Ajaib.co.id – Pemilik bisnis harus mengetahui cara menghitung penyusutan dari aset bisnisnya. Aset adalah seluruh kekayaan suatu perusahaan yang menjadi sumber daya. Aset dapat berbentuk benda maupun hak kuasa. Aset dimiliki dan dan diharapkan memberikan manfaat di masa yang akan datang.
Sebelum kita mempelajari cara menghitung penyusutan, ada baiknya kita mengenal berbagai jenis aset perusahaan. Jenis aset dibagi menjadi tiga kategori, antara lain:
Aset Lancar
Aset Lancar adalah aset yang digunakan dan memiliki durasi waktu yang cukup singkat, biasanya tidak lebih dari satu tahun. Syarat mutlak dari aset ini adalah harus bisa dikonversikan dalam bentuk uang kas kurang dari 1 tahun. Contoh aset lancar antara lain uang tunai, investasi jangka pendek, piutang dagang, persediaan dan lainnya.
Aset Tetap
Berbeda dengan aset lancar, aset tetap menjadi sumber daya atau kekayaan harga yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang bersifat permanen dan dapat diukur. Aset ini dimanfaatkan dalam waktu yang relatif lama, biasanya lebih dari satu tahun.
Biasanya aset tetap dimiliki untuk digunakan sendiri, bukan untuk dijual dalam waktu yang cepat. Contoh aset tetap adalah bangunan, peralatan kantor, mesin, kendaraan dinas dan lainnya.
Aset Tidak Berwujud
Seperti namanya, aset ini tidak terlihat, tidak bisa diraba, tidak bisa ditabung, tapi bisa dirasakan manfaatnya. Aset ini berupa hak-hak perusahaan yang kepemilikannya diatur serta dilindungi oleh hukum. Contoh aset tidak berwujud adalah hak paten, hak sewa, hak sewa dan lainnya.
Penyusutan Aset
Nilai aset yang kita miliki akan mengalami penyusutan setiap tahunnya. Kecuali beberapa aset tetap, seperti tanah. Beberapa faktornya antara lain:
1. Harga Perolehan (Acquisition Cost)
Harga perolehan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya (expense) penyusutan yang akan menjadi dasar perhitungan berapa besar penyusutan yang harus dikeluarkan dalam satu periode akuntansi.
2. Nilai Residu (Salvage Value)
Nilai residu dari suatu aset merupakan nilai yang diperkirakan akan masuk arus kas jika dijual pada saat penarikan atau penghentian aset. Namun, hal ini tidak berlaku dalam semua aset.
3. Umur Ekonomis Aset (Economical Life Time)
Aset memiliki dua jenis umur, yaitu umur fisik dan umur fungsional. Keduanya memiliki peranan tersendiri dalam penyusutan aset.
Cara Menghitung Penyusutan Aset
Dalam sebuah perusahaan tentu memiliki cara menghitung penyusutan masing-masing. Seorang akuntan perlu menggunakan metode perhitungan yang rasional dan sistematis. Contohnya sebuah perusahaan memiliki kendaraan operasional yang dibeli dengan seharga Rp500 juta, perkiraan penggunaan mobil adalah 5 tahun. Umumnya perusahaan akan mendepresiasikan aset tetap tersebut menjadi Rp 60 juta per tahun untuk jangka waktu 5 tahun.
Dengan contoh tersebut kita dapat menggunakan beberapa metode depresiasi untuk menghitung beban penyusutan, antara lain:
Metode Garis Lurus
Metode ini merupakan sebuah metode yang paling sering digunakan untuk melakukan perhitungan beban penyusutan. Metode ini memiliki fokus pada penyusutan menggunakan waktu bukan dari fungsi penggunaannya. Metode garis lurus ini memiliki rumus perhitungannya yaitu:
Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / (Masa Manfaat Aset)
Penggunaan metode kadang dinilai kurang realistis karena penggunaan aktiva sama setiap tahunnya.
Metode Beban Menurun
Metode beban menurun ini adalah suatu metode penyusutan yang dipercepat dimana menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi di awal tahun dan akan rendah pada periode selanjutnya.
Fokus utama pada metode ini adalah beban penyusutan yang lebih banyak pada tahun awal mengingat aktiva mengalami penurunan pada tahun tersebut. Metode bebas menurun juga terbagi menjadi dua yaitu:
Metode Jumlah Angka Tahun
Perhitungan penyusutan ini menggunakan pecahan dengan pembilang angka tahun (5+4+3+2+1=15) dan jumlah tahunnya yang menjadi menyebut. Pada metode ini, pembilang menurun dari tahun ke tahun dan penyebut tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15 dan 1/15).
Metode Saldo Menurun
Pada metode ini biasanya digunakan untuk biaya penyusutan berupa keliatan dari metode garis lurus. Tarif saldo dapat menurun berganda untuk aktiva 10 tahun akan menjadi 20% atau dua kali biaya garis lurus yaitu 1/10 atau 10%.
Metode Aktivitas (Unit Penggunaan atau Produksi)
Metode yang ketiga ini ada metode aktivitas dimana metode ini berasumsi bahwa penyusutan adalah fungsi dari produktivitas atau penggunaan dan bukan dari segi berlalunya waktu.
Dengan gambaran di atas, penentuan umur penyusutan dari kendaraan tersebut tidak akan memiliki masalah tertentu mengingat penggunaannya relatif mudah diukur. Namun, metode ini memiliki keterbatasan karena tidak tepat jika digunakan pada situasi penyusutan dengan berdasarkan waktu dan bukan aktivitas.
Metode Depresiasi Khusus
Yang terakhir ada metode depresiasi dimana metode ini memiliki tujuan untuk mengetahui penyusutan manfaat aset sebuah perusahaan. Pada beberapa kasus, perusahaan tidak lagi dapat memilih salah satu metode-metode yang sudah disebutkan di atas, karena aktiva yang terlibat memiliki karakteristik unik dan membutuhkan penerapan yang khusus.
Dua metode khusus ini dapat diterapkan pada kasus-kasus tersebut yaitu:
- Metode kelompok dan gabungan dimana metode ini sering digunakan pada aktiva yang homogen dan memiliki fungsi yang kurang lebih sama.
- Metode campuran dan kombinasi yang diterapkan sesuai dengan keinginan akuntan.
Itulah beberapa informasi mengenai aset dan jenis-jenisnya, serta cara menghitung penyusutan dari aset tersebut. Pahami setiap metode dan situasinya agar bisnis kamu memiliki pencatatan yang bagus dan valid.