Investasi

SBN adalah Produk Investasi Paling Menguntungkan, Benarkah?

Ajaib.co.id – Berbicara investasi tidak mungkin terlepas dari berbicara mengenai instrumennya. Selain instrumen investasi yang sudah biasa dikenal seperti obligasi (surat utang), saham, dan reksa dana, kali ini ada satu instrumen investasi yang sedang naik pamornya di kalangan pemodal, yaitu SBN. Apa itu SBN dan apa yang membedakan instrumen investasi yang satu ini dengan yang lainnya? Yuk, kita bahas satu per satu. 

SBN adalah singkatan dari Surat Berharga Negara. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.17/19/PBI/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/13/PBI/2008 tentang Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara, yang termasuk dalam “Surat Berharga Negara” atau SBN adalah Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Lebih lengkapnya macam-macam SBN adalah sebagai berikut.

Surat Utang Negara (SUN)

Surat berharga yang merupakan surat pengakuan utang yang disertai dengan pernyataan kesanggupan untuk mengembalikan pokok utang dalam periode yang telah ditentukan. Dalam surat ini, tertulis pula jumlah besaran utang, baik dalam mata uang Rupiah maupun mata uang lainnya, beserta besaran bunga yang dijamin oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan periode atau masa berlaku SUN tersebut. SUN terdiri dari Obligasi Negara dan Surat Perbendaharaan Negara.

Obligasi Negara (ON)

ON SBN adalah SBN jenis SUN dalam mata uang Rupiah yang disertai dengan kupon atau pembayaran bunga secara diskonto dan berjangka waktu lebih dari 12 bulan. ON pada saat jatuh tempo akan dilunasi sebesar nilai nominalnya.

  • Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

SPN SBN adalah SBN jenis SUN yang berjangka waktu maksimal 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.

  • Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

Jenis SBSN SBN adalah SBN yang diterbitkan dengan prinsip syariah. SBSN ini sering juga disebut dengan Sukuk Negara. SBSN berlaku sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang Rupiah maupun mata uang lainnya.

Menariknya, SBN ritel sudah bisa dibeli secara online pada akhir Mei 2018. Pemasaran SBN ritel secara online ini juga melibatkan financial technology (fintech) yang sudah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga aman bagi kamu untuk bertransaksi dan melakukan kegiatan jual beli SBN. Lalu, apakah sebenarnya investasi di SBN lebih menguntungkan? Apa saja karakteristik unik dari SBN? Mari kita bahas bersama-sama.

Karakteristik SBN

  • Minim Risiko

Mulai awal tahun 2018, SBN semakin diminati oleh masyarakat, terutama kaum milenial, karena terkenal dengan risikonya yang minim. Hal ini dikarenakan SBN dijamin langsung oleh negara dan memang modalnya digunakan untuk membantu pembangunan negara. Hal ini tentu saja membuat SBN sangat meyakinkan sehingga kaum milenial juga lebih memilih berinvestasi pada SBN daripada investasi bodong yang banyak ditawarkan akhir-akhir ini. 

  • Tren Investasi mengubah Mindset Masyarakat

Pemerintah bersama OJK menjalankan kampanye khusus untuk menggencarkan investasi masyarakat pada SBN. Kampanye ini diharapkan dapat mengubah mindset masyarakat mengenai pentingnya berinvestasi dan membuka peluang bagi mereka untuk meningkatkan perekonomian. Jadi tidak hanya menyimpan uangnya di tabungan tetapi juga mengalokasikan dananya untuk berinvestasi. Dengan adanya kampanye ini, pemerintah pun semakin menjanjikan SBN sebagai instrumen yang potensial untuk berinvestasi karena dijamin langsung oleh negara.

  • Tersedia Secara Online

Seperti yang telah disebutkan di atas, SBN ritel sudah bisa dibeli secara online pada akhir Mei 2018. Pemasaran SBN ritel secara online melibatkan financial technology (fintech) yang sudah mengantongi izin dari OJK. SBN yang dibeli secara online ini disebut dengan E-SBN. Hal ini menjadikan SBN sebagai instrumen investasi yang praktis karena bisa dengan mudah diakses kapanpun dan di manapun, cukup melalui ponsel genggam dan koneksi internet saja. Hal ini diharapkan bisa membuat masyarakat semakin giat lagi dalam berinvestasi SBN. 

Penjualan E-SBN online ini dilakukan melalui bank-bank besar, di antaranya adalah Bank BRI, BNI, Mandiri, BCA, Bank Permata, dan Bank DBS. Pemerintah juga menjalin kerja sama dengan perusahaan fintech yang sudah mengantongi izin dari OJK sehingga aman bagi kamu untuk bertransaksi dan melakukan kegiatan jual beli E-SBN.

  • Digemari Generasi Milenial

Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan pada akhir 2019, pembeli SBN ternyata banyak berasal dari generasi milenial. Persentasenya adalah senilai 50,61%. Kemudian diikuti generasi X dengan jumlah 27,56%. Data ini membuktikan bahwa tingkat kesadaran masyarakat atas pentingnya investasi memang tinggi pada generasi milenial. Generasi ini memang diharapkan bisa menjadi penerus bangsa. Kampanye yang dilakukan pemerintah dengan OJK pun memang menyasar atau fokus ke generasi milenial. Generasi yang sudah melek teknologi dan memiliki daya untuk bertransaksi SBN ini diharapkan mampu untuk mengoptimalkan hal-hal tersebut sehingga bisa mendapatkan keuntungan.

Kemudian seberapa banyak sebenarnya keuntungan yang bisa diperoleh dari SBN? SBN adalah Produk Investasi Paling Menguntungkan, Benarkah?

Seperti yang telah disebutkan di awal, pemerintah bahkan menyiapkan kampanye khusus dengan OJK untuk mengajak masyarakat berinvestasi di SBN. Dalam usahanya ini, pemerintah bahkan telah menjanjikan suku bunga SBN yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi pada instrumen lainnya. Bahkan suku bunga yang dijanjikan pemerintah untuk SBN ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata bunga deposito yang ditawarkan bank BUMN. Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menyebutkan bahwa bunga tiap tahun yang bisa diperoleh pemodal hingga 7,5%. Menarik sekali, bukan?

Itulah hal penting yang bisa kamu ketahui mengenai SBN. Apakah kamu menjadi tertarik untuk berinvestasi di SBN setelah membaca artikel ini? Ingat, apapun instrumen investasinya jangan lupa untuk terus belajar dan mengetahui seluk-beluk instrumen tersebut, ya! Jangan sampai kamu salah memilih instrumen dan malah berhadapan dengan risiko investasi yang besar.

Artikel Terkait