Ajaib.co.id – Bagi kamu yang belum tahu rumus harga saham yang menentukan harga saham murah atau mahal, maka kamu harus menyimak ulasan berikut ini.
Pada umumnya seorang investor yang ingin membeli saham mencari harga yang murah. Dengan mendapatkan harga yang murah, mereka berekspektasi akan mendapatkan keuntungan yang besar ketika harganya melonjak naik dari harga awal ketika mereka membelinya.
Sayangnya banyak investor awam yang menilai harga suatu saham mahal atau murah hanya mengacu pada harga nominalnya saja. Sebenarnya ada rumus harga saham dalam menentukan saham yang akan kamu beli terbilang mahal atau murah. Nah, sebelum membahas mengenai rumus harga saham, sudahkah kamu tau apa itu lembar saham?
Apa itu Lembar Saham?
Lembar saham adalah salah satu kepemilikan saham berdasarkan nilai modal dan porsi kepemilikan terhadap keseluruhan modal awal. Nah, agar lebih mudah memahami mengenai lembar saham, di bawah ini adalah contoh konkritnya.
Misalnya, kamu dan 2 temanmu ingin membuat usaha dengan patungan dalam bentuk perseroan terbatas (PT). Modal awal yang dibutuhkan untuk membangun PT adalah Rp10 miliar. Dari angka inilah kamu menyetorkan modal awal Rp8 miliar, sedangkan teman kamu menyetorkan masing-masing Rp1 miliar dan Rp1 miliar.
Dengan kondisi inilah dapat disimpulkan porsi kepemilikan saham perusahaan masing-masing:
Kamu memiliki porsi 80 persen, dari Rp8 miliar/Rp10 miliar. Sedangkan kedua temanmu masing-masing memiliki porsi 10 persen, dari Rp1 miliar/Rp10 miliar.
Kemudian perlu dipahami juga bahwa nilai kapitalisasi dari perusahaan di atas adalah Rp10 miliar. Jika bicara mengenai nominal per 1 lembar saham, hal ini bergantung pada kesepakatan seluruh pemilik modal. Misalnya, seluruh pemilik modal sepakat bahwa harga per 1 lembar saham adalah Rp10.000.
Sehingga, jumlah lembar saham yang dimiliki masing-masing pemodal adalah:
Kamu dengan porsi kepemilikan 80 persen memiliki 800.000 lembar saham (Rp 8 miliar/Rp 10.000). Dan kedua temanmu dengan porsi kepemilikan 10 persen memiliki 100.000 lembar saham (Rp 1 miliar/Rp 10.000).
Apa itu Lot Saham?
Selain lembar saham, ketika kamu ingin memulai investasi saham, kamu akan ditemui dengan istilah lot. Ini merupakan satuan resmi yang telah ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam transaksi jual beli saham.
Lalu berapa lembar saham dalam 1 lot? Menurut aturan BEI, 1 lot setara dengan 100 lembar saham. Sehingga, ketika ingin bertransaksi saham, seorang investor wajib untuk membeli atau menjual minimal 1 lot saham atau 100 lembar saham.
Awalnya, 1 lot saham di Indonesia sama dengan 500 lembar saham. Namun, sejak 2014, BEI mengeluarkan aturan baru yang menetapkan 1 lot saham sama dengan 100 lembar saham.
Hal ini dilakukan agar pasar saham tidak selamanya dikuasai perusahaan besar atau orang yang memiliki banyak uang saja. Investor dengan penyediaan modal terbatas seperti karyawan, pelaku usaha kecil, mahasiswa, hingga ibu rumah tangga pun bisa ikut berinvestasi saham. Sejak berlakunya aturan ini, kamu sudah bisa memulai investasi saham dengan modal mulai dari Rp100 ribu.
Kebijakan mengenai jumlah saham setiap lot pun bisa berubah sewaktu-waktu sesuai ketentuan BEI. Umumnya perubahan ini dilakukan di akhir tahun untuk menyambut semester baru. Perubahan dilakukan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan. Bahkan, ada wacana bila BEI ingin mengubah aturan 1 lot menjadi 50 lembar saham di kemudian hari.
Apa itu Harga Wajar Saham?
Nah, setelah memahami lembar saham dan lot saham, lalu apa itu harga wajar saham? Nah, seperti yang sudah kita ketahui, nilai sebuah barang atau produk bisa menjadi sangat tinggi ketika memiliki sejumlah kelebihan di dalamnya. Dalam hal ini yang kita bicarakan adalah harga saham.
Di mana, saham dengan nilai yang wajar pasti punya kelebihan, baik dari sisi aset maupun cara pengelolaan keuangannya. Tidak heran jika ada saham yang harganya tinggi karena memang saham tersebut berpotensi mendatangkan keuntungan.
Harga wajar saham adalah harga saham yang berada pada titik tertentu yang dianggap sebanding dengan fundamental perusahaan. Tentu ini akan mengacu pada kinerja bisnis dan keuangan perusahaan tersebut. Namun, bisa saja hal ini dipengaruhi pasar.
Sesuatu dianggap wajar ketika muncul kesepakatan antara lebih dari satu pihak. Artinya, harga saham menjadi wajar ketika disepakati bersama baik oleh perusahaan yang melepas sahamnya maupun para investor yang ingin membeli sahamnya.
Beberapa saham bisa saja harganya sangat tinggi. Namun, hal ini tidak disepakati oleh pembeli sehingga tidak ada yang mau memilikinya. Pihak perusahaan pun harus menurunkan harga saham guna menarik investor untuk membelinya.
Rumus Perhitungan Harga Per Lembar Saham
Rumus harga per lembar saham tersebut dibagi mejadi 4 jenis rasio saham. Dengan mengetahui keempatnya mungkin kamu bisa membedakan mana saham mahal dan mana saham murah.
1. PBV (Price to Book Value Ratio)
PBV (Price to Book Value Ratio) merupakan salah satu rasio penentuan harga saham yang beredar. Dalam bahasa Indonesia, PBV disebut dengan Rasio Harga terhadap Nilai Buku digunakan untuk membandingkan kapitalisasi pasar perusahaan dengan nilai bukunya sendiri (perusahaan). Rasio PBV memberikan gambaran berapa banyak pemegang saham yang membiayai aset bersih perusahaan.
Nilai Buku ini adalah nilai aset perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan atau Balance Sheet dan dihitung dengan cara mengurangkan kewajiban perusahaan dari asetnya (Nilai Buku = Aktiva – Kewajiban). Bisa dikatakan rasio ini dapat menunjukan apa saja yang akan diperoleh pemegang saham setelah perusahaan terjual dan hutangnya semua telah dilunasi.
Pada umumnya Jika nilai BVPS di atas nilai 1, kesimpulannya harga saham tersebut terbilang mahal, begitupun sebaliknya. Berikut rumus harga saham berdasarkan rasio ini :
Price to Book Value = Harga per Lembar Saham / Nilai Buku per lembar Saham atau dalam bahasa Inggris : Price to Book Value (PBV) = Stock Price per Share / Book Value Per Share.
Contoh Perhitungan PBV (Price to Book Value Ratio)
Harga per lembar saham Bank Negara Indonesia Tbk dengan kode emiten BBNI tanggal 05 Desember 2017 sebesar Rp2.760 sedangkan nilai Buku per lembar saham sebesar Rp1.954. Berikut perhitungan rasio PBV BBNI:
PBV (Price to Book Value Ratio) = Harga per Lembar Saham / Nilai Buku per lembar Saham
= Rp2.760 / Rp1.954, = 1,41
Jadi PBV (Price to Book Value Ratio) Bank Negara Indonesia Tbk adalah sebesar 1,41 kali.
2. PER (Price to Earnings Ratio)
PER (Price to Earnings Ratio) adalah rasio untuk menilai perusahaan yang diukur dari harga saham saat ini terhadap pendapatan per-sahamnya (EPS).
Biasanya digunakan oleh investor dan analis untuk menentukan nilai relatif dari saham perusahaan dalam perbandingan apple to apple. Selain itu dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan dengan catatan sejarahnya sendiri atau untuk membandingkan pasar agregat satu sama lain atau dari waktu ke waktu.
Jika nilai rasio PER lebih tinggi menunjukkan bahwa pasar bersedia membayar lebih terhadap pendapatan atau laba bersih suatu perusahaan, serta memiliki harapan yang tinggi terhadap masa depan perusahaan tersebut sehingga bersedia untuk menghargainya dengan harga yang lebih tinggi.
Di sisi lain, rasio PER yang lebih rendah menggambarkan bahwa pasar tidak cukup percaya terhadap masa depan saham perusahaan yang bersangkutan. Ini rumus harga saham berdasarkan rasio Price to Earnings Ratio (PER) = Harga Saham / Laba per Saham
Contoh Perhitungan Price to Earning Ratio (PER)
Harga per lembar saham perusahaan A adalah Rp500 dengan rasio EPS sebesar Rp20. Maka Rasio PER-nya adalah Rp500/Rp20 = Rp25. Ini menandakan bahwa Investor bersedia untuk membayar Rp25 untuk setiap Rp1 pendapatan perusahaan.
3. PEG Ratio (Price Earning Growth Ratio)
PEG Ratio (Price Earning Growth Ratio) adalah rasio yang menghitung nilai saham berdasarkan pendapatan saat ini dan potensi pertumbuhannya di masa yang akan datang.
Bisa dikatakan rasio ini banyak digunakan oleh investor untuk mengetahui apakah saham yang diliriknya tengah berada di atas atau di bawah harga, dengan mempertimbangkan pendapatan saat ini dengan tingkat pertumbuhan yang akan dicapai oleh perusahaan pada masa yang akan datang.
Rasio ini digunakan dengan cara membandingkan antara harga dengan pertumbuhan laba. Rasio ini memperhatikan pertumbuhan laba suatu perusahaan secara historis.
Cara melakukan perhitungannya adalah membagi PER dengan pertumbuhan laba dalam satu tahun. Makin rendah hasil rasio PEG maka akan semakin baik peluang harga saham tersebut akan meningkat di masa mendatang.
Untuk menghitung PEG (Price/Earnings to Growth Ratio) kamu bisa menggunakan rumus:
PEG = PER / Pertumbuhan EPS Tahunan.
PER (Price per Earning Ratio) adalah Rasio Harga terhadap Pendapatan dan EPS (Earning per Share) adalah laba per lembar saham
Contoh Perhitungan PEG (Price/Earning to Growth Ratio)
Untuk mendapatkan nilai PEG, kamu sebelumnya harus menghitung nilas EPS terlebih dahulu, begini contoh perhitungannnya
Pada tanggal 23 November 2017, PER (Price Earning Ratio) PT. Elnusa Tbk (ELSA) sebesar 17,93. EPS (Earning per Share) pada tahun 2016 adalah sebesar Rp192 dan tahun 2017 adalah sebesar Rp327.
Pertumbuhan EPS = EPS 2017 – EPS 2016 (Rp237 – Rp192)/Rp237
= (Rp45/Rp237)
= 0.23 atau 23%.
Setelah mendapatkan Pertumbuhan EPS, maka kamu masukkan ke rumus PEG sebagai berikut:
PEG = PER / Pertumbuhan EPS Tahunan
= 17,93 / 23% = 76,5%
Jadi PEG untuk PT. Elnusa Tbk (ELSA) sebesar 76,5% atau 0,765.
4. Dividen Yield
Dividen Yield adalah metode untuk mengukur jumlah arus kas yang kamu dapatkan untuk setiap rupiah yang kamu investasikan dalam pasar ekuitas. Dengan kata lain, ini adalah ukuran berapa banyak uang yang kamu dapatkan dari dividen. Dividend Yield pada dasarnya adalah pengembalian investasi untuk saham tanpa capital gain.
Kamu perlu untuk memerhatikan konsistensi suatu perusahaan dalam memberikan dividen. Jika perusahaan tersebut secara konsisten membagikan dividen dalam 10 tahun terakhir maka bisa dikatakan saham perusahaan tersebut layak untuk dibeli.
Biasanya makin tinggi Dividen Yield maka saham tersebut makin menarik, namun konsistensi sebuah perusahaan dalam membagikan dividen juga perlu diperhatikan. Berikut rumus harga saham berdasarkan Dividend Yield, dan contoh perhitungannya:
Per tanggal 07 November 2017, Harga per lembar saham PT. CIMB Niaga Tbk (BNGA) diperdagangkan sebesar Rp16.200, sedangkan pada tahun 2017 dividen per lembar saham tahunan yang dibagikan sebesar Rp428.
Dividend Yield = (Dividen per lembar Saham Tahunan / Nilai Pasar per lembar Saham) x 100
= (Rp428 / Rp16.200) x 100 = 2,64%
Jadi dividen PT CIMB Niaga Tbk (BNGA) adalah sebesar 2,64%.
5. Return on Equity (ROE)
ROE berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari nilai investasi sahamnya. Nilai ini akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola tambahan modal dengan baik. Apalagi jika laba yang dihasilkan lebih berlipat-lipat.
Artinya, kamu tidak perlu khawatir ketika membeli saham dengan ROE yang tinggi. Pasalnya, keuntungan yang akan berbalik ke kamu pun akan sepadan.
Untuk menghitung ROE saham, kamu bisa cek rumusnya di bawah ini
Return On Equity (ROE) = Laba bersih setelah dikurang pajak / Total ekuitas
Earning per share adalah pendapatan bersih perusahaan yang didapatkan selama satu tahun yang telah dikurangi dengan saham preferen. Setelah itu, hasil nilainya dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Semakin besar EPS perusahaan, maka semakin baik juga nilai sahamnya. Dari perhitungan EPS, kamu bisa mengetahui prospek pendapatan perusahaan dari tahun ke tahun.
Misalnya, perusahaan A memiliki nilai saham dengan EPS sebesar Rp500. Artinya, nilai saham tersebut akan menghasilkan laba sebesar Rp500 untuk setiap lembar sahamnya.
Berikut rumus perhitungannya:
Earning Per Share (EPS) = (Laba bersih – Dividen preferen) / Jumlah saham yang beredar pada akhir periode
Ketahuilah bahwa harga nominal saham tidak memberikan petunjuk apakah berinvestasi di perusahaan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat, atau apakah nilai perusahaan ini yang terlalu tinggi. Jadi, gunakanlah keempat rumus harga saham tersebut untuk kamu jadikan acuan dalam menilai harga saham murah atau mahal.
Nah itulah rumus harga saham yang perlu kamu ketahui sebelum mulai investasi saham. Meski begitu, mengetahui rumus harga saham belum bisa menjadi pegangan buat kamu yang ingin memulai investasi, karena ketika kamu ingin berinvestasi saham, hal penting yang perlu kamu lakukan adalah memonitor perkembangan harga saham dan melakukan analisa dari perusahaan saham itu sendiri.
Hal ini mungkin agak sedikit sulit bagi investor pemula. Oleh karena itu, bagi kamu yang ingin berinvestasi saham, kamu bisa memulainya di aplikasi Ajaib Sekuritas. Karena disinilah kamu bisa mendapatkan mentor profesional yang akan membantu kamu menentukan investasi saham apa yang bisa kamu beli dan bisa memberikan kamu return sesuai dengan tujuan investasi. Jadi, tunggu apalagi? Jangan ragu memulai investasi saham pertamamu di aplikasi Ajaib Sekuritas sekarang juga!