Pajak

Alasan Cukai Rokok Naik yang Belum Banyak Diketahui Orang

Alasan Cukai Rokok Naik

Ajaib.co.id – Pada 1 Februari 2021 lalu, pemerintah resmi menaikkan tarif cukai bagi rokok, alasan cukai rokok naik menurut pemerintah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dari petani tembakau lokal.

Di Indonesia, tembakau menjadi salah satu komoditas unggulan yang berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Tembakau diketahui merupakan komoditas unggulan di sejumlah daerah Indonesia di antaranya Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

Dari 10 daerah penghasil tembakau di Indonesia yang sudah redaksi Ajaib sebutkan, Kementerian Pertanian mencatat daerah Jawa Timur menjadi penghasil tembakau terbesar dengan produksi mencapai 85 ribu ton pada 2020. Lalu, disusul Jawa Tengah sebesar 48,3 ribu ton dan Nusa Tenggara Barat sebesar 46 ribu ton.

Dari perdagangan tembakau di Jawa Timur pada 2020 menghasilkan cukai sebesar Rp104,56 triliun. Besaran cukai tembakau di Jawa Timur ini setara 63,42% dari penerimaan cukai tembakau secara nasional sebesar 164,87 triliun.

Jawa Timur bukan hanya terkenal dengan kebudayaan seperti Reog dan Ludruk, melainkan Jawa Timur terkenal juga sebagai penghasil tembakau terbesar di Indonesia. Ternyata, Jawa Timur juga diketahui sebagai produsen rokok di mana banyak perusahaan rokok yang membuka pabriknya di daerah tersebut. Perusahaan rokok itu di antaranya Gudang Garam di Kediri, Bentoel di Malang, dan Sampoerna di Surabaya.

Ketiga perusahaan tersebut adalah perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Kepopuleran Jawa Timur sebagai penghasil tembakau terbesar di Indonesia dibuktikan dengan adanya julukan bagi salah satu kota di Jawa Timur yakni Jember dengan sebutan Kota Tembakau. Karena hasil panen tembakau di Jember sangat berkualitas hingga dianggap selevel dengan negara-negara Eropa seperti Italia, Jerman, Amerika Serikat, dan Belanda.

Salah satu produk tembakau dari Jember yang diakui oleh dunia internasional adalah Besuki Na Oogst (BNO) dengan komoditasnya yakni daun tembakau untuk dipakai sebagai pembalut/selubung, pengisi cerutu, hingga pembungkus bagi orang-orang Eropa.

Itulah fakta-fakta menarik yang membuktikan bahwa tanaman tembakau yang diproduksi oleh petani lokal tidak kalah berkualitas dibanding tembakau-tembakau dari negara-negara lainnya, misalnya Kuba dan Amerika Serikat. Tetapi, yang menjadi permasalahan adalah petani tembakau lokal hingga saat ini belum sejahtera.

Rokok Tidak Berpihak ke Kesejahteraan Petani, Ini Alasan Cukai Rokok Naik

Walaupun tembakau banyak dimanfaatkan untuk memproduksi rokok sebagai bahan baku utama di berbagai perusahaan kretek di Indonesia. Namun, hal ini tidak semerta-merta meningkatkan kesejahteraan petani tembakau.

Sehingga, tak heran bila banyak orang di luar sana yang menganggap bahwa rokok tidak berpihak kepada kesejahteraan petani. Apa alasannya?

  • Petani Lebih Memilih Menjual Tembakau Basah karena Minim Biaya

Karena banyak petani yang lebih memilih untuk menjual tembakau dalam kondisi basah dibanding kering. Mengapa? Karena untuk menjual tembakau kering ke perusahaan-perusahaan kretek di Indonesia, petani perlu mengeluarkan modal dan biaya yang lebih besar untuk menggeringkan tembakau tersebut.

Lantas, sebagian petani lebih memilih untuk menjual tembakau dalam kondisi basah. Lantaran, mereka tidak perlu dipusingkan dengan biaya penyimpanan atau inventory. Seperti diketahui, biaya penyimpanan menjadi salah satu biaya logistik terbesar selain biaya pengiriman.

  • Tanaman Tembakau Rusak Saat Musim Hujan

Menanam tembakau ternyata juga perlu berpacu dengan waktu karena perlu mempertimbangkan masalah cuaca. Cuaca terbaik bagi tanaman tembakau adalah saat musim panas, sedangkan pada musim hujan tanaman tembakau lebih mudah rusak.

Bulan Agustus hingga Oktober menjadi momen terbaik untuk memanen hasil pertanian tembakau di Pulau Jawa. Hal ini juga menjadi kesulitan bagi para petani tembakau di Indonesia, di mana ada beberapa daerah yang diketahui memiliki cuaca yang tidak pasti. Belum lagi adanya dampak pemanasan global yang membuat cuaca semakin sulit untuk diprediksi.

Oleh sebab itu, menanam tembakau juga bisa dikategorikan sebagai bisnis musiman karena kadang kala petani harus menunda menanam tanaman tersebut dan diganti dengan jenis tanaman lain.

Biaya perawatan dan pemeliharaan tanaman tembakau yang mahal dan lamanya waktu panen hingga 7 bulan membuat para petani semakin tidak sejahtera.

  • Harga Tembakau Berubah-ubah

Cuaca yang tidak pasti bukan menjadi satu-satunya kendala yang dialami oleh petani tembakau. Tetapi, harga tembakau di pasaran cenderung fluktuatif.

Di masa sulit seperti pandemi ini, banyak petani tembakau lokal yang mengalami penurunan pendapatan. Hal ini disebabkan tanaman tembakau yang sudah dipanen susah untuk terjual karena daya beli yang sedang lesuh. Biasanya petani dapat menjual 1 kg tembakau seharga Rp70 ribu hingga Rp80 ribu, kini harganya semakin murah dan menyentuh Rp60 ribu per kg.

Harga jual yang tidak kompetitif ini juga dipengaruhi oleh permintaan para tengkulak atau pengepul, yang tentunya semakin menekan harga jual petani tembakau lokal.

Inilah tantangan yang dihadapi oleh petani tembakau saat ini, di mana untuk membantu para petani tersebut agar tetap produktif, alasan cukai rokok naik bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Melalui kebijakan ini, pemerintah akan menggunakan 50% dari cukai hasil tembakau (DBH CHT) untuk membantu para petani tembakau dan buruh rokok.

Kenaikan Tarif Cukai Rokok di Indoensia

Per 1 Februari 2021 lalu, pemerintah resmi menaikkan cukai rokok sebesar 12,5%. Ini dia daftar lengkap kenaikan tarif cukai rokok di Indonesia:

  • SKM Golongan IA (16,9%) menjadi Rp865/batang.
  • SKM Golongan IIA (13,8%) menjadi Rp535/batang.
  • SKM Golongan IIIB (15,4%) menjadi Rp525/batang.
  • SPM Golongan I (16,9%) menjadi Rp935/batang.
  • SPM Golongan IIA (13,8%) menjadi Rp565/batang.
  • SPM Golongan IIIB (15,4%) menjadi Rp555//batang.

Produk tembakau lokal lebih banyak digunakan pada industri Sigaret Kretek Mesin (SKM), di mana industri rokok ini menggunakan cengkih dan lebih banyak menggunakan tembakau lokal. Sedangkan, untuk Sigaret Putih Mesin (SPM) mengunakan tembakau impor yang lebih banyak dan tidak menggunakan cengkih.

Dengan begitu, alasan kenaikan tarif cukai rokok oleh pemerintah dapat langsung dirasakan oleh petani tembakau lokal,  sektor kesehatan, tenaga kerja yang terlibat di industri rokok, mengurangi rokok ilegal, dan meningkatkan penerimaan APBN.

Itulah beberapa alasan mengapa pemerintah menaikkan tarif cukai rokok saat ini sebesar 12,5% pada 2021.

Walaupun kebijakan ini membuat saham-saham rokok mengalami penurunan di awal Juli 2021, tetapi saham-saham rokok seperti Gudang Garam (GGRM) masih layak dibeli oleh milenial karena merupakan saham blue chip yang masih murah saat ini. Milenial bisa membeli saham rokok satu ini di Aplikasi Ajaib.

Artikel Terkait