendapatan -1,1%
Total Aset 4,4%

Pertumbuhan HRUM dalam 4 tahun terakhir tidak terlalu baik, telebih pada komponen pendapatan dan laba bersih. CAGR perusahaan di kedua komponen tersebut justru -0,33% dan -1,1%. Angka minus ini mengindikasikan perusahaan masih sulit mempertahankan kinerja keuangan setiap tahunnya. Sementara, pertumbuhan rata-rata total aset dalam kurun waktu 4 tahun terakhir sebesar 4,4%, yang berarti perusahaan terus meningkatkan jumlah aset setiap tahunnya.

Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham

Tahun Dividen per Saham Jumlah yang dibayarkan ($ Juta)
2014 110 25
2018 248 45
2019 38,96 6,9

Sejak tahun 2011 hingga 2014, HRUM merupakan emiten yang rajin membagikan dividen. Terhitung sejak 2015 hingga 2017, perusahaan memutuskan untuk tidak membagikan dividen. Hingga akhirnya di tahun 2018 dan 2019, HRUM kembali memberikan dividen ke investor. Sayang, meski di tahun ini mencetak kenaikan laba bersih sebesar 60%, perusahaan memutuskan untuk tidak membagikan dividen. 

Ada banyak alasan mengapa perusahaan memutuskan tidak membagi dividen, beberapa di antaranya adalah keuntungannya digunakan untuk ekspansi dan keuntungannya dimasukkan ke laba ditahan yang nantinya akan digunakan di waktu yang tepat.

Prospek Bisnis HRUM

Faktor utama yang membuat investor melirik saham HRUM sejak tahun lalu hingga awal 2021 tidak lain dan tidak bukan adalah ekspansi bisnis HRUM ke perusahaan Nickel Mines Ltd senilai AU$36,74 juta. Meroketnya harga nikel sejak beberapa bulan lalu menjadi sentimen positif bagi saham HRUM di pasar modal. 

Ekspansi bisnis HRUM ke komoditas nikel dipandang dari perspektif sentimen mobil listrik yang semakin kompetitif serta banyaknya negara yang melihat Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki sumber nikel yang melimpah, mengingat salah satu komponen penting mobil listrik adalah baterai yang mengandung nikel.

Sejumlah manufaktur mobil perlahan-lahan beralih menciptakan mobil listrik, Tesla sebagai pionir, diikuti oleh beberapa merk mobil lainnya seperti Hyundai hingga BMW. Naiknya tren mobil listrik menyusul isu pencemaran lingkungan diproyeksikan akan membuat konsumsi nikel meningkat hingga tahun 2031.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, salah satu bahan baku terbesar yang dibutuhkan untuk membuat baterai mobil listrik adalah nikel. Indonesia diketahui merupakan negara produsen terbesar di dunia, bahkan memiliki cadangan nikel hingga 27% dari nikel dunia.

Tidak mengherankan jika sentimen holding baterai di Indonesia memberikan nilai tambah dan membuat pasar bereaksi positif ke emiten-emiten yang berhubungan dengan produksi nikel.

Per 18 Februari 2021, pihak manajemen HRUM membeberkan akuisisi saham PT Position milik Aquila Nickel Pte Ltd yang berbasis di Singapura sebesar 51%. Akuisisi PT Position ini merupakan akuisisi perusahaan nikel kedua setelah mengakuisisi Nickel Mines Limited asal Australia pada Juni 2020 lalu. Perusahaan menargetkan kontribusi nikel terhadap pendapatan perusahaan bisa mencapai 75%-80% pada lima tahun mendatang. 

Belanja modal tahun 2021 pun akan difokuskan untuk investasi ke nikal, di antaranya pengembangan PT Position, sehingga bisa segera beroperasi secara komersial di akhir tahun depan atau di Semester II 2022. 

Lalu bagaimana dengan bisnis batu bara? Seiring berjalannya waktu harga batu bara mulai membaik dan diproyeksikan tahun ini akan pulih, HRUM menargetkan produksi batu bara naik 30% dibandingkan tahun lalu, Kenaikan produksi hingga 30% ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan hingga 30%, setidaknya menyamai pencapaian di tahun 2019 sekitar US$200 juta – US$ 250 juta.

Kesimpulan

Prospek pemulihan penjualan HRUM di tahun ini sepertinya akan memberikan sentimen positif ke pasar, ditambah keputusan diversifikasi bisnis ke komoditas nikel akan disambut baik oleh investor.

Kompetisi bisnis komoditas nikel akan semakin menarik dengan munculnya HRUM sebagai kompetitor dari pemain nikel lama seperti ANTM dan INCO. Namun, ini adalah peluang besar yang bisa memberikan keuntungan ke perusahaan mengingat proyeksi permintaan nikel akan terus naik ke depannya.

Berdasarkan data RTI per 20 Februari PER HRUM tercatat berada di angka 37.77 kali, dan PBV nya yang berada di angka 3.85 kali. Ini artinya, harga saham HRUM sudah sangat mahal. Namun, dengan prospek nikel yang besar di beberapa dekade mendatang, bukan tidak mungkin harga saham emiten HRUM bisa naik lagi karena didorong permintaan nikel sebagai katalis.

Investor juga harus berhati-hati jika memutuskan untuk masuk ke HRUM, sebab kebanyakan kinerja keuangan saham komoditas bergantung pada harga komoditas global yang mana sangat siklikal.

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.

Artikel Terkait