Banking

Apa Itu LinkAja, dan Bagaimana Masa Depannya?

Ajaib.co.id – Layanan finansial berbasis daring semakin diminati masyarakat di masa pandemi. Betapa tidak, keterbatasan aktivitas fisik membuat banyak orang lebih memilih melakukan transaksi nirsentuh.

Hal ini membuat pemain layanan keuangan daring semakin menjamur. Sejak wabah Covid-19 merebak di Indonesia, transaksi digital telah meningkat tajam. Buktinya, menurut catatan Bank Indonesia (BI), transaksi berbasis daring meningkat 37,8 persen secara tahunan.

Nah, salah satu kontributor utama dalam perubahan preferensi transaksi masyarakat tersebut adalah penggunaan uang elektronik dari platform dompet digital yang juga meningkat 24,42 persen secara tahunan.

Alasan menggunakan layanan dompet digital dibandingkan dengan produk keuangan digital lainnya pun cukup beragam. Paling umum, faktornya adalah efisiensi waktu, promo dan cashback yang ditawarkan dan tidak perlu berhubungan secara fisik.

Sebagian dari masyarakat juga menggunakan uang elektronik untuk membayar pesanan daring baik berupa makanan, barang kebutuhan konsumsi dan transportasi perjalanan.

Menariknya, di antara beberapa jenis platform dompet digital, LinkAja termasuk platform layanan finansial berbasis uang elektronik yang mencatatkan pertumbuhan yang sangat signifikan. Hingga akhir Februari 2021 saja, LinkAja telah memiliki lebih dari 66 juta pengguna terdaftar.

Sama seperti pemain dompet digital lain, LinkAja juga memiliki 1 juta merchant lokal dengan lebih dari 350 ribu merchant nasional di seluruh Indonesia. Pertanyaannya, apa itu LinkAja? Penasaran dengan sepak terjang LinkAja? Yuk simak ulasannya untuk memenuhi pertanyaan apa itu LinkAja.

Apa Itu LinkAja?

Buat kamu yang belum tahu apa itu LinkAja, layanan keuangan ini merupakan transformasi dari layanan dompet digital milik Telkomsel, salah satu anak usaha dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merajai bisnis telekomunikasi di Indonesia yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang dinamai TCash.

Telkomsel sendiri memiliki anak perusahaan pengelola dompet digital bernama PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) yang mendobrak pasar dompet digital dengan nama LinkAja pada 22 Februari 2019.

Mengetahui bahwa ekosistemnya tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan bank, Finarya bekerja sama dengan perusahaan BUMN lain untuk memperkuat jaringan bisnis LinkAja. Dengan demikian, mayoritas pemegang saham LinkAja masih dipegang oleh Telkomsel sebesar 25 persen, diikuti oleh himpunan bank milik negara (Himbara).

Adapun, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengenggam masing-masing 20 persen saham LinkAja. Sementara, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) memiliki saham minoritas sebesar 7 persen.

Tidak hanya Himbara saja, perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi PT Pertamina (Persero), perusahaan asuransi PT Asuransi Jiwasraya, dan perusahaan jasa keuangan pasar modal dan pasar uang PT Danareksa juga ikut ambil bagian sebagai pemegang saham minoritas awal.

Kemunculan LinkAja pada masa kepemimpinan Rini Soemarno yang menjabat sebagai Menteri BUMN pada saat itu juga dianggap sebagai ancaman bagi pemain existing di Indonesia seperti Gopay dan OVO.

Awalnya, LinkAja masih menggarap nasabah TCash yang berjumlah 30 juta pelanggan. Keputusan untuk menempatkan LinkAja di bawah payung Telkomsel juga bukan tanpa alasan. Produk dompet digital ini dianggap akan sulit bersaing jika masih operasionalnya ditangani oleh perbankan yang harus berurusan dengan berbagai aturan regulator.

Sementara, jika dibawah perusahaan telekomunikasi, LinkAja dianggap mampu berinovasi lebih cepat namun tetap memprioritaskan perlindungan nasabah karena Himbara mengawasi sistem pengamanannya.

Layanan yang Disediakan LinkAja

Pada tahap awal, LinkAja merupakan layanan keuangan yang bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat melalui fitur pembayaran tagihan baik itu listrik, air, asuransi, internet, pembayaran bensin, jasa akses tol, dan lain sebagainya. LinkAja juga bekerja sama dengan merchant lokal maupun nasional, platform moda transporasi publik, hingga pembayaran di platform e-commerce dan marketplace.

Keberadaan LinkAja juga otomatis menonaktifkan fitur kode quick response (QR) berbagai bank BUMN seperti Bank BRI yang memiliki My QR dan Bank BNI yang memiliki Yap! hingga tahun 2019. Tidak hanya sampai di situ, LinkAja juga bisa digunakan untuk pengiriman uang (remitansi) antarnegara di kawasan Asia.

Demi merayu pengguna baru, LinkAja juga latah mengeluarkan jurus strategi promo dengan menyelenggarakan program ‘Festival LinkAja’ yang menawarkan diskon hingga 50 persen pada awal peluncurannya.

Namun eksekutif LinkAja membantah penggunaan strategi bakar duit hingga saat ini. Pihak LinkAja beranggapan pengguna LinkAja memang cenderung tidak mengejar diskon tetapi mempertimbangkan nilai manfaat dari produk tersebut. Sehingga, ketimbang melakukan strategi bakar duit, LinkAja lebih fokus pada ekspansi layanan merchant yang bersifat jangka panjang.

LinkAja Sebagai Sarana Investasi dan Bantuan Pemerintah

Karena dibentuk oleh perusahaan BUMN, LinkAja sempat agak kesusahan mencari tambahan modal di awal masa pengembangannya. Namun, sebagai gantinya, hanya perusahaan di bawah kementerian BUMN lah yang berhak menyuntikkan dana ke platform tersebut.

Dengan semangat BUMN yang dipikulnya, model bisnis LinkAja pun agak sedikit berbeda dengan pesaingnya seperti OVO, Gopay, atau Dana. LinkAja hadir membantu UMKM mikro dengan menyediakan basis transaksi di pasar tradisional. Platform ini juga digunakan pemerintah untuk memverifikasi penerima bantuan sosial (bansos) karena menggandeng Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) dalam memanfaatkan data kependudukan.

Melengkapi kebutuhan mayoritas masyakarat muslim di Indonesia yang mendambakan layanan keuangan berbasis syariah, LinkAja juga meluncurkan LinkAja Syariah dengan fitur yang disesuaikan dengan prinsip syariah.

Era LinkAja Disuntik Modal oleh Pesaing

Banyak orang berkata bahwa di era digital seperti sekarang, dibandingkan bersaing, ada baiknya menciptakan kolaborasi. Hal ini yang akhirnya dianut oleh platform LinkAja setelah hampir dua tahun beroperasi.

Predikatnya sebagai alat BUMN tidak dijadikannya penghalang untuk menerima suntikan dana bahkan dari pesaingnya Gojek yang memiliki dompet digital sendiri yakni Gopay dan Grab yang awalnya bekerja sama dengan dompet digital OVO.

Setelah dua tahun beroperasi, LinkAja sudah memiliki bidang keahliannya sendiri yakni ekosistem transportasi terlengkap di area Indonesia. LinkAja memiliki sistem pembayaran moda transportasi yang terintegrasi mulai dari darat, laut hingga udara.

Sebagai contoh, LinkAja dapat digunakan untuk pembayaran moda transportasi publik seperti TransJakarta, Commuter Indonesia, LRT dan MRT Jakarta, Railink, Bluebird, layanan transportasi online Grab dan Gojek, hingga travel antar kota.

LinkAja juga merupakan mitra dari Kereta Api Indonesia, Ferry Indonesia dan maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia dan Citilink.

Melengkapi kemudahan yang berhubungan dengan transportasi, LinkAja juga adalah mitra pembayaran parkir kendaraan seperti Sky Parking, Parkee, Soul Parking serta mitra resmi pembayaran bahan bakar minyak dengan tersedia di ribuan SPBU Pertamina di seluruh Indonesia.

Kemampuan inilah yang akhirnya meluluhkan hati Grab yang melakukan suntikan modal pertama dari perusahaan swasta kepada LinkAja. Perusahaan yang berbasis di Singapura itu mengguyur uang sebesar USD100 juta atau Rp1,4 triliun pada akhir 2020 lalu kepada LinkAja.

Tak sampai di situ, LinkAja juga mengumumkan investasi strategis dengan Gojek melalui penerbitan saham seri B pada awal tahun ini. Berkat kesepakatan itu, LinkAja berhak mendapatkan dana segar senilai USD100 juta, angka yang sama dengan nilai investasi Grab.

Kejutan apalagi yang akan ditawarkan oleh LinkAja dalam masa pertumbuhannya beberapa tahun ke depan? Daripada pusing memikirkan masa depan, bagaimana kalau kamu mulai berinvestasi pada saham perusahaan yang mendukung pertumbuhan LinkAja seperti TLKM, BBRI, BMRI, BBNI, dan BBTN saja? Seperti yang dijelaskan sebelumnya, keempat emiten ini adalah pemilik saham mayoritas LinkAja.

Ingat ya, kamu bisa membeli empat saham emiten BUMN ini melalui aplikasi investasi Ajaib. Selamat berinvestasi!

Artikel Terkait