Saham

Tips Supaya Saham Tidak Nyangkut Terus-menerus

supaya-saham-tidak-nyangkut

Ajaib.co.id – Apakah portofolio kamu saat ini merah merona? Di tengah kondisi pasar yang buruk akibat krisis, wajar jika portofolio investasi jangka panjang menunjukkan kinerja minus semua alias nyangkut total.

Tapi, kita semestinya tidak mengalami saham nyangkut terus-menerus dalam kondisi pasar yang bertumbuh normal.

Umpamanya jika IHSG tumbuh 6 persen dalam setahun, tetapi portofoliomu malah minus 60 persen. Dalam situasi seperti ini, kamu perlu introspeksi dan melakukan langkah-langkah darurat untuk mengatasi supaya saham tidak nyangkut terus-menerus.

Berikut ini empat tips ampuhnya:

A. Meriset Saham Pilihan

Banyak pemula membeli saham tanpa melaksanakan penelitian mendalam terlebih dahulu. Mungkin hanya karena bisikan teman, rekomendasi influencer, atau malah sekedar insting. Kemudian baru sadar salah beli ketika harganya makin merosot dan saham nyangkut di “puncak gunung”.

Kalau kamu seorang investor jangka panjang, ada baiknya meneliti aspek fundamental saham terlebih dahulu. Atau jika kamu seorang trader jangka pendek, sebaiknya memahami cara analisis teknikal.

Boleh-boleh saja tertarik pada suatu saham karena rekomendasi influencer, tetapi kamu sendiri juga harus meninjau ulang kondisi fundamental/teknikal saham tersebut.

Selain itu, kamu perlu menghindari saham-saham yang memiliki enam kriteria berikut ini supaya saham tidak nyangkut:

  1. Emiten terbelit masalah utang, misalnya tuntutan PKPU (Penundaan kewajiban pembayaran utang), gugatan pailit, dan rasio DER (Debt-to-Equity) yang sangat tinggi dibanding saham lain dalam sektor yang sama.
  2. Emiten tidak memiliki pemegang saham pengendali.
  3. Proporsi kepemilikan saham masyarakat (publik) pada suatu emiten cenderung dominan (lebih dari 50%), atau lebih besar daripada kepemilikan pemegang saham pengendali.
  4. Saham-saham yang overvalued, baik berdasarkan rasio PBV (Price-to-Book Value), rasio PER (Price-to-Earning), teknikal sudah di pucuk, atau acuan lain.
  5. Saham-saham yang baru IPO dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
  6. Saham-saham yang memiliki likuiditas rendah, terlihat dari bid/offer yang berjumlah kecil atau baris-baris order book yang sering kosong.

Nah, sekarang, coba periksa apakah ada saham dalam portofoliomu yang memenuhi kriteria di atas? Upayakan untuk segera ambil untung, atau cut loss jika sudah nyangkut terlalu lama.

B. Membeli Saham dengan Perencanaan yang Matang

Setelah meriset saham pilihan, jangan buru-buru beli. Ingat pepatah Jawa, “Alon-alon waton kelakon” yang bermakna “Pelan-pelan, yang penting tercapai”.

Dalam ilmu manajemen, kita juga mengenal adanya perencanaan sebagai tahap awal untuk mencapai target yang diinginkan. Perencanaan serupa juga diperlukan dalam berinvestasi saham.

Perencanaan seperti apakah itu? Terdapat setidaknya lima hal yang perlu direncanakan sebelum kamu membeli saham, yaitu:

  1. Apa tujuan investasimu, atau berapa lama jangka waktu investasimu?
  2. Saham apa yang akan dibeli, dan mengapa kamu ingin membelinya?
  3. Kapan saham itu layak dibeli, atau pada tingkat harga berapa?
  4. Berapa besar modal yang siap kamu alokasikan untuk saham tersebut, dan berapa besar tingkat kerugian yang sanggup kamu tanggung untuk saham tersebut?
  5. Berapa besar target keuntunganmu?

Tingkat toleransi kerugian di atas akan menjadi batas cut loss kamu kelak. Apabila harga saham tidak meningkat sesuai prediksi dan malah jatuh sampai ke ambang batas tersebut, kamu perlu segera melakukan cut loss supaya saham tidak nyangkut.

C. Mengevaluasi Saham-saham dalam Portofolio Secara Berkala

Kinerja perusahaan seperti roda kehidupan, kadang naik dan kadang turun. Saham blue chip sekalipun, ada waktunya surut sesuai dengan siklus bisnis dan kondisi ekonomi makro. Jadi, kita tidak boleh percaya dan pasrah begitu saja pada saham apa pun yang telah dibeli.

Investor jangka panjang sebaiknya mengevaluasi saham-saham dalam portofolio secara rutin, misalnya tiap bulan, triwulan, atau semesteran. Ikuti juga berita-berita seputar saham pilihanmu. Cermati, apakah ada kondisi fundamental yang berubah secara signifikan?

Selanjutnya, kamu sendiri yang akan menentukan apakah perubahan itu perlu ditindaklanjuti dengan menjual saham tersebut.

Beberapa alasan valid untuk mengeluarkan saham dari portofolio dengan segera, antara lain:

  1. Manajemen perusahaan membuat suatu kebijakan yang kontroversial.
  2. Perusahaan terlibat skandal atau masalah hukum.
  3. Pemilik saham besar mengurangi kepemilikannya tanpa alasan yang jelas.

Yang perlu diperhatikan di sini, kamu wajib memerhatikan sumber informasi yang diterima agar tidak terjebak hoaks. Beberapa sumber informasi valid, misalnya manajemen perusahaan itu sendiri, keterbukaan informasi BEI, pernyataan lembaga pemerintah, dan media massa tepercaya.

D. Membina Nyali Berani Cut Loss Sesuai Rencana Investasi

Secara psikologis, menjual saham dalam keadaan merugi itu berkali lipat lebih berat daripada menjual saham dalam keadaan untung. Inilah sebabnya mengapa banyak pemula terjangkit penyakit “terlalu cepat take profit, tapi mengulur-ulur cut loss“.

Tak jarang “strategi scalping saham” pun lantas disulap mendadak jadi “investasi jangka panjang”. Padahal, orang yang menunda cut loss sebenarnya tetap merugi dalam bentuk “opportunity cost“.

Apa sih “opportunity cost” itu? Biaya peluang adalah biaya yang timbul ketika kita memilih suatu kegiatan, karena kita kehilangan kesempatan untuk mendapat keuntungan dari suatu kegiatan lain.

Contohnya: Kamu mempertahankan saham BUMI (-60%) selama bertahun-tahun dalam portofolio. Padahal seandainya kamu mau cut loss, dana yang terkunci dalam saham tersebut mungkin dapat digunakan untuk membeli saham PTBA dengan keuntungan (+60%) dalam kurun waktu yang sama.

Apabila sudah memahami konsep opportunity cost ini, kamu akan tahu bahwa tidak ada yang bisa menghindari kerugian hanya dengan taktik “anti-cut loss“. Daripada menjadikan cut loss sebagai momok, sebaiknya membina nyali untuk berani cut loss sesuai rencana investasi awal.

Kedisiplinan dalam menerapkan rencana investasi itu bisa jadi kunci bagi kesuksesan kamu. Sebaliknya, menunda-nunda cut loss dengan beragam alasan justru dapat memperparah kerugian opportunity cost kamu.

Artikel Terkait