Milenial

Tren Bekerja dari Rumah, Untung atau Rugi bagi Keuangan?

Tren Bekerja dari Rumah, Untung atau Rugi bagi Keuangan?

Ajaib.co.id – Pandemi yang melanda seluruh dunia membuat hampir sebagian besar perusahaan menerapkan WFH atau bekerja dari rumah. Namun, tidak semua karyawan yang bisa menerapkan sistem kerja satu ini.

Salah satunya adalah para pejuang Covid-19 yakni tenaga kesehatan yang secara siap siaga selama 24 jam sehari membantu para pasien Covid-19. Jadi, bersyukurlah kamu bila saat ini milenial masih bisa menerapkan WFH saat bekerja.

Bagi karyawan penerapan WFH itu seperti pisau bermata dua, yaitu ada sisi positif dan negatif. Dari sisi positif, karyawan milenial yang sudah berkeluarga bisa lebih punya banyak waktu bersama keluarga. Sedangkan sisi negatifnya, karyawan seringkali mendapatkan gangguan dari anggota keluarga di rumah, batasan waktu kurang jelas, dan gangguan jaringan internet.

Itulah beberapa masalah yang sering menjadi tantangan bagi milenial saat WFH. Di luar pro dan kontra penerapan WFH saat ini, ternyata mayoritas karyawan di Indonesia lebih memilih untuk terus melanjutkan WFH.

Mayoritas Karyawan Indonesia Ingin Terus WFH

Riset ini diungkapkan oleh Microsoft Corp yang berjudul The Next Great Disruption Is Hybrid Work – Are We Ready? Dalam survei yang dilakukan, fakta menemukan bahwa 83% dari karyawan Indonesia lebih memilih untuk melanjutkan WFH.

Bahkan survei ini lebih tinggi dibanding rata-rata global yang hanya sebesar 73% saja. Hal ini juga didukung oleh pemimpin bisnis Indonesia yang berencana mendesain ulang sistem kerja perusahaannya dengan model kerja hibrida.

Apa itu model kerja hibrida? Sistem kerja satu ini yakni menggabungkan antara model bekerja dari rumah dan bekerja dari kantor. Seperti halnya saat ini misalnya penerapan WFH di DKI Jakarta, selama masa PPKM perusahaan dibatasi jumlah karyawannya yang boleh bekerja di kantor setiap harinya yakni maksimal 75% dari jumlah karyawan.

Kebijakan PPKM ini tentunya mendorong terciptanya model kerja hibrida. Di mana, 25% karyawan bekerja WFH dan sisanya bekerja di kantor setiap harinya. Dengan begitu, karyawan dalam seminggu 4 hari WFO dan 1 hari WFH. Tetapi, ada pula perusahaan yang menerapkan WFH sebanyak 2 kali seminggu.

Guna mempermudah karyawan yang WFH untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Pihak perusahaan juga harus menyiapkan berbagai peralatan pendukung. Misalnya berlangganan Zoom atau platform virtual meeting lainnya, dan memberikan tunjangan-tunjangan bagi karyawan seperti laptop, keyboard, kursi, internet, dll.

Bagaimana Keuangan Milenial Menghadapi Tren WFH Selama Pandemi?

Fakta mengatakan bahwa masih banyak perusahaan di luar sana yang memotong gaji karyawan saat mereka sedang WFH. Salah satu tunjangan yang seringkali dipotong oleh pihak perusahaan adalah tunjangan transportasi dan tunjangan makan. Kedua hal ini menjadi sorotan dari para karyawan milenial yang bekerja di perusahaan saat ini. Bagaimana tidak?

Pihak perusahaan beralasan bahwa pemotongan tunjangan – tunjangan ini dikarenakan karyawan yang bersangkutan tidak hadir ke kantor, serta tunjangan tersebut adalah tunjangan tidak tetap. Walaupun demikian, masih banyak perusahaan yang tidak memberikan kompensasi terkait tunjangan tersebut kepada karyawan yang harus bekerja jarak jauh.

Pengeluaran karyawan saat WFH yang paling besar adalah internet, listrik, makan dan minum. Belum lagi, ada pula karyawan yang tidak difasilitasi dengan laptop atau komputer untuk bekerja dari rumah sehingga karyawan itu harus menggunakan perangkat sendiri.

Hal-hal inilah yang seringkali menjadi potret WFH di Indonesia. Karena pada dasarnya, perusahaan di Indonesia masih banyak yang belum siap secara sarana dan prasarana untuk melaksanakan WFH bagi karyawannya. Jika begitu, WFH bisa menjadi momok yang menakutkan bagi karyawan karena terkena potongan gaji di sana-sini. Bahkan, jam kerja saat WFH pun tak luput dari sorotan para karyawan, di mana mereka mengakui bahwa selama WFH jam kerja menjadi lebih fleksibel sehingga bekerja lebih lama dibanding saat bekerja di kantor.

Jam kerja yang lebih lama membuat kesehatan seseorang menurun, dan juga membuat energi karyawan terkuras lebih banyak. Apa dampaknya? Tentunya milenial akan sering bolak-balik ke klinik karena sering mengeluh sakit, serta milenial sering merasa lapar dan perlu asupan makanan lebih.

Jika begitu, pengeluaran karyawan saat WFH hanya dihabiskan untuk biaya kesehatan, makan atau minum, serta membayar internet, dan juga listrik. Untuk biaya makan, milenial jadi sulit mengaturnya karena biasanya disediakan oleh kantor saat jam makan siang. Saat WFH, milenial cenderung untuk makan siang di restoran.

Pengeluaran-pengeluaran yang sudah disebutkan oleh redaksi Ajaib ini adalah pengeluaran terbesar bagi milenial saat WFH. Walaupun ada pula perusahaan yang sangat memperhatikan karyawannya yang tetap memberikan dukungan dari segi peralatan untuk bekerja dan lain sebagainya.

WFH Dapat Diibaratkan Seperti Pisau Bermata Dua

Suka atau tidak suka saat ini setiap karyawan dituntut untuk bisa beradaptasi secara cepat dengan lingkungan kerja yang baru seperti penerapan WFH. Karena mayoritas dari mereka umumnya menghabiskan jam kerjanya di kantor.

Walaupun dianggap negatif bagi sebagian kalangan, WFH tetap punya sisi positif. WFH saat ini menuntut setiap karyawan untuk lebih mandiri dan independen, karena mereka punya batasan untuk berkomunikasi dengan rekan kerja dan tim. Sehingga, mereka harus punya inisiatif saat dihadapkan dengan masalah pekerjaan.

WFH Picu Milenial Lebih Bijak dan Cerdas dalam Mengelola Keuangan

Bahkan, tren WFH di Indonesia juga turut pula mendorong kreativitas dari masyarakat. Lantaran, mereka menjadi punya lebih banyak waktu luang untuk mengeksplorasi berbagai bidang yang dianggap bisa mendatangkan keuntungan di masa depan, salah satunya adalah melakukan rutinitas menabung dan investasi.

Jika milenial saat bekerja di kantor tidak punya cukup waktu luang untuk mempelajari produk investasi, saat ini milenial lebih punya waktu luang untuk mempelajarinya seperti halnya dengan membaca artikel-artikel yang setiap hari dipublikasi di situs Ajaib.

Kemudian, pengetahuan investasi yang sudah dimiliki oleh milenial bisa langsung disalurkan dengan memulai investasi sekarang. Milenial yang baru pertama kali mencoba investasi di pasar modal, milenial bisa memilih saham atau reksa dana yang tersedia di aplikasi Ajaib.

Mengapa? Karena kedua instrumen investasi ini menawarkan biaya investasi yang kecil dan juga aman bila milenial berkomitmen untuk berinvestasi jangka panjang.

Investasi reksa dana atau saham adalah salah satu cara tetap produktif walaupun sedang bekerja dari rumah sekalipun. Ayo tumbuhkan uang yang kamu miliki dengan berinvestasi sejak dini!

Artikel Terkait