Ajaib.co.id – Selama ini, kita memahami inflasi sebagai proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus terkait dengan mekanisme pasar.
Ada berbagai macam penyebab inflasi, antara lain meningkatnya konsumsi masyarakat, berlebihnya likuiditas yang memicu konsumsi dan spekulasi, hingga tidak lancarnya distribusi barang.
Ada berbagai macam inflasi yang dikategorikan oleh ilmu ekonomi. Namun, ternyata ada lagi satu jenis inflasi, yaitu inflasi gaya hidup.
Apa itu inflasi gaya hidup? Apakah selama ini jangan-jangan kita juga terjebak inflasi gaya hidup? Yuk, simak terus artikel berikut!
Inflasi Gaya Hidup: Makin Kaya, Makin Boros?
Jika inflasi menyebabkan naiknya harga barang dan jasa secara terus-menerus, dapat dikatakan bahwa nilai uang menurun.
Jika tadinya uang Rp10 ribu bisa digunakan untuk membeli nasi bungkus plus ayam goreng, dengan adanya inflasi, uang yang sama kini hanya mampu membeli nasi dan sayur.
Demikian juga yang terjadi dengan inflasi gaya hidup. Inflasi jenis ini juga menyebabkan nilai uang jadi menurun meski tidak selalu terkait dengan dinamika kondisi ekonomi.
Inflasi gaya hidup mungkin saja hanya terjadi pada orang-orang tertentu. Mudahnya begini, seseorang bisa saja mendapatkan kenaikan gaji tetapi belum tentu kesejahteraannya meningkat. Kok bisa?
Tentu saja hal tersebut bisa terjadi ketika gaya hidup seseorang ikut meningkat ketika gajinya naik.
Begitu gaji dan jabatan naik, bisa jadi kamu yang tadinya makan bareng staf di warteg, beralih jadi lebih sering makan di restoran bersama jajaran manajer. Ke situlah perginya kenaikan gaji yang didapat.
Pada akhirnya, keadaan tersebut tidak akan membuat kesejahteraannya meningkat karena konsumsi secara berlebihan. Konsumsi bertambah berarti tidak ada peningkatan untuk investasi atau hal-hal produktif lainnya yang membuat aset kita berkembang.
Apakah Kamu Mengalami Inflasi Gaya Hidup?
Peningkatan gaya hidup adalah ciri utama dari inflasi gaya hidup. Kalau kamu mengalami beberapa tanda di bawah ini, bahkan tanpa disadari, mungkin kamu juga mengalami inflasi gaya hidup.
1. Utang Kartu Kredit Melonjak
Merasa aman dengan naiknya pendapatan membuatmu jadi ‘santai’ membeli semua yang kamu mau.
Kamu jadi belanja tanpa berpikir atau berencana alias impulsif. Karena tidak terkontrol, ternyata utang kartu kreditmu pun melonjak drastis.
Tentu saja hal ini memberatkan kondisimu secara finansial karena harus melunasi utang kartu kredit plus bunganya tersebut.
Seharusnya, berikan jeda waktu sebelum kamu benar-benar membeli suatu barang sehingga kamu punya waktu untuk menimbang-nimbang.
2. Gaji Mepet Tiap Bulan
Loh, katanya gaji naik, kok malah mepet? Ya, karena konsumsi justru meningkat, pada akhirnya sisa gaji kita akan sama saja seperti sebelum mengalami kenaikan.
Bahkan, jika tidak terkontrol, bisa jadi kita lebih ‘tekor’ daripada sebelumnya. Kita jadi gelisah menanti-nanti bulan gajian berikutnya karena sisa gaji sudah mepet.
Jika ini yang terjadi, prioritaskan pengeluaran yang benar-benar penting serta pilih opsi barang dan jasa yang lebih murah.
3. Lebih Konsumtif Daripada Teman Bergaji Sama
Kamu akan mulai melihat teman kerjamu di level yang sama—yang mungkin bergaji hampir sama—hidup lebih sederhana. Kamu sering membeli pakaian bermerek, sementara temanmu tidak.
Kamu mulai hobi makan di restoran, sementara temanmu itu lebih suka bawa bekal makan sendiri. Waspadai perbedaan gaya hidup tersebut.
4. Abai dengan Kebiasaan Berhemat
Ketika mengalami inflasi gaya hidup, kamu cenderung lupa pentingnya untuk menghemat keuanganmu. Membeli barang tanpa membandingkan harga adalah salah satunya.
Kamu pun jadi tidak peka memahami harga wajar suatu barang sehingga memilih tidak menawar harga yang sebenarnya masih bisa turun lebih murah.
Sebelum Makin Sengsara, Lakukan Ini
Cara terpenting untuk lepas dari jerat atau untuk menghindari inflasi gaya hidup adalah disiplin mengelola keuangan. Apabila seseorang sudah terbiasa disiplin mengelola keuangannya, uang berapa pun yang dipegangnya tidak akan digunakan secara sembarangan.
Di samping mengelola keuangan, kamu bisa hindari inflasi gaya hidup dengan cara-cara sederhana berikut ini:
● Membedakan Kebutuhan dan Keinginan
Dalam setiap pengelolaan keuangan, membedakan kebutuhan dan keinginan adalah keterampilan paling mendasar.
Kebutuhan harus dipenuhi atau kehidupan sehari-hari tidak akan berjalan lancar, seperti makan, minum, pakaian, transportasi, dan sejenisnya. Sedangkan keinginan masih bisa ditunda karena tidak akan berdampak besar pada kehidupan.
Kebutuhan pun masih bisa dipilah dalam prioritas sehingga kamu tahu mana yang harus didahulukan.
● Membuat Perencanaan
Salah satu cara agar kita tidak boros dan impulsif dalam membelanjakan uang adalah dengan berpikir ke depan. Kita tidak hidup untuk hari ini saja. Kita berharap punya umur panjang dan meraih impian-impian.
Semuanya butuh perencanaan, termasuk perencanaan keuangan. Mumpung sekarang pendapatan sedang meningkat, saatnya berinvestasi untuk memetik keuntungannya di masa depan, saat kita belum tentu sanggup bekerja lebih keras.
● Rajin Berhemat
Coba cek kembali pengeluaran rutin dalam sebulan. Banyak di antaranya yang sebenarnya masih bisa dilakukan untuk menghemat uang. Kita bisa memilih memasak sendiri alih-alih membeli makanan dari luar.
Bahan makanannya bisa beli dari pasar tradisional yang harganya jauh lebih murah daripada supermarket. Kalau ingin baju bermerek, coba mampir ketika ada diskon besar saja.
Setelah dihitung-hitung, kita akan takjub dengan besarnya uang yang berhasil dihemat.
● Jangan Terjebak Pergaulan
Anggapan bahwa teman sangat memengaruhi hidup kita memang tidak salah. Siapa diri kita dapat dilihat dari siapa teman-teman kita.
Jika teman-teman kita hobi menghamburkan uang, kita kerap tidak enak untuk tidak melakukan hal serupa. Misalnya, ketika teman kerap membujuk kita untuk jajan sepulang kantor, kita kerap tidak kuasa menolaknya.
Kali ini, kita harus bisa tegas dan disiplin dengan komitmen yang telah dibuat. Berani katakan tidak jika tidak sesuai dengan prinsipmu.
Bisa jadi mempraktikkan semua tips di atas sama sekali tidak mudah. Namun, jika setidaknya kita punya kemauan untuk menjadi lebih baik, kita pasti bisa.