Ajaib.co.id – Covid-19 telah memaksa sejumlah pasar industri untuk menghentikan aktivitas offline-nya demi mencegah penyebaran virus. Salah satu industri yang turut terkena dampak yang cukup signifikan adalah industri kebugaran.
Jauh sebelum Covid-19 melanda, industri kebugaran di Indonesia menjadi salah satu industri yang yang cukup ditekuni, karena meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia akan hidup sehat.
Berbagai pusat kebugaran mulai dari yang paling murah hingga yang paling mahal tersebar di seluruh di Indonesia, beberapa di antaranya yang mendominasi pangsa pasar adalah Celebrity Fitness, Fitness First, dan Gold’s Gym.
Namun, setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sejumlah dari perusahaan tersebut harus berhenti beraktivitas, bahkan yang lebih parah harus gulung tikar.
Per Selasa, 24 Maret 2020 Celebrity Fitness dan Fitness First Indonesia tutup sementara hingga waktu yang tidak bisa ditentukan, bahkan Gold’s Gym sebagai salah satu pusat kebugaran yang memiliki lebih dari 700 waralaba di seluruh dunia harus menutup total 30 gerai yang tersebar di Indonesia secara permanen.
Adam Zaitseff selaku Presiden dan CEO Gold’s Gym, mengakui bahwa bisnisnya terganggu sehingga diperlukan tindakan cepat untuk kembali ke jalur yang benar.
Namun bukan berarti industri kebugaran benar-benar hancur karena Covid-19, sejumlah bisnis startup kebugaran memanfaatkan tantangan Covid-19 dan kebijakan pembatasan sosial yang mengharuskan masyarakat untuk tinggal di rumah dengan menghadirkan program latihan virtual melalui aplikasi.
Tidak hanya itu, industri pusat kebugaran yang masih bertahan masih memiliki cara untuk bisa melewati krisis dengan terus menyediakan inovasi bagi pelanggan.
Berikut beberapa hal yang bisa industri kebugaran lakukan untuk bisa bertahan menghadapi Covid-19.
Mengatur Ulang Posisi Brand
Terdapat 4 fase bagaimana Covid-19 mempengaruhi industri dan apa yang bisa diharapkan di masa yang akan datang. Atur ulang posisi brand dengan menyesuaikan dari empat fase ini.
Confusion. Tahap pertama adalah kondisi di mana konsumen mencari arahan dan panduan. Situasi ini akan membuat orang-orang mencari informasi dan berita terkait industri tersebut.
Di tahap ini, individu akan merasakan panik atau tidak peduli sama sekali. Perusahaan pusat kebugaran di titik ini memiliki tugas untuk meyakinkan, mendorong, dan memotivasi konsumen agar tetap bersama.
Accept & adapt. Mulai menerima dan beradaptasi adalah tahap kedua bagi industri di tengah krisis Covid-19. Di titik ini, individu sudah mulai menerima ini sebanyak kenyataan. Semua terasa normal kembali, meski banyak ketidakpastian yang yang menyelimuti pikiran konsumen.
Di tahap kedua ini, perusahaan pusat kebugaran mungkin harus menyadari bahwa mereka bukan pusta kebugaran yang paling dipikirkan oleh konsumen. Namun, pastikan untuk memisahkan implikasi pribadi dan profesional yang dialami oleh tiap individu, sehingga mereka tetap merasa nyaman.
Preparing. Tahap selanjutnya adalah persiapan di mana kita sudah memiliki prospek bagaimana arah ekonomi ke depan.
Penting untuk menjadi kritis: Apakah sudah tiba di titik di mana ekonomi mulai bangkit? Atau akan ada krisis keuangan lanjutan? Di sinilah perusahaan pusat kebugaran bisa menyusun strategi di era pasca Covid-19.
Ramping up. Tahap terakhir adalah “ramping up” atau meningkatkan. Perusahaan pusat kebugaran di titik ini akan memiliki tujuan yang jelas, tidak hanya melihat lebih dari sekadar kondisi jangka pendek, tetapi juga penerapan solusi jangka panjang.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah: tidak menunggu terlalu lama untuk memasuki fase baru lagi. Perusahaan pusat kebugaran harus menyadari standar baru yang diterapkan di industri dan memproyeksikan bagaimana hal tersebut memenuhi kebutuhan konsumen.
Solusi Inovatif
Akibat dari Covid-19, individu dipaksa untuk menjadi kreatif untuk tetap bisa aktif latihan di rumah. Dapur berubah menjadi tempat latihan yoga dan buku diubah menjadi pengganti beban.
Alih-alih mengikuti kelas olahraga atau lari di luar rumah, individu memilih untuk berlatih bersama teman-teman melalui aplikasi virtual meeting, entah itu Zoom atau Google Meet.
Sejumlah perusahaan pusat kebugaran juga menemukan cara inovatif untuk tetap terhubung dengan konsumennya. Misalnya, Fitco perusahaan kebugaran yang menyediakan kebutuhan akan gaya hidup aktif dan sehat melalui aplikasi.
Perusahaan startup tersebut memutuskan untuk menyediakan fitur virtual training yang memungkinkan konsumen tetap berlatih yang dipandu langsung instruktur melalui digital platform.
Melihat ke Depan
Seiring berjalannya pembatasan sosial selama berbulan-bulan, perusahaan pusat kebugaran dan konsumen tentu mulai bertanya-tanya mengenai dampak yang paling signifikan terhadap cara orang melihat olahraga pasca Covid-19. Mungkinkah peralatan olahraga yang dibeli konsumen akan menjadi “new normal” dan membuat mereka sadar bahwa olahraga tidak perlu ke pusat kebugaran?
Menurut sebuah survei, penjualan peralatan kebugaran telah melonjak hingga 170% sejak penerapan pembatasan sosial dilakukan beberapa bulan lalu. Bahkan, salah satu perusahaan sepeda statis Peloton mengungkapkan bahwa pendapatannya meningkat hingga 66% dibandingkan tahun lalu. Penjualan peralatan kebugaran premium seperti Mirror, Regata, dan FightCamp juga ikut meningkat.
Meskipun kegiatan olahraga di rumah meningkat akibat penerapan pembatasan sosial, pusat kebugaran yang memutuskan untuk menutup gerainya sementara waktu harus memikirkan cara untuk beraktifitas kembali dengan aman setelah Covid-19 berakhir.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyediakan layanan yang memenuhi standar kebersihan, misalnya mulai dengan memindai semua anggota menggunakan kamera termal untuk mengetahui suhu badan, membatasi jam operasional dan jumlah kelas secara perlahan.
Apapun yang akan menjadi kebiasaan baru di kemudian hari, entah itu pusat kebugaran akan kembali mendapatkan kepercayaannya kembali atau konsumen memilih untuk olahraga di rumah menggunakan virtual gym, pastikan untuk tetap menjaga protokol kesehatan di manapun dan kapan pun.